“Gue rasa perjuangan gue cukup sampai sini. Gue ikhlas kalo lo lebih memilih bersama dia. Gue pamit. Maaf kalo kepergian gue secara tiba-tiba dan tanpa berpamitan terlebih dahulu. Semoga lo bahagia, Syan.”
~Permata Cristalia Gerdapati~
Permata memberhentikan motornya di pinggiran jalan sepi. Sedangkan, tak jauh dari sana terdapat taman yang di isi oleh banyak orang untuk merayakan tahun baru ini. Ia memilih ke tempat sepi ini untuk menenangkan diri.
Jika yang lain tengah bahagia dengan pergantian tahun, maka Permata di sini menyendiri kesakitan.
“Kenapa harus seperti ini endingnya? Kenapa harus gue yang tersakiti?” lirih Permata.
Langit malam hari ini begitu cerah di hiasi ribuan bintang yang berkelap-kelip dan juga petasan. Tapi, tidak dengan Permata. Hatinya gelap, hatinya kelam, hatinya hancur. Dan tidak ada satu orang pun yang mengetahuinya. Tidak ada seorang pun yang memberinya semangat.
“Gue capek, Syan. Gue capek kalo harus terus berpura-pura fine di depan lo. Gue sayang sama lo, gue cinta sama lo, tapi kenapa lo gak pernah sedikit pun mengerti?”
“Kenapa gue gak pernah bahagia? Apa memang gue gak pantas untuk bahagia?”
Tangis Permata semakin pecah. Ia lelah dengan semua ini.
“GAK ADIL! KEHIDUPAN INI TERLALU MENYAKITKAN UNTUKU, TUHAN. BAWA AKU PULANG KE TEMPATMU. AKU SUDAH LELAH!” Permata berteriak kencang, melampiaskan semua rasa sakit dan juga amarah yang ada.
Permata kembali memakai helm full face miliknya, menarik gas kencang di atas jalanan ramai ini. Ia menyalip cepat kendaraan yang ada di depannya. Tak peduli dengan orang-orang yang geram karena melihat aksinya.
Mengingat momen menyakitkan yang entah sudah beberapa kali ia lihat, membuatnya terus menarik gas di atas rata-rata.
Matanya gelegapan saat ia melihat truk dari lawan arah. Tangannya berusaha membelokan stir motornya agar tidak bertabrakan.
Berhasil. Tapi tidak di situ saja, ia kembali menegang saat rem kanan dan kirinya tidak bisa berfungsi. Keringat dingin mulai bercucuran di tubuhnya. Apa ini memang saatnya ia harus pergi? Dan Permata... hanya bisa pasrah.
Brukkkkk!
“Arghh!”
Byurrr!
Permata terlempar ke sungai yang cukup deras karena motornya menabrak jembatan penghubung jalanan itu.
Membuka matanya pelan, Permata menatap sekeliling kalo dirinya masih berada di dalam sungai. Ia membuka helmnya agar bisa bernapas.
Tetapi nihil, derasnya sungai justru membuat dirinya kesusahan untuk berenang menuju daratan. Tubuhnya semakin lemas, dirinya kehabisan napas. Permata pasrah, ia melentangkan tubuh dan membiarkan air menenggelamkannya.
“Pah, aku pamit. Maaf jika aku pergi tanpa memberitahu. Syan, gue pamit ya. Lo pasti masih ngerayain ulang tahunnya Arin. Semoga lo bahagia sama pilihan lo sendiri. Putra, makasih banyak atas perhatian lo selama ini. Lo selalu ada buat gue, lo juga selalu ada saat gue butuh sandaran. Gue pamit...” Lirih Permata sebelum matanya benar-benar tertutup.
~Aku atau dia~
“Argh!”
Arsyan meringis pelan saat kayu yang di gunakan untuk menusuk jagung bakar malah menyayat tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKU ATAU DIA [TAMAT √]
Teen Fiction[BUDAYAKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA!] -Ada yg llebih sakit dari kehilangan yaitu mengikhlaskan dia bahagia dengan wanita lain. ~Permata Christalia Gerdapati. *** -Gimana sih rasanya terjebak friendzone? -Gimana sih rasanya melihat orang yang kita cint...