(Sam's POV)
Pergi.
Teman.
Berharga.
Sudah lama.
Sendirian.
Jun.
Jangan.
Hentikan.
Hentikan.
Hentikan.
HENTIKAN!!!
Kata-kataku itu terus berdengung di dalam kepalaku. Entah kenapa, aku merasa tanganku bergerak sendiri. Ada banyak orang disekitarku yang hendak memukulku atau menyerangku dengan kekuatan sihirnya. Tapi selalu tak bisa mengenaiku karena ada pelindung tak terlihat didepanku ini. Ternyata ada gunanya juga ya benda ini, pikirku. Aku juga merasa semua orang yang ada disekitarku melayang atau terpental tanpa ku sentuh sama sekali. Atau ada benda-benda terbang yang mengenai mereka sehingga mereka gagal menyakitiku. Bahkan Jun dan gadis itu lari terbirit-birit karena melihatku. Apakah aku semengerikan itu ya sampai mereka lari? Atau aku sudah berubah menjadi monster menyeramkan? Atau aku memang adalah monster dari dulu?
Tuhan....
Nging...!!!! Aaaaaargh!!!! Aku berteriak kesakitan, lalu berjongkok di tempatku. Semua orang berhenti menghakimiku. Lagi-lagi efek kekuatan ini. Kepalaku benar-benar berat sekarang. Napasku tersengal-sengal. Pandangan mataku kabur. Semua orang hanya melihatku dan tak berniat menolongku. Rasanya kepalaku mau meledak. Aku hampir gila. Biasanya untuk melayangkan satu benda saja aku sudah pusing, apalagi banyak barang dan ledakan seperti tadi. Aku sudah tidak kuat lagi.
"Oh, ayolah! Aku masih pemanasan ini! masa sudah K.O.?" remeh bos perampok itu. "Ternyata segini aja kemampuanmu? Kekuatan saja yang besar, tapi tidak bisa mengendalikannya sama sekali."
Aku memandangnya dengan dendam, tapi pandanganku kabur. Aku ingin berdiri dan menyerangnya lagi. Tapi tidak bisa. Tubuhku berat. Aku malah jatuh tersungkur. Aku tidak bisa menghadapi orang ini.
Tiba-tiba orang-orang datang mengerumuniku dan mengunci kedua tanganku di belakang punggungku, lalu yang lain menegakkan punggung dan kepalaku ke hadapan bos itu. Sementara orang itu berusaha melemaskan kedua tangannya, seperti hendak mau meninjuku. Tapi ternyata tidak. Dia hanya meletakkan tangan kanannya ke dahiku. Aku bisa merasakan telapak tangannya yang dingin, berbeda dengan kondisiku yang rasanya panas. Lalu mulutnya komat-kamit seperti membaca mantra dan....
AAAARRRGGHH!!!!! Aku berteriak kencang. Rasanya seperti ada listrik, eh bukan, petir yang menyambarku melalui dahiku. Aku berusaha berontak tapi tak bisa. Tangan orang itu seperti menempel di dahiku dan menyedot sesuatu dariku. Semua sel ditubuhku seperti terbakar dan kesetrum. Aku bergetar. Apakah aku akan mati hari ini?
Brak! Sebuah pintu terbuka dengan paksa. Orang itu melepas tangannya karena kaget. Aku merasa shock berat. Air liurku keluar berantakan. Kepalaku yang semula tegak jadi berat dan menunduk, lalu terbatuk keras. Perutku mual. Semua orang yang menahanku pun melepaskanku hingga aku tersungkur tak berdaya lagi. Aku tak bisa menggerakkan seluruh tubuhku. Berat. Rasanya berat. Aku jadi lumpuh sekarang.
"Angkat tangan! Ini polisi!" kata seseorang dari pintu ruangan itu. Semua penjahat di ruangan ini kaget dan lari kocar-kacir. Mereka ingin kabur dengan kekuatan supranaturalnya, tapi gagal. Sepertinya semua kelelahan karena menghadapiku yang mengamuk tadi, jadi tidak ada kekuatan yang tersisa untuk mereka gunakan. Hanya bos perampok itu yang bisa kabur entah kemana dengan kekuatannya.
Aku hanya bisa melirik polisi-polisi yang meringkus penjahat itu dari tidurku. Salah seorang dari mereka menghampiriku dan menanyakan kondisiku.
Aku hanya bisa menutup mataku.
Gelap.
Dingin.
Kesadaranku menghilang.
***
"Sial! Yang tadi itu bahaya sekali! Untung aku bisa kabur!" keluh seseorang yang terlihat mengendap-endap kabur melalui pintu belakang rumah sakit bekas itu. "Kekuatan anak itu besar sekali. Biasanya aku hanya butuh waktu sepuluh menit untuk mengambil kekuatan orang lain. Tapi tadi, hampir satu jam aku mengambilnya, tapi gak habis-habis. Gara-gara polisi tadi, aku harus kabur. Gak tahu wisgimana anak buahku. Bisa teleportasi aja udah untung, walau cuma jarak beberapa meter dari tempat itu. Yang penting jalan yang ku lewati ini tidak ada polisi dan aku bisa kabur."
Orang itu ternyata bos perampok. Napasnya tersengal-sengal. Dia tidak pernah merasa kelelahan seperti ini setelah menyedot kekuatan seseorang. Setelah kabur, rasanya dia masih ingin mengincar anak bernama Ain Samudra itu untuk mengambil sisa-sisa kekuatannya. Yang dilakukan anak itu tadi luar biasa! Bos perampok itu sangat ingin memilikinya.
Orang itu mencari pintu gerbang belakang rumah sakit. Tempatnya tidak jauh dari pintu tempat dia abur. Dia merasa lega setelah bisa keluar dari gerbang itu dan kabur dengan selamat. Lalu dia berusaha berjalan kaki untuk mencari tempat persembunyian. Tapi, tiba-tiba ada sebuah lampu sorot mobil yang menyilaukannya. Dia mencoba menutupi silau cahayanya dengan tangan kanannya dan melihat siapa orang yang berani melakukan itu.
Di tengah silau cahaya dua lampu mobil itu, ada seorang laki-laki yang berdiri tegak dan sombong. Dia menghampiri bos perampok itu dengan santainya.
"Berhenti! Atau aku akan membunuhmu!" bentak bos perampok itu sambil menodongkan pisau lipatnya ke arah orang yang mencurigakan itu.
"Wah! Wah! Serem banget~! Padahal kamu sudah menyerap banyak kekuatan orang lain, tapi untuk menakuti orang saja masih pakai pisau dapur. Kasihan sekali," ejek orang itu dengan angkuh. "Apalagi yang kamu serap itu kekuatan EmoIndigo."
"Diam! Pergi, jika kamu gak ingin mati!" ancam bos perampok itu.
Pip! Lampu mobil itu mati seketika setelah orang didepannya memencet tombol di kunci mobilnya. Bos perampok itu dapat melihatnya dengan jelas. Orang itu menampakkan cahaya merah menakutkan di iris matanya, seperti Sam yang sedang mengamuk tadi. Tapi mereka berbeda, orang itu tak terlihat mengamuk. Dia malah tampak tenang di tempatnya. Dia pun berkata dengan senyumannya yang manis, "Aku juga gak ingin kamu mati. Aku hanya ingin menegakkan kebenaran disini."
"Ka.. kamu.... Kamu yang mengalahkan orang-orangku dulu!" Bos perampok itu bergetar. Dia ingin lari jauh, tapi egonya menolak. Dia ingin menghabisi orang yang berani mengejeknya itu. Kakinya berlari ke arah orang itu dan menodongkan pisaunya tepat ke arah lehernya lalu....
"Aneh ya. Banyak orang yang menyukai bulan purnama. Katanya putih bersinar indah. Seperti mengandung harapan. Tapi menurutku, bulan purnama itu putih pucat menyebalkan," kata orang itu sambil melihat ke arah bulan purnama yang menerangi mereka. Lalu dia menoleh pada orang yang menodongnya. "Seperti warna keputusasaan."
Deg! Aneh. Badan bos perampok itu berhenti bergerak tepat di depan orang itu. tepat saat dia melihat warna mata orang itu yang berubah menjadi putih pucat, bukan, berwarna perak berkilauan. Pisaunya jatuh ke tanah. Perlahan badannya lemas tak berdaya. Dia lunglai dan kehilangan kesadarannya. Matanya pun menutup sempurna. Dia seperti telah kehilangan nyawanya.
Orang yang berrdiri tegak itu pun jongkok dan menjambak rambut laki-laki paruh baya itu. "Maaf, aku lupa mengenalkan diri. Namaku Alan Stuart. Ingatlah hal itu, Wahai calon rekan kerjaku."
***

KAMU SEDANG MEMBACA
EMOINDIGO
FantasíaAda tiga jenis manusia di dunia: normal, Indigo, dan EmoIndigo. Dari sekian itu, EmoIndigo merupakan yang paling jarang dikenal dan berbahaya. EmoIndigo adalah manusia yang dapat mengeluarkan kekuatan supranatural ketika mereka mengeluarkan emosi. K...