Hari kelulusan SMA MERAH PUTIH

1.1K 37 8
                                    

Hubungan Arin dan Arsyan semakin hari semakin merenggang. Entah itu dalam komunikasi maupun secara langsung.

Arsyan. Laki-laki itu entah kenapa semenjak kepergian Permata ia menjadi berubah. Arsyan sudah tidak peduli lagi dengan Arin. Hanya Permata lah yang selalu menjadi prioritas di pikirannya.

Arsyan juga selalu terlihat murung dan menyendiri. Bahkan Arin sempat berusaha menghibur dan membantunya untuk bangkit. Namun, laki-laki itu selalu saja menolaknya dengan halus. Tapi, sangat menyakitkan untuk Arin. Arsyan selalu bilang begini ‘Rin, please. Gue butuh waktu, dan untuk sementara sebaiknya lo enggak usah dekati gue lagi’. Kurang lebih seperti itulah. Dan, Arin sendiri hanya bisa bernapas pasrah.

Seperti yang terlihat saat ini. Arin sedang mengekori kemana pun Arsyan berjalan. Ia membawa kotak makan berisi nasi goreng buatannya tadi pagi. Arin sama sekali tidak menghiraukan tatapan siswa lain yang menatapnya bingung. Pantas, karena selama ini biasanya Arsyan lah yang selalu mengekori Arin. Dan kalian tau nasi goreng buat siapa itu?

Buat Arsyan jawabannya. Dewi-mamah Arsyan tadi pagi sempat mengirimkan pesan chat kepada Arin. Memintanya membujuk Arsyan agar laki-laki mau mengisi perutnya yang kosong.

Arin akhirnya mengiyakan permintaan Dewi. Dengan semangat Arin memasak nasi goreng berharap Arsyan akan memakannya dengan lahap.

“Arsyan tunggu sebentar,” panggil Arin. Tidak terasa mereka tengah berada di taman belakang sekolah.

Arsyan menghentikan langkahnya. Berbalik menatap Arin yang sudah terlihat lelah. Namun, dalam hati ia tidak minat untuk membuka suaranya.

“Kamu belum sarapan kan? Aku udah buatin kamu nasi goreng, kita makan sama-sama yuk?” ajak Arin. Dalam hati ia terus berdoa semoga Arsyan menerimanya dengan senyuman.

Arsyan memutar bola matanya malas lalu menghela napas jengah. “Gue enggak minat, lo aja yang makan. Jangan sampai lo sakit.”

Arin mengerutkan dahinya. Seharusnya yang harus bilang 'Jangan sampai lo sakit' itu ia kepada Arsyan. Bukan malah sebaliknya. Arin juga bingung, padahal yang harus di perhatikan itu Arsyan bukan dirinya.

“Arsyan... please kali ini aja...” lirih Arin, berharap laki-laki itu mau menerimanya. Ia sudah sangat lelah karena masakan yang di buatnya dengan semangat hanya akan di tatap tanpa minat oleh Arsyan.

“Gue ada urusan, hapus air mata lo. Jangan pernah tangisi laki-laki kayak gue.” Arsyan memberikan sapu tangannya pada Arin lalu berjalan pergi begitu saja.

Arin terduduk lemas di tanah. Ia menangis sesegukan. Kenapa Arsyan bisa berubah gini terhadapnya? Kadang ia suka berpikir, apa ia mempunyai kesalahan fatal sampai membuat Arsyan mengasing darinya?

“Ayo bangun.”

Sebuah tangan terulur di depan wajah Arin. Wanita itu perlahan menatap pada orang yang mengulurkan tangannya.

Putra tersenyum tipis kala Arin menatapnya. Ia semakin mengulurkan tangannya.

Arin menerima uluran tangan Putra. Lalu laki-laki itu membantu memapahnya untuk duduk di kursi yang tersedia di taman belakang.

“Arsyan benar kok.”

Arin menoleh menatap Putra yang baru saja berucap.

“Lo seharusnya jangan pernah tangisi laki-laki kayak dia,” lanjut Putra.

“Aku harus bantu Arsyan supaya dia enggak sedih lagi,” ucap Arin memandang nanar kotak makannya.

Putra menatap Arin lama. Arsyan memang begitu menyebalkan. Laki-laki itu sudah menyakiti Permata. Dan, kali ini dia juga sudah menggoreskan luka pada Arin.

AKU ATAU DIA [TAMAT √]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang