(Sam's POV)
Hmm, lagi-lagi....
Tercium bau anyir laut yang menyeruak ke hidungku. Laut terbentang luas. Tebing yang ku pijaki terasa sangat keras. Lagi-lagi aku berdiri di tepi pantai ini. Ini mimpi lagi ya? Tanyaku dalam hati.
Lagi-lagi kepalaku berat dan berdengung, lalu hilang kembali. Rasa panas di mataku juga hilang timbul. Sepertinya sangat menyegarkan jika aku masuk kesana. Aku ingin sekali ke sana. Masuk ke lautan dalam itu.
Angin laut melambai menyibakkan rambutku. Kakiku melangkah menuju ujung tebing. Tidak ada gunanya aku kembali. Jun sudah melihat bagaimana mengerikannya aku tadi. Hansel pasti akan tahu jika Jun menceritakannya. Hidupku akan seperti dulu lagi. Sendirian dalam kesepian. Aku....
"Sam! Jangan mati.Ku mohon," tanya seseorang dibelakangku.
Langkahku terhenti. Badanku berbalik ke belakang. Ada Jun yang berdiri tegak agak jauh dariku, tapi pandangannya lurus ke arahku. Aku kaget. Bagaimana dia ada disini? Ini kan mimpiku?
"Sam, jangan mati. Nanti kita gimana kalau kamu tak ada?" tanya lagi seseorang disampingnya.
Hah? Hansel kenapa ikutan disini? Apa-apaan ini?
"Kalian...," panggilku lirih.
"Kalau kamu mati," kata Hansel terputus. Dia tersengal oleh kata-katanya sendiri. Wajahnya menunduk, seperti bingung merangkai kata-kata. Aku heran. Kakiku berbalik dan menghampiri mereka. Aku ingin mendengar lebih jelas apa yang mereka katakan. Aku takut apa yang aku dengar salah. Hansel pun mendongakkan wajahnya kepadaku dan berkata, "Kalau kamu mati, siapa yang mengerjakan projek kita?"
"HAH???" keluhku dengan kesal.
"Hore! Akhirnya Sam sadar!" teriak Hansel disampingku. Jun menghembuskan napas lega. Aku melihat sekeliling. Tanganku ditusuk oleh selang infus. Hidung dan mulutku juga ditutupi oleh selang oksigen. Kamar yang ku tempati sangat putih bersih dan terang. Di setiap sisi ranjangku, terdapat kain penyekat untuk memisahkan tempatku dan tempat orang lain. Oh, aku di rumah sakit ternyata.
"Sam! Akhirnya kamu sadar! Aku kangen!" kata Hansel sambil memelukku. "Aku takut kamu pingsan lama."
"Sakit, kampret!" umpatku sebal.
Dia pun melepaskan rangkulannya. "Sorry! Aku senang banget tadi."
Grep! Aku bersembunyidi balik selimutku. Mereka berdecak kaget melihat tingkahku dan bertanya mengapa aku jadi begini. Aku diam saja. Tentu saja aku kesal. Mereka hanya mau aku bangun dari pingsan karena masalah projek saja. Hah, dasar mereka!
Lalu dokter pun datang masuk dan mengusir mereka berdua keluar dari sekat ruanganku. Haha. Aku keluar dari selimutku dan tertawa pada mereka. Aku ingin mengerjai mereka. Enak saja mereka membangunkanku hanya karena masalah tugas kuliah. Mampus kalian jadi bingung!
Orang berjas putih itu pun memeriksa keadaanku. Dia sudah melepas selang oksigenku dan menanyakan kabarku, "Bagaimana? Apa tubuhmu masih lemas? Masih pusing?"
Aku menggerakkan tanganku dengan bebas. "Tidak. Saya merasa sangat enteng sekarang. Saya malah merasa sangat lebih baik dari sebelumnya. Mungkin saya cukup tidur barusan."
Dokter itu menghembuskan napas lega. "Untunglah. Aku sempat bingung mau menghubungi dokter siapa karena aku tak pernah menangani orang EmoIndigo sakit sebelumnya. Tapi jika kamu malah merasa lebih baik, aku tak perlu cari dokter lagi."
"Oh iya," jawabku tersenyum. "Eh? Dokter tahu...."
Dokter itu pun bercerita. Kemarin lalu aku dibawa kesini dalam keadaan tidak sadar oleh para polisi. Saat dia memeriksaku, apalagi saat membuka kelopak mataku, dia menemukan mataku yang memancarkan warna merah. Dia sudah tak takut lagi pada orang EmoIndigo karena dia sudah pernah bertemu orang seperti itu sebelumnya. Hanya saja dia masih belum bisa menyembuhkan orang EmoIndigo, jadi setiap ada orang sepertiku sakit dan pergi berobat padanya, dia selalu bingung mencari rekomendasi dokter yang cocok untuk pasien itu dan hanya memberi obat ala kadarnya. Dia pun juga menambahkan, "Sebenarnya aku baru saja terhubung dengan dokter yang ahli di bidang pengobatan EmoIndigo. Tapi karena kamu malah merasa lebih baik, sepertinya aku tak perlu memanggilnya lagi. Atau apa kamu mau bertemu dengannya"
KAMU SEDANG MEMBACA
EMOINDIGO
FantasiaAda tiga jenis manusia di dunia: normal, Indigo, dan EmoIndigo. Dari sekian itu, EmoIndigo merupakan yang paling jarang dikenal dan berbahaya. EmoIndigo adalah manusia yang dapat mengeluarkan kekuatan supranatural ketika mereka mengeluarkan emosi. K...