(Alan's POV)
"Alan, aku minta maaf. Aku sudah tidak kuat lagi."
Seorang wanita berambut panjang mengatakan itu sambil berdiri di atas pagar balkon dan memegang pistol ke kepalanya sendiri. Aku ingin lari ke arahnya tapi tubuhku tertahan kaku di tempat. Dan....
"Selamat tinggal!"
DOR! Suara tembakan berbunyi setelah ucapan terakhirnya itu. Tubuhnya jatuh ke belakang, terjun bebas menuruni lantai tiga rumah ini, hingga tergeletak di tanah dan bersimbah darah.
"Laura!" panggilku tiba-tiba, bersamaan dengan terbukanya mataku. Ah, mimpi lagi, batinku. Untung orang-orang disampingku juga tidur, jadi tidak ada yang menatapku aneh atau menertawakanku karena aku baru saja mengigau tadi. Sebenarnya itu adalah mimpi yang kenyataannya pernah ku alami dulu. Yaitu ketika aku melihat istriku bunuh diri dengan menembak kepalanya sendiri dan terjun dari balkon lantai tiga. Dia sudah tak sanggup lagi menahan bebannya selama ini. Waktu itu aku hanya bisa menangis. Aku gagal menolongnya . Ku pegang tangannya yang dingin ketika para petugas kepolisian mengangkatnya ke ambulans. Aku terpukul. Aku kehilangan orang yang paling ku cintai dan mencintaiku apa adanya sejak saat itu. Aku hampir saja mengikuti jejaknya untuk meninggalkan dunia ini. Namun salah satu sahabatku muncul menahanku untuk terjun dari tebing dan menemaniku menghadapi kepergiannya. Hingga aku mendapat ide cemerlang untuk mengatasi kegalauanku. Aku harus mengatasi penyebab penderitaan Laura, mendiang istriku.
Tiba-tiba terdengar suara pramugari yang memberikan intruksi bahwa pesawat akan mendarat di bandara Soekarno Hatta. Perjalanan dari Swiss ke Indonesia memakan waktu belasan jam, cukup membuat badanku pegal. Setelah lama aku meninggalkan tanah kelahiranku untuk berjuang di organisasi kesehatan Internasional atau WHO, kini aku pulang tanpa membawa hasil apa-apa. Iya, semua yang ku lakukan di Swiss selama sepuluh tahun rasanya sia-sia. Hal itu gara-gara penelitian yang telah ku kembangkan selama disana dihentikan oleh para petinggi. Padahal selain melakukan penelitian itu, aku sudah membantu mereka banyak hal untuk berbagai kemajuan kesehatan di dunia ini. Aku masih teringat bagaimana aku mengacau dan disudutkan di konferensi beberapa waktu yang lalu.
"Mengapa penelitian saya dihentikan?" tanyaku pada peserta konferensi WHO kemarin. "Bukankah kita ini adalah lembaga kesehatan yang bekerja untuk kebaikan seluruh umat manusia tanpa pilih-pilih? Mengapa harus dihentikan ketika penelitian ini sedang berkembang?"
"Ada masalah kesehatan yang lebih penting daripada masalah yang kamu angkat. Jadi kita hentikan dulu penelitian itu," alasan salah satu peserta konferensi yang lebih senior. "Lagipula-"
"Hentikan dulu? Ada banyak kasus kematian yang terjadi karena masalah ini! Bagaimana kita bisa mengabaikannya begitu saja?" ucapku untuk menguatkan alasanku.
"Justru karena ini beresiko! Kami sudah tidak sanggup bertanggung jawab dengan penelitianmu yang sering gagal! Lagipula hasil dari penelitian hanya bisa dinikmati sebagian kecil orang, tapi menghabiskan dana yang besar."
"Tapi hasil penelitian ini sangat berharga walaupun hanya untuk minoritas. Bukan hanya minoritas, tapi juga masyarakat banyak. Kalian pasti tahu kan apa saja akibat dari masalah ini? Ada banyak kasus bunuh diri dan bencana karena masalah ini. Kalian pasti mengerti kan?"
"Iya, saya tahu. Saya juga tidak lupa dengan bencana yang menimpa mendiang istri anda yang bunuh diri, Dokter Alan Stuart," ucap Fred Curtis, salah seorang peserta konferensi tersebut. Perasaanku tersinggung karena menyangkut Laura. Jujur, dia adalah orang yang paling ku benci dan sering berselisih denganku di organisasi ini. "Apa kamu tidak ingat dengan apa yang kamu lakukan pada Badai Tirta Angkasa beberapa tahun lalu dengan hasil penelitianmu itu?"
"Tentu saya tidak lupa karena dia adalah pasien saya yang berharga. Namun hasil penelitian saya waktu itu memang belum sempurna. Makanya saya ingin menyempurnakannya agar tak ada lagi kejadian yang sama. Saya berusaha menyembuhkannya secara total. Saya bertanggung jawab-"
KAMU SEDANG MEMBACA
EMOINDIGO
FantasíaAda tiga jenis manusia di dunia: normal, Indigo, dan EmoIndigo. Dari sekian itu, EmoIndigo merupakan yang paling jarang dikenal dan berbahaya. EmoIndigo adalah manusia yang dapat mengeluarkan kekuatan supranatural ketika mereka mengeluarkan emosi. K...