[3] Kesempatan

235 35 0
                                    

"Yeaji, kau disuruh ke ruangan pak bos tuh."

Salah seorang karyawan menginterupsi Yeaji yang tengah berkutik dengan lembaran-lembaran kertas tebal di mejanya.

Setelah mendengar perkataan itu, yeaji sempat mengerutkan keningnya dan memang ia merasa bingung. Pasalnya ia sungguh merasa tidak berbuat kesalahan.

Langsung saja ia beranjak dan memasuki ruangan bos nya itu.

"Iyaa pak?"

"Mm,, jadi begini. Ishh aku sebenarnya tidak percaya padamu. Tapi aku tidak punya pilihan lain."

"Hah?" Yeaji yang melihat bosnya seperti itu merasa bingung.

Bos nya menatap yeaji.
"Kau, pergilah mulai siaran dan membawakan acara rutin yaitu pertandingan baseball yang diadakan tiap minggu! Kau menggantikan posisi Yerin untuk sementara karena ia sedang cuti hamil."

Yeaji melotot karena terkejut.

"Aishh,, aku sebenarnya tidak yakin padamu. Tapi waktunya tidak cukup kalau harus merekrut orang baru. Malah orang-orang di divisi ini pada sibuk." Bos nya itu terlihat frustasi.

"Ahh,, saya bisa pak. Saya akan berusaha semaksimal mungkin. Acaranya masih sekitar 1 minggu lagi. Saya yakin saya pasti bisa pak." Yeaji dengan penuh percaya diri.

"Baiklah. Tapi 1 hari sebelum siaran, kau harus menunjukan penampilan siaranmu di depanku. Aku tetap harus memeriksa apakah kau layak atau tidak. Aku tidak mau acara itu sampai hancur." Bosnya itu berusaha mengingatkan.

"Baik pak. Saya akan berusaha semaksimal mungkin."

Yeaji akhirnya keluar dari ruangan bos nya itu setelah diberi izin.

Ia sungguh merasa tak percaya akhirnya berhasil mendapatkan kesempatan untuk siaran. Kali ini ia mendapat kesempatan untuk berpaling dari tumpukan kertas yang harus di revisi. Kali ini ia akan benar-benar melakukan siaran.

***

Dirumah, yeaji mulai berlatih membawakan acara pertandingan baseball. Dia sudah memiliki banyak pengetahuan tentang baseball. Hanya saja pengetahuannya akan buyar ketika ia didepan kamera.

Contohnya saja saat ini. Ada sebuah tripod dan kamera mirrorless miliknya didepannya. Ia sudah berusaha mengeluarkan apa yang ia ketahui. Namun, ia justru terlihat seperti orang bodoh yang tidak memiliki pengetahuan apapun.

Ia berpikir mungkin jika ia benar-benar sedang direkam layaknya siaran ia akan bisa beradaptasi.

Ia pun keluar kamar dan menemui Ji Hyun.

"Eonni,, tolong bantu aku!"

***

Ji Hyun merasa kesal karena sejak tadi ia terus memegang kamera Yeaji sedangkan Yeaji selalu terbata-bata ketika mulai perekaman.

Gadis itu selalu gugup jika berbicara didepan kamera.

"Yakkk,,, sampai kapan harus seperti ini? Tangan dan kaki ku pegal. Kalau kau tidak bisa untuk apa kau paksakan.  Jangan sampai kau menghancurkan siaran itu hanya karena kecerobohanmu." Ji Hyun meletakkan kamera milik Yeaji di Sofa. Ia meninggalkan gadis yang masih menunduk sambil terus memegang kertas berisi naskah yg telah ia rangkai namun  sulit untuk terucap.

Yeaji menghembuskan nafasnya kasar.
"Kenapa harus begini?" Ia kesal pada dirinya sendiri yang kesulitan akan hal ini. Ia sungguh merasa bingung kenapa ia sangat gugup ketika didepan kamera.

OUR DREAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang