Bagian 9 Bayangan

4 1 0
                                    


"Baiklah. Teman-teman, waktunya berperang!"

Ucap Hansel sekaligus memberi aba-aba pada teman sekelompoknya untuk segera mengerjakan tugas. Dia menyalakan laptopnya dan menaruhnya diatas meja kecil. Sam membuka aplikasi yang dibutuhkan di laptopnya sendiri untuk mengerjakan tugas kelompoknya. Wajahnya seperti lesu dan kelelahan. Tapi dia tetap memaksa tubuhnya untuk tetap untuk mengerjakan tugas kelompok di kos Hansel, yang kebetulan sudah dilengkapi wifi. Bolos projek akhir semester dan mendapat IP anjlok merupakan mimpi buruk yang harus dihindarinya sebagai anak beasiswa. Sedangkan Jun mencoret-coret kertas untuk membuat rancangan prototype projek. Sedikit-sedikit dia melirik Sam dengan tatapan waspada, lalu kembali ke kertasnya lagi. Sedikit-sedikit dia juga menengok jam di ponselnya. Dia berharap waktu akan cepat berlalu agar dia bisa meninggalkan tempat ini secepatnya.

"Oh ya, aku baru ingat kalau gak punya apa-apa. Tadi siang kesenengen pas lihat festival di alun-alun," celoteh Hansel yang memandang ke langit-langit. "Aku keluar ya buat cari cemilan. Kalian mau apa?"

"Aku ikut!" sahut Jun cekatan.

Sam sudah tahu apa maksudnya itu. Dia menutup laptopnya dan menawarkan diri. "Aku saja yang keluar. Kayanya gak enak kalau disini terus," katanya dengan datar.

Tuh kan! Sam tersinggung! Ucap Hansel dalam hati. Dia ingin meninggalkan Sam dan Jun agar dapat berbaikan. Bahkan dia mengajak mereka berdua ke festival tadi agar dia dapat menghilangkan ketegangan antara mereka berdua. Tapi hasilnya Sam malah terlihat lesu dan mau sakit, sedangkan Jun tambah menjauh dari Sam. Hansel tidak bisa mengerti mereka sama sekali, apalagi mereka berdua sama-sama penutup. Sam berperilaku seolah-olah tidak apa-apa, tapi Jun menjaga jarak dari Sam. Sekarang pun rasanya canggung. Tidak seperti biasanya yang selalu bercanda dan sering bertengkar lalu mereka akan tertawa bersama.

"Gak apa-apa nih? Wajahmu tadi pucat loh!" kata hansel memperingatinya. "Apalagi ini malam."

"Kamu kira aku cewek ABG apa?" balas Sam. "Lagian minimarket kan cuma di depan."

Sam pun keluar dari kos itu. Sebenarnya selain ingin membeli makanan ringan yang menemani tugas mereka, dia juga ingin mencari udara segar. Rasanya sumpek kalau dilihat Jun seperti itu. berasa seperti penjahat, padahal gak melakukan apa-apa. Dilihatnya lagi ponselnya, tidak ada pesan masuk. Dalam hati dia bersyukur. Orang yang menerornya itu tidak mengiriminya SMS atau chat lagi. Sepertinya tidak ada video yang tersebar. Keadaannya aman sekarang. Tinggal bagaimana dia menangani Jun agar hubungan pertemanannya baik-baik saja. Dan dia juga bersyukur, sampai sekarang Jun tidak bicara aneh-aneh lagi pada Hansel.

Minimarket yang dia cari tepat di depan kos. Untuk kesana, dia hanya perlu menyeberang jalan. Besok hari senin, jadi jalanan sepi. Pasti orang-orang akan memilih tidur untuk menyambut hari esok daripada keluyuran di jalan. Berbeda dengan para mahasiswa seperti Sam dan kawan-kawan yang harus menyelesaian tugas dulu agar siap bertemu dengan hari senin.

Laki-laki berkacamata itu berhasil menyebrangi jalan dengan mudah. Minimarket itu pun juga sepi. Mungkin ini keberuntungan Sam yang tak perlu mengantri disana. Hanya ada seseorang yang duduk di kursi teras minimarket itu. Sam tidak memperdulikannya dan mendorong pintu.

Slap! Ada sesuatu yang menahannya masuk. Tepat di lehernya. Dia meraba sesuatu yang mencekiknya, tapi tak ada apa-apa. Lalu orang yang duduk di teras itu berdiri dan menodong pisau ke punggungnya sambil berbisik, "Lama tak jumpa, Ain Samudra. Pasti kamu bosan menunggu ya?"

"Kamu siapa? Ada urusan apa ya?" tanya Sam dengan polos. "Aku habis kecopetan, jadi aku gak punya uang untuk dirampok."

"Kami gak butuh uangmu. Kami butuh apa yang ada dalam dirimu."

EMOINDIGOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang