Part 12

101 1 0
                                    

Sudah lama kelasku tak tertawa. Tertawa di jam terakhir, sungguh menyenangkan.

Febry's POV

aku tak tahu bila sekarang aku akan sering ke toilet bila banyak minum. Setelah keluar dari bilik toilet, aku bercermin, tiba-tiba kak Anggi datang dan memepetkan tubuhku ke tembok.

"Beraninya kau mencium Arthur wanita jalang!" kata Anggi setelah menampar Febry keras hingga memerah di wajahnya.

"Aku tak sengaja melakukan itu kak Anggi, aku menyesal telah melakukan itu. Maafkan aku."

"Jalang sialan! Bila berani kau melakukan itu lagi ke pada Arthur akan kurusak wajahmu!" kata Anggi sambil mencekik Febry, Febry terlihat kesakitan dan sulit bernafas.

"Bila kau sekali lagi melakukan itu, akan kubuat kerusakan permanen lada wajahmu!"

Sebelum aksi itu memanas, Yeye dan Disty datang, Yeye mencekik Anggi dengan tangan kirinya, membawanya kebelakang, setelah melepaskannya Disty memberikan pukulan yang cukup keras. Terlihat bahwa Anggi sedikit berguncang tubuhnya.

Aku Yeye dan Disty berkumpul di taman. Mereka menyelamatkanku. Aku tak menyangka bahwa itu akan terjadi hari ini, setelah mendengar pertengkaran kak Arthur dengan kak Anggi.

Disty berjalan sambil membawa sebotol air mineral yang di tujukan untukku lalu duduk di samping kiriku. Aku menempelkan botol dingin itu ke pipiku, rasanya sedikit perih, rasanya pipiku masih panas karena tamparannya.

"Maaf Feb kami terlambat menolongmu."

"Tak perlu berkata terlambat, lebih baik dari pada tidak sama sekali." kataku dengan senyuman, aku mencoba tersenyum walau aku tengah menderita.

"Mulai sekarang kami akan menjagamu lebih."

"Terima kasih Dis, tetapi bila kalian merasa tidak bisa jangan memaksakan, aku bisa menjaga diriku sendiri."

"Feb bagaimana bisa kau berkata kau bisa mengatakan itu sedangkan kau berkata hal sebaliknya, kau terluka." kata Yeye dengan nada cukup tinggi.

"Terima kasih Yey, kau memang sahabatku." kataku dengan terharu.

Tiba-tiba kak Jefry datang dan duduk di sampingku, tanpa basa basi aku memeluknya setelah mengompres pipiku dengan botol dingin pemberian Disty.

Kak Jefry memperlihatkan ekspresi ketakutan, lalu menatap kedua temanku. Dari wajah Yeye dan Disty kak Jefry mengetahui apa yang terjadi. Disty dan Yeye mengangguk kepada kak Jefry, kak Jefry pun begitu. Mereka ingin aku memberitahukan ini kepada kak Arthur. Tetapi tidak hari ini.

Akhirnya waktu kak Arthur pulang datang, aku berjalan ke parkiran untuk pulang bersama kak Arthur. Di saat aku mengetahui kak Arthur telah keluar dari kelasnya, aku hanya mengikutinya dari kejauhan. Begitu kak Arthur sudah menemui mobilnya, aku dekati ia.

"Hi Feb." kata kak Arthur setelah itu memelukku.

"Aku sudah menunggumu. Masuklah."  aku segera masuk ke dalam mobil duduk di depan bersama kak Arthur.

"Aku sudah menunggu waktu untuk bertemu denganmu lagi Feb." kata-kata itu membuatku merasa malu.

Kak Arthur segera mengendarai mobil untuk pulang. Kata-kata itu cukup membuatku tersenyum, mengobati hatiku walau tak mengobati lukaku.

"Feb, mengapa kau membuang wajahmu, aku melihat wajah imutmu. " kata kak Arthur sambil memegang wajahku pelan, sedangkan aku menolak manja. Sampai akhirnya aku tak bisa menolak tangan kakakku.

"Kau sangat cantik dan imut." kata-kata itu berhasil membuatku memerah di depan mata kak Arthur. Kak Arthur mendapatkan pemandangan yang ia sukai.

My StepsisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang