Kita & Kanker - 13 🎗️

703 59 9
                                    

2 malam sudah kulalui

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

2 malam sudah kulalui. Dan itu artinya, hari ini ialah hari pernikahan Rendy dengan Nayla. Setelah bermalam denganku 2 hari, surat undangan itu pun baru kubuka.

Aku menguatkan hatiku, kala jemariku membuka surat undangan itu dengan perlahan. Jangan nangis. Dua kata itu berulang kali aku rapalkan dalam hati. Kelihatannya, dua kata itu cukup sederhana, namun, menyimpan pengertian yang lebih bagiku. Dua kata itu mengisyaratkan keikhlasan hati, dimana aku harus menahan air mataku kembali meluncur indah, demi kebahagiaan orang yang aku cintai. Dua kata itu pula mengisyaratkan sebuah kekuatan, kekuatan yang berusaha aku tanamkan pada diri ini.

Aku memejamkan mataku sejenak. Ternyata, dua kata itu cukup berefek juga. Walaupun air mataku nyaris tumpah, namun dua kata yang akhirnya kulantunkan secara nyata, mampu membuat bulir air itu tak jadi turun.

Setelah kurasa aku cukup kuat, aku membaca halaman pertama undangan yang tertuliskan dua nama dengan ukuran font yang cukup besar diatasnya.

Rendy Altezza & Nayla Adrianti

Seutas senyuman mengembang dari wajahku, namun diikuti oleh luruhnya sebulir air yang jatuh dari pelupuk mataku. Ah, aku gagal. Aku gagal untuk mengikuti dua kata yang sedari tadi kurapalkan itu. Aku gagal untuk “jangan nangis”.

Tidak ingin berlama-lama membiarkan hujan itu turun, aku segera membaca tempat dilaksanakannya pesta tersebut.

Tempat resepsi : Gedung pernikahan Dahlia Lt.5

🎗️🎗️🎗️

Aku dan Fino sekarang sudah berada di lantai 5 gedung Dahlia. Ini pertama kalinya aku menginjakkan kaki hingga di lantai 5 gedung ini. Biasanya, saat aku menemani papa menghadiri pesta pernikahan dari anak rekan kerjanya, acara tersebut hanya dilangsungkan di lantai 1 atau 2. Yang membedakan lantai 5 dengan lantai-lantai sebelumnya adalah tidak ada dinding yang membentengi lantai ini, alias outdoor.

Setelah mengambil makanan, Fino mengajakku duduk di salah satu meja di pojokan. Sungguh, rasanya aku ingin pindah meja, karena posisiku sangat strategis melihat ke atas pelaminan sana. Sudah kucoba mengalihkan pandanganku, tapi tetap saja ia tak mau pergi, menatap ke arah Rendy yang tersenyum bahagia.

“Jangan dilihat  trus, ntar makin kebawa suasana galaunya.” Fino mengarahkan tangannya untuk menutupi pandanganku yang masih berfokus pada Rendy.

“Iya, Fin.” Aku melanjutkan fokusku untuk menghabiskan makanan yang ada di depanku.

“Udah selesai?” tanya Fino.

Kita & Kanker [Completed✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang