"Kalo gue ada salah, kasih tau. Jangan diem lalu pergi begitu saja."
-Arsyan Prasakti Ramadhan.
"Ta, suapin gue sarapan!" pinta Arsyan.
Mendengar itu, Permata memutar bola matanya malas. "Dih, ogah banget gue."
"Yaudah, gue enggak mau sarapan!" ucap Arsyan membuang muka ke arah lain.
"Lo harus sarapan, abis itu minum obat!" saran Permata menyodorkan mangkuk berisi bubur.
"Enggak mau!" jawab Arsyan singkat.
Terdengar suara langkah kaki dari arah pintu. Wanita paruh baya menghampiri mereka dengan membawa pastel yang berisi buah-buahan. "Eh sayang, kamu udah bangun?" tanyanya membuat Arsyan tersenyum tipis.
Dewi menaruh pastel itu di atas nakas lalu duduk di samping brankar. "Gimana kondisi kamu, ada yang sakit?"
"Aku udah membaik kok, mah," jawab Arsyan.
"Iya, Tan. Arsyan udah membaik kok. Cuma dia enggak mau sarapan," ucap Permata.
"Lho kok gitu. Yaudah sini biar Mamah yang suapin," ujar Dewi mengambil alih mangkuk yang ada di Permata.
"Gak mau!" tolak Arsyan ketus.
"Kenapa enggak mau makan?" tanya Dewi.
"Arsyan enggak mau makan, kalo bukan Permata yang suapin!"
Dewi menarik nafas, senyumnya mulai terbit. "Oh jadi kamu mau di suapin sama Permata," ucapnya membuat Permata mengerutkan dahi.
"Yaudah, Ta tolong suapin ya!" pinta Dewi menyodorkan kembali mangkuk itu.
"Wlee!" Arsyan mengulurkan lidahnya.
Permata tidak bisa menolak permintaan dari Dewi. "Yaudah i-iyah, Permata suapin."
"Kalo gitu, mamah ke toilet bentar ya." Dewi beranjak berdiri dan di angguki oleh keduanya.
Setelah Dewi menghilang dari pandangan. Permata mengaduk bubur itu kasar dan menyodorkannya ke mulut Arsyan. "Yaudah nih buruan makan!"
"Gimana mau makan. Orang yang nyuapinnya aja sewot mulu!" ucap Arsyan ketus.
Permata menarik nafas lalu perlahan menghembuskan. "Yaudah, Arsyan makan dulu yuk!" ucapnya berusaha tersenyum.
"Nah gitu dong, kan enak makannya," ucap Arsyan tersenyum.
Selesai makan, Arsyan meminum obat yang di berikan oleh dokter dan di bantu oleh Permata. Obat yang pahit, namun tak masalah jika minumnya sambil menatap wajah manis Permata. Alay bukan?
"Permata." Panggil Arsyan membuat Permata menatapnya.
Tangan Arsyan mulai menggenggam tangan Permata dan menatapnya dalam. "Lo mau maafin gue kan?"
"Iya gue maafin. Tapi__" Arsyan masih menunggu ucapan Permata selanjutnya.
"Kita enggak bisa sahabatan kayak kemarin lagi." Lanjut Permata. Matanya terlihat berkaca-kaca menahan air matanya agar tak terjun.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKU ATAU DIA [TAMAT √]
Teen Fiction[BUDAYAKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA!] -Ada yg llebih sakit dari kehilangan yaitu mengikhlaskan dia bahagia dengan wanita lain. ~Permata Christalia Gerdapati. *** -Gimana sih rasanya terjebak friendzone? -Gimana sih rasanya melihat orang yang kita cint...