Angin kencang berhembus deras hingga dapat dirasakan oleh siapapun betapa hawa dingin menusuk ke tubuh, tidak secerah malam sebelumnya. Malam ini cuaca tiba-tiba buruk seolah memberi pertanda pada sang gadis
Minyoung melangkahkan kaki jenjangnya masuk ke dalam rumah yang sangat mewah bergaya klasik-modern itu. Tiba di pintu tinggi yang dibukakan pengawal, seluruh pelayan menunduk sopan
"Selamat malam Nona" seluruh pelayan yang berbaris didepan pintu masuk berseragam sama mereka menundukkan badan menyambut sang pemilik rumah datang
"Dimana Eomma dan Appa?" tanya Minyoung kepada salah satu pelayan (ibu dan ayah).
"Nyoya dikamar sedang bersiap untuk pergi dan tuan barusan pulang." Pelayan tersebut menjawab dengan sopan
Gadis itu menghela nafas berat dadanya mendadak sempit ada rasa pilu terasa dihatinya. Ia berusaha untuk tidak berpikir negatif sekarang
Kedua orangtua Minyoung memang sesibuk itu. Ia bahkan tidak pernah melihat kedua orangtua nya bercengkerama satu sama lain saling tukar cerita dan tertawa ria bersama. Itu tidak pernah ia saksikan selama 20 tahun tinggal bersama
Gadis dengan nama Kang Minyoung itu melangkahkan kaki dengan langkah yang berat. Berbagai pikiran negatif tiba-tiba berlomba masuk dalam otaknya dan ia sendiri berusaha keras untuk tidak memikirkan hal buruk akan terjadi
Ia bergegas menaiki tangga menuju kamar ibunya, namun langkahnya terhenti dan tiba-tiba saja pikiran negatif yang sedari tadi ia pikirkan terjadi. Dia tidak sengaja mendengar sayup-sayup suara ribut dan teriakan dari balik kamar ayahnya.
Gadis itu mengeratkan kepalan tangan berusaha untuk menahan emosi yang ingin meledak-ledak. Ia mengigit bibir bawahnya sembari mencoba mengatur nafas
Ia berjalan mendekat dan mengintip dari balik pintu kamar ayahnya. Kedua orangtua Min young bertengkar. Gadis itu hanya memperhatikan kedua pasang orang tua yang sangat ia sayangi itu ribut. Meskipun ia tidak pernah mendapatkan kasih sayang dari mereka bagaimanapun ia tetap menyayangi mereka
Mereka saling adu mulut dan tunjuk-menunjuk, kata-kata mereka kasar, sempat dilihat Min young wajah ibunya basah penuh airmata dan raut wajah ayahnya marah, bola matanya merah dan urat dilehernya timbul karena berteriak dengan keras. Disusul suara tamparan yang keras dan suara barang-barang yang didorong paksa dari tempatnya hingga belamburan
Dari sini dapat ia simpulkan "Mereka tidak saling mencintai" Dengan sekuat tenaga ia mengumpulkan keberanian untuk menengok situasi kedua orang tersebut. Gadis itu merapatkan tubuhnya mendekat memegang knop pintu dengan erat-erat
Dibukanya pelan pintu kamar itu, dua orang yang tadinya saling adu mulut kini mendadak bisu. Ruangan yang tadinya penuh makian dan hentakan itu mendadak senyap. Kedua pasutri itu diam melihat gadis yang setengah mati menahan tangis dengan segala kekuatannya
Mereka menoleh dan sedikit terkejut lalu diam, saling membuang muka. Mereka bak orang yang tidak dapat bicara.
Pengelihatan gadis itu sudah kabur karena airmata yang membendungi pelupuk.
Minyoung menatap kedua orangtuanya menuntut seolah meminta jawaban atas pertengkaran mereka, apa yang menyebabkan mereka selalu bertengkar hebat begini setiap ada kesempatan bersama.
Gadis itu tau bahwa kedua orang tuanya sibuk, bahkan sangat. Ia sudah mengetahuinya sejak dulu begitu pula pertengkaran mereka. Sejak Minyoung beranjak sekolah menengah pertengkaran hari demi hari kian hebat.
Gadis itu mengepalkan tangan erat-erat mengumpulkan tenaga agar mulut yang mendadak kelu ini bicara
"Eomma apa yang terjadi... "
KAMU SEDANG MEMBACA
Blood Line|Jjk [On Going]
Fiksi Penggemar*𝙎𝙡𝙤𝙬 𝙪𝙥𝙙𝙖𝙩𝙚* "Persetan dengan semuanya!" Minyoung menangis dengan kalimatnya. "Aku tak peduli mereka mau bilang kau saudaraku atau anak dari laki-laki tua brengsek itu! Ak-ku aku tidak peduli!" teriak Minyoung kecang hingga suaranya serak...