Suasana di luar pintu utama KD Company terlihat cukup ramai oleh beberapa karyawan yang telah selesai bekerja. Beberapa mobil pribadi dan taxi pun silih berganti mengambil penumpang yang tengah menunggu di bahu jalan. Yoo Jeongyeon melirik arloji dipergelangan tangannya, masih ada banyak waktu untuk pergi ke supermarket.
Sejak tadi menu-menu makan malam yang lezat terus menghantui pikirannya, ia berencana memasak makanan kesukaan sang putra sesampainya di rumah nanti. Rasanya Jeongyeon ingin pergi menjemput Doyoung hari ini.
Setelah dipikir-pikir, tidak ada salahnya juga untuk membiarkan Doyoung tetap bekerja paruh waktu karena itu memang kemauannya sendiri. Jeongyeon tak lagi bisa melarang Doyoung yang sudah beranjak dewasa untuk melakukan hal yang diinginkannya. Selama itu sesuatu yang baik sepertinya Jeongyeon tidak perlu khawatir.
Saat hendak menyeberang jalan, sorot matanya bertemu dengan seseorang yang tengah bersandar dipintu mobil sembari menatapnya lalu melempar senyuman. Orang itu melambaikan tangan dan melangkah pelan menghampiri Jeongyeon yang masih membeku ditempat.
"Halo, selamat sore," sapa orang itu, terdengar akrab. Oh bukan, lebih tepatnya sok akrab. "Bagaimana pekerjaanmu hari ini?"
Suara milik Kim Doyoung masih membuat Jeongyeon bergeming, tangannya sedikit bergetar. Entah ini sesuatu yang nyata atau sekedar halusinasi belaka, Jeongyeon sedang tak bisa membedakannya. Terlalu asing baginya untuk menyadari kehadiran Doyoung yang sekarang tengah menjentikkan jari didepan wajahnya.
"Jeongyeon, kamu nggak apa-apa?" tanyanya, seperti tak terjadi sesuatu yang berarti diantara mereka.
"Atau... lagi sakit, ya?""Ah, enggak," Jeongyeon menggeleng guna mengumpulkan kesadaran. "K-kamu kenapa ada disini?"
"Saya mencari kamu."
"Tunggu dulu, buat apa mencari saya?" tanya Jeongyeon terkejut. "Kenapa juga kamu bisa tau kalau saya bekerja disini??"
Doyoung terkekeh. "Itu nggak penting sekarang."
Apanya yang tidak penting? Jeongyeon merasa sangat tidak nyaman hingga jantungnya berdegup lebih kencang, bukan karena perasaan senang atau berbunga. Ditatapnya laki-laki itu sekali lagi, Doyoung masih memerhatikannya dengan raut yang sulit untuk diartikan.
Suara gemuruh datang dari langit yang semula cerah, membuat orang-orang yang berlalu pun segera mencari tempat bernaung karena takut basah bila hujan turun setelahnya. Sedangkan dua manusia dengan takdir bersinggungan itu masih diam ditempat, kecanggungan kembali menyelimuti seorang Jeongyeon.
"Ayo, naik ke mobil. Saya antar kamu pulang, Yeon," kata Doyoung tiba-tiba.
Berurusan dengan klien atau rekan kerja yang menjengkelkan mungkin sudah biasa bagi Jeongyeon, tapi kali ini ia harus berurusan dengan pria gila yang entah dari mana bisa datang ke kantornya dan mengajaknya pulang bersama. Pria dihadapannya benar-benar sudah gila.
"Nggak perlu, saya bisa pulang sendiri."
Doyoung sedikit tersentak saat Jeongyeon menolaknya dengan nada bicara yang begitu ketus. Bukan masalah besar sebenarnya, hanya saja Doyoung belum terbiasa dengan perubahan sifat perempuan yang semakin cantik itu. Hingga kemudian setetes air jatuh membasahi kemejanya, Doyoung semakin tidak bisa membiarkan Jeongyeon menolak ajakannya.
"Ayolah, Yeon. Saya tau kamu nggak bawa payung," perkataannya berhasil membuat Jeongyeon mengurungkan langkahnya.
Entahlah, Jeongyeon selalu lupa membawa payung ketika musim hujan datang. Coba saja Doyoung melakukan hal ini saat mereka masih menjadi siswa dulu, mungkin Jeongyeon tak akan menolaknya dengan ketus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love and Pain ft. kdy & yjy
Fiksi PenggemarKim Doyoung jatuh cinta kepada seorang perempuan yang dulu pernah ia sia-siakan semasa SMA. Akankah mereka dipersatukan atau justru semakin jauh terpisahkan? ft. Kim Doyoung & Yoo Jeongyeon and one second lead as a surprise start : 25th of December...