Bagian 3 Karya Seni Tuhan (Part 2)

7 1 0
                                    

(Sam's POV)

Aku melewati masa-masa SMA-ku tetap bersama Ara, walaupun selama tiga tahun kami tidak pernah sekelas. Kami berangkat bersama, istirahat bersama, pulang bersama, main bersama, hingga belajar bersama untuk menghadapi Ujian Nasional. Hubungan kami telah menjadi hubungan timbal balik. Dulu saat kita mulai berteman –karena selama ini dia terus bersamaku, aku jadi menganggapnya teman walaupun sebenarnya dia lebih banyak menggangguku- dia mengajariku tentang bagaimana cara bergaul dengan orang lain.

"Coba tarik dua ujung bibirmu seperti ini. Dengan tersenyum, kamu jadi manis lo," katanya sambil menarik kedua ujung bibirnya dengan jari. "Senyuman adalah ekspresi manusia yang paling enak dipandang. Orang lain akan nyaman bersama kita jika kita murah senyum padanya."

Aku mencoba menarik kedua ujung bibirku dengan paksa dan tanpa ekspresi.

"Ampun dah! Kamu memang menyebalkan!"

Lalu aku membalasnya dengan mengajarinya mata pelajaran yang tidak dia kuasai. Kebetulan nilai kami berbanding terbalik. Disaat raporku selalu mendekati nilai sempurna, sementara nilai rapornya sering terbakar kritis oleh tinta merah. Apalagi sekarang, kami sudah memasuki tahun ketiga di SMA, yang artinya kami harus lebih rajin belajar untuk menghadapi Ujian Nasional.

Orang-orang disekitarku pun saling bertukar gosip seperti :

Kok bisa sih ada cewek betah di samping monster itu setiap hari?

Aku tak menanggapi gosip itu. Karena gadis ini pun juga tak peduli dengan omongan orang. Kalau dia bilang A ya dia melakukan A. Kalau dia suka B maka dia akan mengikuti B. Kata-kata serta kelakuannya blak-blakkan dan saling beriringan. Aku suka hal itu.

Namun ada sedikit yang berubah darinya.

Sebenarnya dia masih tetap sama. Menyukai keanehanku dengan terang-terangan sambil memukulku gemas berkali-kali. Tapi tidak seperti saat pertama aku bertemu dengannya, yang selalu bawel dan tanya ini-itu. Sekarang, saat kami kelas XII, dia menjadi agak pendiam. Dia sering sekali mengalihkan pandangannya dariku saat aku memandangnya. Aneh. Apa karena dia ingin fokus menghadapi Ujian Nasional, jadi dia bersikap dingin seperti ini? Atau karena pembicaraan orang-orang?

Dia juga mulai berperilaku kasar. Aku tahu dia kasar dengan memukulku gemas berulang kali. Tapi ku maafkan karena dia ingin mengakrabkan diri denganku. Namun yang membuatku tak habis pikir, dia pernah berkelahi dengan anak-anak geng di sekolah ini. Dan hasilnya dia menang mutlak atas tumbangnya sepuluh laki-laki di lapangan basket. Dia dan anak-anak itu pun dipanggil ke ruang BK dan diberi sanksi skorsing selama seminggu.

Saat itu aku mencoba menghubunginya untuk menanyakan apa yang terjadi padanya selama ini. Tapi dia tak pernah menjawab. Entah secara langsung, telpon, dan SMS, dia tak menanggapi apapun. Apakah dia menyembunyikan sesuatu? Atau dia hanya tak mau diganggu? Lagi PMS kali ya?

Setelah aku menyerangnya dengan banyak SMS, dia pun membalas :

<Aku membencimu. Jangan dekati aku lagi!>

Eh? Ada apa dengan Ara? Aku semakin bingung dibuatnya. Tidak biasanya dia bereaksi seperti ini. Apa yang terjadi padanya?

***

Seminggu pun berlalu. Seharusnya Ara sudah masuk. Tapi aku tak bisa menemuinya sama sekali. Saat berangkat, dia hampir terlambat dan langsung masuk kelas tanpa bertemu denganku. Aku ingin menghampiri rumahnya sebelum berangkat tadi, tapi ternyata dia dan keluarganya di rumah pamannya untuk sementara waktu ini. Lalu saat istirahat, dia berada di ruang guru dan tak bisa diganggu karena dia mengerjakan hutang tugas saat dia diskors kemarin. Dan saat pulang inilah yang ku tunggu. Aku akan mengajaknya pulang bersama seperti yang biasa dia lakukan. Tapi sayang, saat ku tengok kelasnya, disana sudah kosong. Dia sudah pergi.

EMOINDIGOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang