Sekarang Jeongyeon marah, sangat marah malah. Agaknya dugaannya benar, Sejeong yang membuat Doyoung menjauhinya. Ia masih tidak menyangka jika dibalik wajah cantik seorang Sejeong tersembunyi hati yang begitu jahat. Saat jam istirahat ia mendapati Doyoung yang sedang menyendiri, mungkin ini saat yang tepat untuk Jeongyeon buka suara.
"Doy, tolong bilang sama gue ada apa sebenarnya. Gue nggak mungkin tau kesalahan gue kalau lo cuma diam dan nggak jelasin apa pun," pinta Jeongyeon. "Jangan kayak gini lah."
"Udah gue bilang berapa kali sih, gue males ngomong sama lo," begitu menyadari kehadiran si gadis, Doyoung bahkan langsung membuang muka.
"Dugaan gue bener, ya? Sejeong yang sengaja bikin lo menjauhi gue."
"Apa-apaan? Nggak usah bawa-bawa Sejeong lo ya!" Doyoung seketika langsung berdiri.
"Dia ngomong apa aja tentang gue sampai bisa menghasut dan bikin lo berubah gini, hah?"
Doyoung tidak bisa lagi menahan amarahnya. Dengan kasar ia menarik Jeongyeon ke tempat yang begitu sepi tanpa ada satupun orang yang berlalu lalang disana. Tangan Jeongyeon yang semula dicengkeram sangat keras oleh Doyoung kini dihempas begitu kasar, gadis itu tidak protes karena ada yang lebih menyakitkan dari ini. Nafas Doyoung terengah-engah, ia tak bisa membendung gejolak dalam hati dan pikirannya.
"Sekali lagi bawa-bawa Sejeong gue nggak segan buat-----" Doyoung menjeda kalimatnya.
"Apa? Kenapa diem? Lo mau pukul gue, gitu?" tanya Jeongyeon menantang. "Pukul aja, gue nggak takut!"
Mereka berdua sama-sama diselimuti oleh amarah yang memuncak, bagaimana pun Doyoung tidak akan melakukan kekerasan fisik kepada seorang gadis dihadapannya. Kedua netra mereka yang saling bertukar tatapan tajam itu seolah saling berbicara tanpa bibir yang harusnya mengutarakan kata.
"Gue pikir lo tulus temenan sama gue," desis Doyoung guna memecah keheningan.
"Kapan gue nggak tulus? Jangan setengah-setengah ngomongnya!" seru Jeongyeon lantang. Dia tak pernah bermain-main apalagi dengan perasaannya.
"Dulu lo pernah bilang kalau suka sama gue, itu juga bohong kan? Selama ini lo cuma manfaatin gue," rahang Doyoung mulai mengeras. "Lo deketin gue supaya bisa naikin peringkat lo. Nggak nyangka kalau lo bisa kayak gini, Yeon."
"Tunggu, jadi maksudnya lo ngejauh dari gue karena kemarin gue dapet peringkat satu dan ngalahin lo gitu?" Jeongyeon memejamkan matanya sejenak. "Lagi pula itu cuma simulasi aja, Doy. Berhenti bersifat kekanak-kanakan, nggak cocok."
"Selama ini cuma gue yang dapet peringkat satu dalam setiap ujian walaupun itu cuma simulasi sekalipun. Tapi ini bener-bener aneh, lo deketin gue dan peringkat lo bisa naik gitu aja. Apa masih kurang jelas buat nunjukin kalau emang niat lo dari awal emang sebusuk itu?!?" telunjuk Doyoung mengarah tepat pada wajah lawan bicaranya. "Lo pikir gue bego?"
Jeongyeon menyisir anak rambut yang menutupi wajahnya, kedua matanya mulai memanas membendung air mata. Ia cukup dibuat terluka saat mendengar setiap kalimat Doyoung yang seolah menusuk hatinya secara bertubi-tubi. Semudah itu Doyoung mengambil kesimpulan tanpa mencari tahu bagaimana kebenarannya.
"Gue benci sama lo, Yeon."
Setelah berkata demikian Doyoung berlalu dan meninggalkan Jeongyeon. Tidak, Jeongyeon tidak tinggal diam jika permasalahan antara dirinya dan Doyoung berakhir begitu saja tanpa menemukan titik terang.
"Doy, rasanya nggak adil kalau lo benci gue cuma karena simulasi kemarin!" teriak Jeongyeon sambil mengejar Doyoung yang berjalan sangat cepat. "Tunggu, Doy!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Love and Pain ft. kdy & yjy
Fiksi PenggemarKim Doyoung jatuh cinta kepada seorang perempuan yang dulu pernah ia sia-siakan semasa SMA. Akankah mereka dipersatukan atau justru semakin jauh terpisahkan? ft. Kim Doyoung & Yoo Jeongyeon and one second lead as a surprise start : 25th of December...