[xv] Diagnosa

1.3K 129 173
                                    

Never lost hopebecause it is the key to achieve all your dreams

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Never lost hope
because it is the key
to achieve all your dreams.

· the words pinterest quotes ·
















Brother ─ started
















**

"Mom, it's hurts.."

Darren sangat ingin mengucapkan kalimat itu saat menatap wajah sembab alice yang tengah berlari di samping brankarnya, tetapi dia tak bisa melakukannya karena takut alice semakin terluka. Dia bisa melihat wajah cantik itu yang kini terlihat berantakan, air mata terus berjatuhan di pipinya. Lawrence tak kalah kacau, bahkan pria itu enggan melepaskan genggaman tangannya pada jemari dingin Darren.

Meski pandangannya telah kabur, dan kepalanya sakit bukan main─darren masih bisa melihat Jansen di belakang sana, mengikut kedua orang tuanya dengan keadaan yang bahkan lebih parah dari Alice.

Darren berusaha mempertahankan kesadarannya meski tak bisa di pungkiri jika dirinya sudah tidak sanggup menahan sakit di kepalanya sampai mereka tiba di IGD. Sementara para perawat memakaikan alat medis pada laki laki yang terbaring itu─dokter cantik dengan kacamata bulat yang bertengger di hidung mancungnya itu bertanya pada Alice, "Apakah Darren sering mengalami pusing atau sakit kepala yang berlebihan?"


Darren menjawabnya sendiri sebelum keluarganya menjawab.

"ya.."

Dokter itu menoleh, menghampiri Darren yang tampak pucat pasi.

"Sudah berapa lama?"

Dia sempat melirik Alice dan Lawrence sebelum menjawab dengan ragu.

"Empat bulan"

Ia itu mengangguk, berbalik kemudian menghampiri kedua orang tua Darren yang menatap anaknya seperti meminta penjelasan, terlebih Alice─wajahnya seolah menjelaskan semuanya, bertanya tanya kenapa Darren tidak pernah memberitahukan hal ini pada dirinya.


"Kami harus memeriksa sesuatu di kepalanya, kemungkinan buruk nya─ada tumor di otaknya yang mengharuskan Darren di operasi hari ini juga."

Alice reflek menutup mulutnya dengan tangan kanannya ketika mendengar penjelasan dokter tersebut, dia hampir saja terjatuh jika Lawrence tak bergerak cepat menahan tubuhnya. Alice menatap pria itu dengan mata berkaca-kaca.

BROTHERWhere stories live. Discover now