[ Jessica side ]
Sudah 4 tahun Battle of Hogwarts berakhir. Kini aku sudah lulus dan membuka toko bunga yang tak jauh dari toko milik si kembar.
Lelaki yang mengalahkan seseorang yang berkata bahwa dia adalah pangeran kegelapan itu tidak muncul lagi dihadapanku. Dia laki-laki yang selalu membuatku merasa hangat. Aku menyukainya hingga saat ini.
Hari ini seperti biasanya aku membuka tokoku pagi-pagi, aku membereskan beberapa hal di toko lalu aku kembali membaca buku ramuan ditemani secangkir teh.
Kini sudah waktunya makan siang, aku selalu meminta peri rumahku membuatkan aku bekal agar bisa memakannya di toko. Ide itu tidak terlalu buruk terkadang ada pembeli yang datang di jam makan siang.
Hari ini pembeli hanya sedikit, beruntung tadi ada yang memborong asphodel. Kini tinggal aku membereskan beberapa bunga ini dan me-restock nya kembali.
[None Side]
'klang..'
"Selamat datang, ada yang bisa saya bantu?" Ucap Jessica yang kini sedang membereskan bunga membelakangi pintu toko itu. Setelah menoleh ia mendapati seorang laki-laki berkacamata bulat itu.
Laki-laki yang selalu membuatnya merasa hangat dan nyaman, laki-laki yang menghilang beberapa tahun dari hadapannya. Laki-laki itu tersenyum.
"Oh, Harry! Apa kabar? Sudah lama tidak melihatmu" ucap Jessica sembari tersenyum dan memeluk Harry. Jessica tentu saja senang melihatnya.
"Sebagaimana yang kau lihat, aku baik. Bagaimana denganmu?" Balas Harry dengan terkekeh.
"Jadi ada apa kemari? Mau membeli sesuatu dari tokoku?" Tanya Jessica basa-basi.
"Aku ingin sebuket bunga rose dan berbincang dengan pemilik toko ini saja" ucapnya, langsung Jessica meminta peri rumahnya menyiapkan teh. Segera peri rumah itu menyajikan dua cangkir teh dihadapan Harry dan Jessica yang sedang terduduk.
Jessica dari tadi sudah selesai merangkai buket bunga untuk temannya ini. Memberikan buketnya pada Harry.
"Jadi apa yang membuatmu menghilang dari pengelihatanku, Tuan Potter?" Tanya Jessica yang baru saja duduk dan memasukan beberapa balok gula ke tehnya itu.
"Well, aku cukup sibuk sekarang menjadi auror Aku kemari karena mau memberitahukan sesuatu" ucap Harry sembari mengesap tehnya. Jessica mengangguk-angguk mengerti.
"Apa itu?" Jessica mulai mengesap tehnya, menatap mata temannya itu, ralat teman yang ia sukai.
Harry mengeluarkan sebuah undangan dengan pita putih tertera undangan itu ditujukan untuk Jessica. Gadis itu tercekat sesat melihat undangan itu. Rasa sakit di dadanya mulai terasa. Gadis itu sebisa mungkin tersenyum menyembunyikan rasa sakitnya itu.
"Sabtu nanti aku akan menikah dengan Ginny, jangan lupa bawa calonmu" ucap Harry terkekeh, Harry terlihat sangat bahagia.
"Oh! selamat! Tentu aku akan datang" Gadis itu kini mengambil undangan itu dengan senyum yang tak luntur dari wajah manisnya itu.
"Aku akan menunggumu, oh itu Ginny aku harus segera kesana" ucap Harry setelah melihat kearah jendela toko, Jessica melempar senyum kearah Ginny. Harry menghabiskan tehnya.
"Sampai jumpa, Jess!" Ucapnya beranjak dari kursinya. Jessica ingin menahannya dan memeluknya erat, namun Jessica tidak bisa.
Jessica kini melihat punggung pria yang ia sukai itu kini menjauh dari pandangannya. Pertahanannya kini runtuh dalam sekejap. Bulir bening itu mengisi mata gadis itu.
Perasaannya tidak menentu itu membuatnya menutup tokonya lebih cepat, bunga-bunga di toko itu terlihat layu seperti pemiliknya.
Jessica memiliki ikatan dengan bunga-bunga yang berada di tokonya, ia tidak ingin membuat seseorang membeli sesuatu yang layu darinya.
Jessica termenung melihat undangan yang diberikan Harry, perlahan ia membuka undangan itu.
You're invited to the wedding!
Harry Potter
&
Ginny WeasleyThis Saturday 12.12 • 5:30 pm
The Burrow───
Sabtu ini Jessica membuka tokonya sebentar, perasaannya kini lebih terkendali walaupun ia masih menyukai lelaki berkacamata itu.
Jessica mengambil dress hitamnya dan tak lupa high heels dan tas berwarna senada. Memoleskan makeup tipisnya. Perfect
Tokk..tok..tok"Sebentar" Jessica membuka pintu rumahnya itu menampilkan sesosok pria tinggi berambut pirang. Jessica tersenyum.
"Terimakasih mau menemaniku, Draco" Draco menggunakan jas hitamnya menatap kearah Jessica. Gadis itu bersahabat dengan Draco semenjak tahun ke 6 setelah menemukan Draco menangis dan menggaruk lengannya berharap tanda itu menghilang.
"Tidak apa, ayo berangkat" ucapnya.
Kini mereka telah sampai di The Burrow, semua menikmati pesta pernikahan itu terkecuali Jessica.
"Hei Jess! Datang bersama Malfoy?" Tanya Harry sembari mengenggam tangan istrinya kini.
"Ya aku bersamanya, by the way congrats! Jangan lupakan keponakan untukku" ucap Jessica sembari terkekeh menutupi perasaanya. Draco yang disebelahnya tersadar akan itu merangkul Jessica.
"Tentu haha, nikmatilah pestanya" ucap Harry pamit untuk bertemu undangan lain. Keheningan melanda mereka berdua kini, Jessica mengambil minum untuknya dan untuk Draco.
"Kenapa kamu tidak memberitahunya?" Tanya Draco sembari menerima minuman itu dan mengesapnya.
"To him, I’m just his friend. To me, he’s that guy. With that smile, those eyes, that laugh, and the boy I can never have. But yet I still dream"
"Bukankah itu menyakitkan"
"Secretly in love with someone is the hardest feeling. You get hurt, you get jealous, you cry and you get broken…"
"Well, This is a secret deep in my heart that i secretly loving him. I don't want him know that
sh!t, anyway"────────S E C R E T────────
A.n
Maaf berantakan