"Yoo Jeongyeon, tunggu!"
Suara Doyoung menggema di koridor menyerukan nama Jeongyeon berkali-kali namun yang dipanggil tidak menggubris. Dengan langkah panjang Jeongyeon berusaha meninggalkan gedung sekolah secepat yang ia bisa. Ia menghentakkan sepatunya cukup keras pertanda sedang berjalan dengan cepat sambil menahan emosi. Mimpi apa Jeongyeon semalam sampai-sampai harus berhadapan dengan laki-laki yang tengah mengejarnya itu.
"Jeongyeon, saya mau bicara!"
Lagi-lagi nama Jeongyeon dipanggil. Masa bodoh pada Kim Doyoung si pria sialan yang ternyata adalah guru di sekolah putranya. Jeongyeon bahkan sudah berniat tidak akan menginjakkan kaki lagi disana. Bertemu dengan Doyoung hari ini membuatnya merasa pernah jadi wanita paling bodoh sedunia, sungguh.
"Purple Ambidextrous!"
Setelah melakukan sedikit acara kejar-kejaran akhirnya Doyoung berhasil juga, Jeongyeon mendadak berhenti tak lama setelah ia menyerukan kalimatnya. Sementara Jeongyeon sendiri terus-terusan merutuki Doyoung dalam hati karena berani memanggilnya dengan sebutan konyol itu sekarang.
"Akhirnya berhasil," Doyoung terkekeh lalu berdiri di hadapan Jeongyeon. "Kenapa menghindari saya?"
"Bukannya udah denger? Saya ada pekerjaan dan harus kembali ke kantor sekarang," balas Jeongyeon datar.
"Bohong! Buktinya kamu tadi mau pergi sama anak-anak ke arah unit kesehatan, kan?"
Anak-anak katanya? Seolah yang dimaksud oleh Doyoung adalah anaknya bersama Jeongyeon. Wanita bermarga Yoo itu mencebikkan bibirnya kesal. Sepasang mata coklatnya menatap ke sembarang arah untuk menghindari kontak dengan lawan bicaranya.
"Minggir, saya nggak ada urusan sama kamu!" usir Jeongyeon.
"Hey, jelas ada. Saya wali kelasnya Doyoung sekaligus ayahnya Minseo," jelas Doyoung.
Jeongyeon diam saja karena tanpa Doyoung berniat memberitahu pun ia sudah tahu lebih dulu. Rasanya dunia terasa sempit saat tatkala dirinya dipertemukan dengan Kim Doyoung. Kenapa?
"Sesulit itu ya move on dari saya sampai-sampai kasih nama anak kamu persis sama nama saya?"
"Dari dulu nggak berubah ya, kamu selalu menyepelekan perasaan saya," sarkas Jeongyeon sambil melayangkan tatapan menyalang.
"Maaf, cuma nyoba bercanda," ucap Doyoung merasa bersalah, sebenarnya dia tidak bermaksud begitu. "Sudah lama sekali ya, kamu apa kabar?"
Karena merasa Doyoung semakin membuang waktunya dengan basa-basi tidak penting kemudian Jeongyeon melangkahkan kakinya. Bagi Jeongyeon, sejak dulu hingga sekarang pun masih sama. Doyoung selalu saja mempermainkan perasannya dan menganggap remeh akan semua isi hatinya. Lalu diraihnya ponsel dari dalam tas untuk memesan taksi daring.
"Tunggu, saya tau kamu pasti benci banget sama saya. Tapi tolong kasih kesempatan buat saya, Jeongyeon."
Jeongyeon menyeka air yang mendadak menetes dari pelupuk matanya. Beruntung kini ia berdiri memunggungi Doyoung sehingga pria itu tidak bisa melihat wajahnya. Kesempatan apa yang dimaksud Doyoung? Jangan bilang pria itu ingin membuat Jeongyeon terlihat lebih bodoh dari pada yang dulu.
"Kasih kesempatan untuk saya memperbaiki semua kesalahan dimasa lalu," lanjut Doyoung.
Jeongyeon berbalik menghadap Doyoung. "Nggak perlu."
Nafas Doyoung tercekat, tubuhnya seperti didorong ke jurang penyesalan yang begitu curam dan dalam. Mendadak memori masa lalu tentang rentetan kejadian antara dirinya dengan Jeongyeon dahulu terputar kembali. Doyoung sadar akan betapa jahatnya ia dahulu, remaja laki-laki tak berperasaan yang mencampakkan seorang gadis ceria nan baik hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love and Pain ft. kdy & yjy
FanficKim Doyoung jatuh cinta kepada seorang perempuan yang dulu pernah ia sia-siakan semasa SMA. Akankah mereka dipersatukan atau justru semakin jauh terpisahkan? ft. Kim Doyoung & Yoo Jeongyeon and one second lead as a surprise start : 25th of December...