Selamat membaca :)
Klik bintang di pojok kiri bawab dulu nanti kelupaan(^~^)🍁🍁🍁
Sore itu setelah Minyoung dan Jungkook mengumpulkan beberapa data untuk projek penelitian mereka. Gadis itu belum pulang dari kampus.
Tadi Jungkook sempat menanyakan kenapa ia belum pulang tapi gadis itu tidak menjawab. Ia menyuruh Jungkook tidak ikut campur dalam urusan pribadinya.
Mengingat mereka kini menjadi tim penelitian bukan berarti urusan pribadi jadi masalah satu sama lain.
Minyoung sedang berada di rooftop kampusnya. Tempat yang hampir setiap hari ia berdiam sejenak melepas penat. Sore itu angin mendayu tenang. Puluhan siswa berlalu lalang dibawah berbondong keluar gerbang.
Minyoung menghela nafas pelan. Ia menyandarkan tubuhnya dikursi yang ada di rooftop tersebut. Ia memejamkan matanya menikmati alunan musik dari ipod yang terpasang di telinganya.
Cuaca yang berangin dan hangat adalah suasana favoritnya. Itu membuat perasaannya relax dan nyaman. Minyoung kadang menghabiskan waktu hingga malam di rooftop kampus.
Suara pintu rooftop terdengar. Setelah pintu itu terbuka muncul Jungkook yang membawa sepotong roti dan susu pisang.
Ternyata ia belum pulang. Masih dengan tas di punggungnya ia berjalan mendekati Minyoung tanpa diketahui gadis itu.
Wajahnya begitu tenang, tak pernah dilihat Jungkook raut wajah Minyoung yang tenang dan bersahabat seperti ini
Tangannya jatuh luruh melepas ipod ditelinga Minyoung. Gadis itu mendongak dengan mata yang sedikit menyipit silau karena Jungkook yang membelakangi cahaya.
"Kau belum pulang juga?" tanya Jungkook ikut duduk disamping Minyoung
Minyoung mendengus kesal. Jungkook selalu muncul dimanapun ia berada. Dia bak seekor anak ayam yang mengekori kemanapun induknya berada.
"Makanlah. Kau belum makan sejak kita pergi ke perpustakaan tadi," ucap Jungkook sambil menyerahkan roti dan sekotak susu pisang
"Aku tidak lapar," jawabnya singkat.
Namun belum semenit kalimat tersebut dilontarkan perut Minyoung berbunyi keras hingga terdengar di telinga Jungkook. Gadis itu sontak melotot kaget dengan reaksi tubuhnya sendiri. Ia membuang muka malu.
Jungkook tertawa kecil. Ia membuka plastik roti tersebut dan menusukkan pipet di kotak susu pisang lalu menyerahkannya ke Minyoung.
Minyoung sempat menolak beberapa kali. Tapi Jungkook tetap kukuh memberikannya. Gadis itu sempat melirik kesana kemari takut akan ada yang melihat.
Dengan ragu Minyoung menerimanya. Dalam hati ia mengutuk diri sendiri karena bertindak bodoh seperti ini.
"Kau ini sedikit aneh Minyoung-ssi. Kau sangat sensitif dengan pandangan orang terhadapmu, wae?" tanya Jungkook disela makan Minyoung. (kenapa?)
"Sudah berapa kali aku katakan Jeon Jungkook—"
"Aku tau, aku tukang ikut campur masalah orang. " Jungkook menyela. Dia menatap Minyoung meniru gaya bicara gadis itu.
Minyoung terdiam. Dia membuang muka melihat kedepan. Matahari semakin lama semakin turun hingga langit sore berwarna jingga terang.
"Kau belum jawab pertanyaanku." Jungkook kembali kukuh bertanya
Minyoung mendengus samar. Gadis itu mulai bicara "Kau tidak mengerti Jungkook. Aku lahir di keluarga yang selalu menjadi sorotan orang banyak. Setiap inci sikap maupun cara bicaraku selalu jadi bahan yang sedap untuk diperbincangkan. Sedikit saja kelemahan yang aku tunjukan, mereka tidak segan-segan menyerbu dengan berbagai komentar jahat. Itulah kenapa aku selalu bersikap hati-hati," ucapnya setelah meneguk susu pisang itu pandangannya lurus kedepan.
Minyoung sendiri tidak tau kenapa ia membicarakan ini kepada orang yang baru beberapa hari ia kenal. Kalimat itu keluar begitu saja di mulutnya.
Jungkook menghela lalu berkata "Kau seperti hidup dalam penjara yang kau buat sendiri."
"Apa kau bahagia? " tanya Jungkook masih setia menilik wajah cantik itu dari samping.
Gadis itu terdiam. Pertanyaan itu memang sederhana tapi pertanyaan tersebut menohok hatinya. Ia sendiri tidak tau jawabannya
"Minyoung dengar aku," ucap Jungkook. Kini Minyoung menoleh menatapnya bingung.
"Pendapat orang-oranglah yang tidak penting. Dunia ini memang menyeramkan. Mulut mereka adalah penjahat sebenarnya, tapi sejauh itu. Semua tergantung caramu memandang dunia."
Minyoung mengernyit tidak mengerti. Jungkook tersenyum lalu membenarkan posisi duduknya agar benar-benar menghadap Minyoung. Ia melanjutkan.
"Semuanya memiliki sisi masing-masing. Putih dan hitam, putih artinya positif dan hitam artinya negatif, "jika kamu memilih yang hitam sepanjang hidupmu kamu akan memandang segala hal dengan negatif. Mulai dari kenapa kamu dilahirkan di keluarga yang seperti ini? Lingkungan hidup yang seperti ini? Harus bersikap seperti ini? Menjalani kehidupan yang seperti ini? Kamu pasti akan memandang segala sisi hidupmu dengan negatif " Jungkook menjelaskan sembari menatap manik mata coklat yang indah itu didepannya. Gadis itu tertegun.
"Dan jika kamu memilih yang putih. Kamu akan memandang semuanya dengan sisi positif. Seberapa besar anugrah yang diberikan Tuhan karena lahir di keluarga yang kaya raya dan memiliki kedua orang tua yang lengkap? Diluar sana banyak anak yatim piatu hidup gelandangan dijalan yang tidak tau siapa orangtua mereka. Seberapa beruntung kamu punya wajah dan tubuh yang sempurna? Diluar sana banyak orang yang cacat wajah maupun tubuhnya. Seberapa baik lingkungan kehidupan kamu sekarang? Diluar sana banyak anak-anak yang lingkungan hidupnya dibully, ditindas, diinjak hak asasi manusianya sampai mau mati saja rasanya."
Ada perasaan aneh apa kala Minyoung memperhatikannya dengan intens seperti sekarang. Jika saja Jungkook tidak bisa mengendalikan emosi. Mungkin sensor jantung dijam tangannya sudah berdetit sejak tadi.
Jungkook tersenyum "Semuanya tergantung kau Putih atau hitam? Bahagia atau tidak? Pilihan itu ada ditanganmu,"
Sehangat senja sore itu. Hari itu Minyoung merasakan kembali gejolak di dalam hatinya yang mengganggu. Detak itu. Senyum itu. Laki-laki itu, dia tak dapat mengabaikannya lagi.
Entah sejak kapan hatinya mulai merasakan perasaan yang begitu hangat. Ia masih tidak mengerti apa artinya ini. Ini masih asing baginya.
Jungkook berdeham kecil hingga membuyarkan tatapan Minyoung yang dari tadi memandangnya penuh.
Gadis itu buru-buru membuang muka sambil memegang tekuk lehernya. Bahasa tubuhnya menggambarkan dia tengah canggung.
"Maaf sepertinya aku bersikap ikut campur lagi," kata Jungkook memecah suasana.
Minyoung meringis geli "Cih dasar,"
Jungkook menggaruk kepala yang tidak gatal, lihatlah dia sekarang merasa malu karena berhasil membuat Minyoung yang meringis akibat ulahnya.
"Kau suka berada disini, ya?"
"Tidak"
"Lalu kenapa setiap pulang kampus kau selalu kesini? Kau suka bersantai di rooftop bukan?"
"Tidak ada alasan"
"Tidak alasan?" Jungkook mengernyit keheranan.
"Hanya saja ketika ada yang mengusik pikiranku aku sering datang ke rooftop. Semakin tinggi semakin bagus karena saat melihat ke bawah aku jadi lebih tenang." Minyoung sendiri tidak tahu kenapa dia mengatakan ini pada laki-laki yang baru saja dia kenal. Mulutnya lagi-lagi melontarkan itu begitu saja.
"Apa yang kau lihat?"
"Banyak sekali." Gadis itu membuang nafas dengan pelan sambil memandang langit yang semakin lama mulai gelap.
"Termasuk betapa indahnya cara Tuhan menciptakan dunia," ucapnya memandang Jungkook sambil tersenyum.
Jungkook sempat bergeming. Senyum yang pertama kalinya Jungkook dapatkan sejak ia bertemu gadis ini. Garis bibir yang terlihat tidak dipaksakan sama sekali. Menyejukkan hati ketika dipandang.
"Kau benar..., indah sekali." Jungkook ikut tersenyum memandang takjub salah satu mahkluk Tuhan dihadapannya.
Setelah berbicara dengan Jungkook membuat pundaknya sedikit lebih ringan dari pada sebelumnya. Laki-laki itu menyenangkan diajak bicara.
Dan terlebih lagi dia seolah memahami isi hati Minyoung. Gadis itu sendiri heran bagaimana Jungkook mengetahui apa saja yang ia rasakan.
Mengingat itu Minyoung tanpa sadar tersenyum memandangi punggung Jungkook yang berjalan didepannya.
Mereka sedang menuju parkiran. Minyoung baru tahu jika Jungkook pergi ke kampus menaiki sepeda. Itu sedikit membuatnya terkejut.
Bagaimana bisa laki-laki sederhana ini berhasil mengerayangi isi kepalanya seminggu belakangan ini.
"Ya! kau tinggal dimana?" tanyanya sebelum membuka pintu mobil.
Jungkook menoleh "Kenapa? kau mau mengantarku pulang?" godanya tersenyum merkah
Minyoung menatap datar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blood Line|Jjk [On Going]
Fanfiction*𝙎𝙡𝙤𝙬 𝙪𝙥𝙙𝙖𝙩𝙚* "Persetan dengan semuanya!" Minyoung menangis dengan kalimatnya. "Aku tak peduli mereka mau bilang kau saudaraku atau anak dari laki-laki tua brengsek itu! Ak-ku aku tidak peduli!" teriak Minyoung kecang hingga suaranya serak...