(Sam's POV)
"Bolehkah aku berteman denganmu?"
"Bagaimana kamu bisa punya teman kalau sikapmu selalu dingin seperti ini?"
"Coba tarik dua ujung bibirmu seperti ini. Dengan tersenyum, kamu jadi manis lo."
"Aku menyesal telah mengenalmu. Ternyata kamu memang menyebalkan."
"Aku membencimu. Jangan dekati aku lagi!"
"Aku muak dengannya. Selama ini aku hanya berpura-pura di sisinya."
"Ain....!!!"
Mataku terbuka. Samar-samar suara perempuan yang tadi muncul itu menghilang. Ah, itu mimpi tentang masa laluku. Perempuan berjilbab itu tiba-tiba terlintas dalam ingatanku dan kata-katanya menggema. Perempuan itu bukanlah Angel. Bukan juga ibuku. Tapi keberadaannya sangat membekas dalam ingatanku. Padahal aku sangat ingin melenyapkannya, seperti keberadaannya yang memang sudah lenyap. Sesuatu yang terlalu dipaksakan memang tak akan menghasilkan apa yang diharapkan.
Hari ini, aku resmi tidak masuk kuliah dengan izin sakit. Tadi Hansel menelpon untuk menanyakan kabarku dan minta maaf atas kejadian di bioskop.
"Aku baik-baik saja. Kata dokter, aku cuma perlu istirahat total beberapa hari," ucapku dengan lemas. Kepalaku masih pening. "Kamu gak usah merasa bersalah. Gempa kemarin kan bukan ulahmu. Gak usah minta maaf."
"Ya Tuhan! Bukan itu yang ku maksud. Aku minta maaf karena merencanakan sesuatu tanpa meminta pertimbanganmu. Aku gak tahu kalau Angel sudah punya tunangan. Mungkin jika dia gak bawa si Alex itu, kamu gak bakal menjadi drop kaya ini."
"Udah, santai aja. Sakitku bukan karena dia. Aku memang lagi gak fit."
"Oh ya, ada salam dari Jun. Katanya 'Sam sayangku, cepat sembuh ya. Muah!'" kata Hansel dengan manja, membuatku ingin muntah. Lalu tiba-tiba ada suara pukulan dari arah telpon Hansel. Suara cowok ganteng itu mengaduh dan minta ampun pada orang yang memukulnya.
Aku hanya tersenyum. Itu pasti Jun yang melakukannya. "Oh ya, salam sayang juga."
"Iya. Cepat sehat supaya aku punya temen untuk bully Jun lagi."
"Iya." Aku hanya menjawab singkat. Kondisiku terasa lemah dan ngantuk sekarang. Kemudian cowok paling ganteng diantara kami itu pun mengucapkan salam dan menutup telepon. Sedangkan aku menutup telpon beserta kedua mataku untuk tidur lagi.
Sementara itu....
"Jun, kayaknya Sam biasa aja. Gak ada yang berubah. Mungkin karena kita gak pernah lihat dia sakit dan kemarin drop tiba-tiba, kamu jadi kepikiran yang aneh-aneh," kata Hansel pada Jun yang sedang nugas di laptopnya.
Jun hanya diam dan fokus pada layar laptop. Padahal sebenarnya, dia masih terbayang dengan apa yang dia lihat pada Sam di bioskop. Dia belum cerita soal mata Sam pada Hansel, namun dia hanya bertanya "Apakah kamu merasakan ada yang aneh pada Sam kemarin?" Tapi Hansel hanya menggeleng. Ah, mengapa dia harus memikirkan Sam. Tugasnya masih banyak sekarang.
***
Beberapa tahun lalu.....
"Eh, itu ada Ain. Ajak dia gabung kita yuk! Kita masih kurang orang ini!" teriak Doni ke teman-temannya di lapangan sambil membawa bola sepak.
"Jangan deh! Aku gak suka sama anak itu!" kata Alfa menolak tawaran Doni.
"Iya, Don. Ajak anak lain aja. Yang penting jangan Ain!" tolak anak-anak yang lain. Akhirnya mereka pergi dari anak yang bernama Ain dan mencari anak lain yang bisa diajak bermain bola. Aku baik-baik saja dengan keputusan bersama mereka walaupun kenyataannya aku adalah anak bernama Ain yang mereka sebut itu dan merasa agak sakit hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
EMOINDIGO
FantasyAda tiga jenis manusia di dunia: normal, Indigo, dan EmoIndigo. Dari sekian itu, EmoIndigo merupakan yang paling jarang dikenal dan berbahaya. EmoIndigo adalah manusia yang dapat mengeluarkan kekuatan supranatural ketika mereka mengeluarkan emosi. K...