Part 14

109 2 0
                                    

Mataku terbuka, jantungku berdebar kencang, kulihat jam, masih ada waktu untuk sarapan dan berangkat ke kampus. Mana Febry ?

"Kakak." Febry tiba-tiba berada di atas tubuhku, aku tak bisa mendeskripsikan betapa cantiknya ia, dan "hot"nya ia

"Mengapa kau bangun dengan terkejut seperti kau habis bermimpi buruk ?"

"Aku hanya terlalu berpikiran bahwa kita akn terlambat."

"Tidak, kita tak akan terlambat. Aku sudah membuat sarapan, jadi kau tak harus lelah membuat sarapan."

Kusentuh pipinya, begitu halus dan  lembut, kusentuh juga bibirnya, begitu indah, lembut, merona dan menggoda. Setelah itu ia menggigit bibir bawahnya. Lalu Febry tanpa basa basi menciumku dengan penuh  keyakinan.

Ini bukan pertama kalinya kami berciuman. Febry terlihat sudah terbiasa dengan ini. Aku merasa juga bibirnya lebih mendominasiku. Aku merasa senang ternyata cintanya sama membaranya denganku. Aku harus mengakui, bahwa ciumannya begitu membara dan aku dapat merasakan bahwa terselubung sebuah nafsu.

Febry menghentikan ciumannya. "Kakak nikahi aku nanti, berikan aku pangeran dan putri terbaikmu untuk melengkapi keluarga kecil kita nanti."

Aku tersenyum. Hanya mengelus pipi lembutnya. "Kita harus mandi, karena kita akan terlambat."

Aku... Aku terkejut atas apa yang ia lakukan dan ia katakan pagi ini. Aku merasa itu seperti bukan Febry, kali ini ia lebih berani dari sebelumnya. Apa yang salah dengan ia ? Apa nafsunya mulai bergejolak kepadaku? Bila ia aku harus berhati-hati. Karena hanya seorang wanita yang tak bisa menjaga nafsu, keduanya akan berada dalam masalah serius dan rumit.

Aku sudah berada di bawah tengah menyantap sarapan yang dibuat Febry, rasanya begitu menakjubkan. Kurasa selama ini aku belum pernah merasakan masakannya. Ini adalah pertama kalinya bagiku.

"Kakak apa kau sudah sarapan ?"

"Aku tengah sarapan sekarang." kataku sambil mengunyah.

Febry berjalan lalu duduk di depanku. Ia begitu cantik sekali. Dengan baju lengan panjang hitam polos, celana panjang bahan biru terang, rambutnya yang terurai, dan wajah polosnya tanpa makeup. Aku sempat mengalihkan pandanganku beberapa saat. Febry mengetahuinya.

"Kakak, apa kau melamun karenaku ?" tanya ia dengan sedikit tersipu malu.

Aku hanya tersenyum saja mendengarnya dan mengangguk. Apa yang terjadi hari ini membuatku penasaran. Tetapi ini kepada hal.yang lebih intim dn seksual. Apakah harus kutanyakan ? Ia terlihat seperti wanita polos, tetapi betapa banyak pelaku kejahatan dengan wajah polos.

"Feb, aku ingin bertanya sesuatu. Tak masalah apa kau ingin menjawabnya atau tidak, aku tidak keberatan sama sekali."

'Sial, apakah harus kutanyakan kepada wanita seperti ia ?'

"Apa kau sudah pernah melakukan... Apakah kau sudah pernah melakukan....."

"Hubungan percintaan ? Sebenarnya aku sudah beberapa kali, tetapi aku belum menemukan yang sejati."

"Bukan, maksudku, aku tak tahu apakah aku harus mengatakan ini."

"Katakan saja, aku akan menjawab sebisaku."

"Baiklah, sebelumnya aku meminta maaf sebelum aku menanyakan ini apa bila aku lancang, aku tahu ini amat tak sopan."

Aku menarik nafasku sebagai tanda bahwa aku yakin. "Ok, apa kau sudah berhubungan intim sebelumnya ?"

Huh, rasanya sangat lega setelah mengatakan itu. "Belum. Bagaimana denganmu ?" jawabnya mudah.

"Tidak juga."

My StepsisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang