Bagian 8 Festival

4 1 0
                                    


Terdengar suara musik yang mengalun dengan tempo cepat dan enerjik dari ruang musik. Musik itu bukan berasal dari permainan sebuah band, tapi dari sebuah ponsel yang dihubungkan ke speaker. Setiap dinding di dalam ruang musik itu dipenuhi oleh cermin. Sehingga jika ada orang yang masuk dalam ruangan itu maka dia akan langsung dapat melihat bayangan sebesar dirinya.

Pada malam minggu ini, masih ada seorang gadis remaja sedang latihan menari di ruangan itu. Gerakannya lincah sambil menyanyikan lagu yang bernada ceria. Wajahnya tampak cerah walaupun banyak dihiasi keringat. Keringatnya yang bercucuran itu malah terlihat berkilauan indah di udara karena terkena cahaya lampu.

"Meda!" panggil seseorang dari belakang hingga membuat orang yang tengah menari itu kaget.

"Hai, Yola! Mau ikut latihan juga?" tawar gadis itu dengan tetap bergerak kesana kemari.

"Gila! Sekarang sudah jam berapa coba? Masih latihan mulu. Kamu ditunggu pacarmu di depan sekolah lo!" kata Yola. "Sekolah ini juga mau ditutup!"

Meda melihat jam di ponselnya sambil melepas kabelnya dari speaker. Sudah jam sembilan malam. "Ya Tuhan! Aku lupa! Soalnya besok acaranya, makanya aku fokus latihan terus," ucapnya sambil menepuk jidat.

"Fokus sih fokus!" peringat Yola sambil mencubit pipi gadis itu. "Tapi jangan terlalu diforsir, jangan lupa istirahat. Masa latihan dari jam tiga sampai sekarang belum berhenti sama sekali."

"Iya, iya! Makasih ya!" Meda segera berlari keluar untuk menemui pacar yang menjemputnya. Sesaat setelah keluar dari ruangan itu, dia berpapasan dengan dengan seorang perempuan yang hendak menyimpan barang-barang ke dalam ruang musik. Perempuan itu hanya bisa memasang wajah sinis pada Meda ketika melihat gadis ceria itu menemui pacarnya di depan sekolah.

***

Keesokan harinya ....

"Hore!!!"

"Festival budaya! Aku datang!"

Teriak Hansel girang di depan gerbang tempat festival. Untung ganteng, jadi ketidakwarasannya banyak dimaklumi orang. Apalagi para cewek yang lewat pun tampak tertawa geli melihat kekonyolan anak itu. Sangat berbalik jika dibandingkan dua wajah yang ada dibelakangnya. Seorang laki-laki berkacamata terlihat lesu, seperti baru saja melihat suatu kejadian menegangkan. Sementara si anak pendek tampak tegang dan berdiri agak jauh dari laki-laki itu.

Hansel membalikkan badannya dan menarik dua teman kupernya itu. "Ayolah teman-teman! Janganlesu dan tegang gitu dong! Kita ini lagi lihat festival, bukan ikut perang! Apalagi Sam. Kemarin kan kamu baik-baik saja, kenapa sekarang jadi letoy gitu?"

Sam hanya diam tak menanggapinya. Dia hanya mengalihkan pandangannya ke arah lain. Sementara Jun mundur ke belakang, tepatnya di belakang Hansel. Cowok ganteng itu pun hanya menepuk jidat.

Raut wajah Sam dan Jun berbanding terbalik dengan suasana tempat itu. Ada panggung megah meriah di tengah alun-alun. Banyak stand makanan ringan seperti minuman dingin, jajanan tradisional, jajanan pinggir jalan kekinian, dan lain-lain. Ada street fashion show juga yang terbentang dari panggung hingga pintu gerbang alun-alun yang hanya dibatasi oleh pagar besi pendek yang bisa dipindahkan. Dan juga permainan kecil untuk anak-anak balita.

"Aku mau pulang," kata Jun sambil berlalu.

Hansel menahan baju Jun dan mengeluh, "Cepet banget! Baru aja sampai lokasi, masa balik?"

"Aku pusing kalau di keramaian gini! Aku mau pulang!" keluh Jun berulang kali.

"Dasar nolep!" Hansel pun menyuruh Sam untuk keliling. "Sam, mendingan kamu yang beli cemilan gih! Aku jagain Juned cilik kita biar gak nyasar."

EMOINDIGOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang