Bab 8

9 2 0
                                    

Ines membuka matanya yang berat. Kepalanya pusing. Matanya silau menatap langit-langit yang putih. Beberapa orang mengerumuni tempatnya berbaring. Salah satu diantaranya, ada yang Ines kenali.

"Om?" katanya parau. Ines bahkan terlalu lemah untuk berbicara. Kepalanya masih berdenyut. Pusing.

"Gimana keadaannya, Dok?" Raut wajahnya tampak khawatir, walaupun ada sedikit kelegaan disana.

Dokter?
Ah, jadi Ines di rumah sakit.

"Sekarang kondisinya sudah stabil. Tapi kondisinya masih lemah, perlu istirahat penuh."

"Baik, dok."

Ines mengerjapkan matanya lemah. Dia tidak ingat sebab akhirnya dia bisa berakhir di rumah sakit ini. Hal terakhir yang diingatnya adalah saat perlombaan bulan bahasa. Tapi, dimana mama dan papanya?

"Om." Ines memanggil lemah.

"Iya, sayang."

"Mama papa mana, om?"

"Kamu istirahat dulu yaa. Jangan mikirin yang lain dulu, sekarang kamu harus istirahat biar cepet pulih."

Ines mengangguk. Kepalanya semakin lama semakin berat dan akhirnya dia kembali terlelap.

Tiga hari kemudian, kondisi Ines sudah membaik. Dan akhirnya dia tahu kenyataan yang menyakitkan. Keluarganya mengalami kecelakaan. Papanya, mengalami luka parah dan tidak bisa bertahan. Mamanya, walaupun juga terluka cukup parah, masih bisa diselamatkan. Dan saat ini sedang menjalani perawatan intensif.

Ines menangis terisak mendengar kabar itu. Dia jatuh demam selama sehari penuh karena syok. Om Dan, paman Ines merasa bersalah menceritakan kenyataan pahit itu kepada keponakannya yang baru saja pulih.

Ines tidak ingat sama sekali apa yang menjadi penyebab kecelakaannya. Yang dia ingat terakhir kali adalah perlombaannya di bulan bahasa, dan itu ternyata terjadi sebulan yang lalu. Ines, telah melupakan kenangan selama sebulan terakhir sebelum kecelakaan.

Kata dokter, Ines mengalami hilang ingatan jangka pendek. Hal itu bisa saja kerap terjadi. Dan itu bukan hal yang menghawatirkan, selama tidak berefek buruk bagi pasien.

Tapi, dokter itu tidak tahu. Bersamaan dengan ingatannya yang hilang, kini Ines memiliki kemampuan lain sejak dia pertama kali sadar. Ines memiliki Synesthesia yang belum pernah dia ceritakan, kepada siapapun juga.

"Al, menurut Lo apa yang harus gue lakuin kalo tiba-tiba gue akhirnya inget kenangan yang menyakitkan itu lagi?" Ines bertanya pada Alea di suatu hari setelah dia menceritakan tentang kecelakaan yang menimpa keluarganya dulu.

"Itu tergantung Lo sendiri, Nes. Lo milih buat nerima semua kenangan itu dengan lapang dada atau menolak semuanya dengan nyalahin diri Lo sendiri. Itu keputusan lo. Tapi menurut gue, masa lalu itu bukan hal yang besar, Lo inget 'kan perkataan manajer Sang Hoon I di drama Korea favorit kita waktu itu? Kalo Lo masih inget, Lo pasti paham maksud gue."

"Iya bener kata lo, Al. Masa lalu bukan hal yang besar."

Setidaknya untuk saat ini, Ines memilih untuk menerima semuanya. Kenyataan pahit tiga tahun yang lalu, sudah Ines terima dengan lapang dada.

Dan jika kenangan itu datang lagi, Ines harus ingat satu hal, setidaknya bagi dirinya sendiri.

Masa lalu bukan hal yang besar.

Karena Ines tahu, dia hidup untuk masa kini dan masa depan. Masa lalu hanya kenangan dan walaupun berat, bukanlah hal yang besar hingga menghancurkan masa depan yang belum tiba.

PALETTETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang