"Satu rasa yang selalu hadir dalam hidupku dan paling aku benci adalah kecewa."
***
Di sebuah kamar sederhana bernuansa kuning, terlihat seorang gadis cantik memakai kacamata radiasi no minus sedang duduk di meja belajarnya, di depannya terletak sebuah leptop, setumpuk buku, dan sebuah handphone. Gadis itu terlihat bosan, dia kehilangan ide untuk mengerjakan skripsinya.
Arina Dwi Lestari, gadis berumur 22 tahun dengan segala kenangan kelamnya. Disela-sela mengerjakan skripsinya, Dwi teringat kembali peristiwa 2 tahun lalu. Waktu itu, Dwi adalah mahasiswi semester 5 yang lagi sibuk-sibuknya dengan tugas menumpuk dari dosen dan laporan praktikum dari asisten dosen yang galaknya melebihi dosen mata kuliah.
2 Tahun lalu...
Dwi memutuskan untuk hijrah. Dia memilih untuk tidak pacaran lagi, karena telah kecewa dengan cinta pertamanya dibangku SMA. Semenjak hijrah, Dwi tidak lagi menghiraukan laki-laki yang coba mendekatinya. Dia sudah jengah dengan mahkluk yang bernama laki-laki kecuali ayah dan adiknya, dipikirannya semua lelaki itu sama! awalnya mendekat dengan segala cara untuk meluluhkan hati seorang cewek, setelah berhasil dan bosan mereka akan meninggalkan cewek itu dengan segala bentuk luka yang menjadi kenangan kelam.
"Huaaahhh ... Capek!!" Dwi merenggangkan badannya di atas ranjang king size miliknya, tak peduli dengan setumpuk buku dan kertas-kertas yang berserakan di meja dan lantai kamar kos nya.
Dwi memilih membuka aplikasi yang bertuliskan huruf "f" di ponselnya untuk menghilangkan penatnya, 1 titik, 2 titik ... akhirnya aplikasi itupun terbuka dan menampilkan beranda. Terlihat ada beberapa pesan masuk, namun Dwi tertarik membuka pesan dari Fandy Abdusalam seorang ikhwan yang entah kenapa akhir-akhir ini sering menanggapi love postingannya dan mengirim pesan padanya walaupun hanya dibaca dan tidak di balas.
Sambil membuka pesan dari Fandy, Ia mengambil gelas di meja belajarnya lalu meneguk air itu hampir habis. Tiba-tiba matanya membulat dan Ia pun kesedak air.
Uuhhuukkkk ... uuhhhuuukkkk ....
"Astaghfirullah ... ini orang ada-ada saja." Dwi kesal namun penasaran dan mulai mengetik balasan pesan itu.
Fandy Abdusalam
"Bismillah... Ukhty? Aku ingin meminangmu di hadapan Allah."
"Afwan, silahkan bertemu langsung dengan bapak saya."
"Alamat ukhty dimana?"
"Antum saja tidak tau rumahku dimana, kenapa tiba-tiba langsung ingin melamar? Maaf kita juga tidak saling kenal, bagaimana bisa antum yakin dengan saya? Saya juga tidak upload foto selfie, bagaimana mungkin antum tertarik dengan saya?"
"Ana yakin, ukhty wanita yang baik dilihat dari status-status ukhty mengenai agama ini dan Ana juga tertarik karena ukhty pandai menjaga diri dengan tidak upload foto di sosmed."
"Jangan menilai orang hanya dari postingan di sosmed, saya tidak sebaik postingan saya."
"Maka dari itu, saya ingin mengenal ukhty lebih jauh lagi. Jadi, boleh kan Ana minta alamat ukhty?"
"Afwan, saya tidak tinggal dengan orang tua karena lagi kuliah. Ini alamat orang tua saya, (...). Silakan berkunjung."
"syukron ukhty"
Dwi tidak membalasnya, Ia melongo memandang ponselnya itu, "Gak apa-apa Dwi, dia pasti gak berani datang, lihat aja nanti." Dwi terkekeh sendiri, "Hiburan yang unik." Ia pun melanjutkan aktivitasnya mengerjakan tugas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aksara Kenangan
Kısa Hikaye⚠️FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA Lapak ini memuat cerpen-cerpen yang pernah aku tulis dan sebagian sudah di bukukan. Terima kasih buat kalian yang bersedia mampir. Happy Reading😊 Sri Yuniarti H.D