Part 10

222 3 0
                                    

Kini Arthur tengah menunggu Febry di dalam mobil sambil bernyanyi kecil, ia bernyanyi dengan santai di mobil, di kejauhan Febry berjalan dengan penuh senyum ke area parkiran. Begitu Febry melihat Arthur di dalam mobil, Febry bergegas berjalan lebih cepat lagi. Begitu dekat dengan Arthur Febry memberikan ciuman di pipi Arthur secara mendadak sehingga Arthur terkejut dan terbengong.

"Kakak ? Kau baik-baik saja kan ?" Febry pipinya memerah mengetahui bahwa ini adalah perbuatannya.

"Masuklah, aku sudah menunggu mu cukup lama." Arthur tersadar dengan cepat,  wajahnya tak memerah seperti Febry, Febry dengan cepat masuk ke dalam mobil lalu Arthur mengendarai mobil.

'Haruskah kutanyakan apa yang baru saja ia lakukan padaku ?' batin Arthur bertanya-tanya. 

'Haruskah kujelaskan apa yang baru saja membuatnya terkejut ? Tetapi kuyakin itu bukan pertama kalinya aku menciumnya. Tetapi mengapa ia begitu terkejut hingga terbengong seperti itu ?'

Batin mereka saling bertanya pada diri mereka sendiri tanpa ada yang memberanikan diri untuk bertanya. Mereka selama perjalanan yang cukup jauh hanya berdiam diri saja, mungkin mereka saling menutup diri mereka sendiri untuk berbicara.

"Feb, aku ingin bertanya." Febry terkejut hingga wajahnya memerah, karena ia yakin bahwa Arthur akan menayakan apa yang ia perbuat.

"Mengapa kau membrikanku ciuman secara tiba-tiba tadi ?"

"Ak-aku-ak-" Febry terbata-bata karena benar apa yang ingin ditanyakan Arthur padanya. Wajahnya semakin memerah sambil mengigit bibirnya.

"Aku.... Aku hanya merindukanmu saja kak." setelah itu Febry mengalihkan pemandangannya keluar jendela dengan wajah yang tersipu malu dan tak berani menatap Arthur.

Arthur hanya menyeringai saja mendengar itu. Ia tahu bahwa itu bukan jawaban yang sebenarnya. Arthur mengetahui itu. Tetapi ia memutuskan untuk tidak melanjutkan pertanyaannya itu. Karena ia sudah mampu membuat gadis tercintanya diam seribu bahasa dan tersipu malu. Arthur diam-diam melihat wajah Febry yang masih memerah, Arthur begitu menyukainya. Melihat gadis cantiknya memerah membuatnya makin cantik ribuan kali.

Sesampainya mereka di rumah mereka segera ke kamar masing-masing. Febry sudah kembali normal. Wajahnya sudah tak memerah seperti tadi. Febry segera mengganti pakainnya lalu ia membaringkan tubuhnya di kasur. Terkadang ia masih terdiam sendiri mengingat apa yang telah ia lakukan pada kakaknya itu. "Apa seharusnya aku tak melakukan itu kepada kak Arthur ? Tetapi, aku begitu menyayanginya dan mencintainya, salahkah aku ?"

Arthur's POV

Aku tengah memainkan ponselku santai di kasur sambil berbaring. Mengingat apa yang Febry lakukan padaku, aku harus mengakui bahwa aku sangat menyukai ciuman itu. Ya harus kuakui itu. Sepertinya Febry mencintaiku lebih dari seorang kakak. Mengingat kami tak memiliki hubungan darah. Atau karena itu, tak ada hubungan darah dan juga ayah menyetujui hubungan kami. Sial! Aku menyukai itu.

Tiba-tiba Jefri melakukan video call pada Arthur. Tanpa menaruh rasa curiga ia pun mengangkatnya.

"Hi Jef."

"Hi Thur tadi di saat kau menunggu Febry di dalam mobil, Febry menciummu kan ?"

"Ya benar."

"Tepat di saat Febry menciummu Anggi melihat Febry."

Mata Arthur membulat dengan cepat, ia terduduk dengan cepat. "Sial! Ia dalam bahaya besar."

"Itu dia."

"Jef aku ingin kau kerjakan para bodyguardmu besok!"

"Jangan khawatir Thur, mereka siap untuk bekerja."

My StepsisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang