[3rd side]
Seorang gadis itu memasuki toko miliknya di Diagon Alley. Toko yang ia sudah miliki semenjak lulus dari Hogwarts. Gadis itu menyiapkan bunga-bunganya dan menatanya sedemikian rupa hingga enak di lihat.
'klang..'
"Jessy! Mom meminta ku membawakan ini!" Teriak seorang pria jangkung berambut ginger saat memasuki toko yang membuat gadis itu menoleh.
"Ahh.. terimakasih Fred! Maaf aku merepotkanmu dan mom" ucap gadis yang di panggil Jessy itu sembari mengambil keranjang yang di sodorkan Fred.
"Ya sudah aku mau membuka tokoku, kalau ada apa-apa lari saja ke toko ku oke?" Kata Fred sembari mengusap rambut hitam milik Jessy. Gadis itu langsung mengangguk sembari tersenyum senang.
Fred dengan Jessy sendiri sudah seperti kakak beradik, banyak yang salah mengira jika Fred dan Jessy berpacaran.
Setelah itu Fred keluar menuju tokonya, beruntung Jessy sudah menyelesaikan semua tugas paginya di toko. Sekarang waktunya menikmati sesuatu di keranjang milik ibu Fred dan George.
"Woahhh.. Cheesecake!" Mata gadis itu berbinar, langsung berpikir teh apa yang cocok untuk menemani cemilannya nanti.
Matahari kini sudah mau terbenam, Jessy kini sedang membereskan dan merapihkan toko miliknya. Ia tadi siang sudah memakan Cheesecake buatan ibu Fred dengan teh bunga krisan.
'klang..'
Pintu toko sekali lagi terbuka menampilkan dua pria tinggi, keduanya berambut hitam dan menggunakan jas. Jessy melihat keduanya tersenyum sebisa mungkin.
"Ah.. maaf toko ku mau tutup" ucap Jessy sembari tersenyum. Jessy tentu mengenal kedua manusia yang berada di hadapannya ini satunya teman dekatnya dan satunya adalah mantannya.
"Tidak apa, kami hanya ingin menemuimu" ucap Lucian sembari menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Lucian sendiri adalah mantan Jessy, setelah putus dari Lucian Jessy tidak mencari orang pengganti posisi Lucian.
"Silahkan duduk, aku akan menyiapkan cemilan sebentar." ucap Jessy sedikit terkejut dengan permintaan Lucian kemudian mengangguk mengerti tak lupa gadis itu berusaha mengontrol ekspresi wajah dan emosinya.
"Jess, apa kabar?" Kini Adrian dihadapannya menanyakan keadaan gadis itu. Sembari duduk di kursi diikuti oleh Lucian yang terduduk.
"Seperti yang kau lihat" Jessy masih fokus menyiapkan teh bunga krisan dan beberapa potong Cheesecake untuk kedua pria di meja itu.
Setelah selesai Jessy menyajikannya dihadapan kedua pria itu.
"Ini teh yang enak, Jess!" Ucap Adrian sembari menyeruput tehnya terus. Lucian juga menyeruput teh nya ia sedikit terkejut tehnya nikmat. Akhirnya mereka bertiga berbincang hingga larut.
"Ah! Aku harus pergi menjemput keponakanku!" Ucap Adrian sembari melirik jam tangannya. Wajahnya terlihat buru-buru langsung bangkit dari kursinya.
"Terimakasih teh dan kue yang sangat enak! Lucian antarkan Jessy pulang dengan selamat" Lanjut Adrian dengan sedikit berteriak karena ia sudah berada di ambang pintu. Jessy melambaikan tangannya pada Adrian.
Kini tinggal dua orang itu berada di toko, segera Jessy membereskan sisanya.
"Ekhem.. mau ku bantu?" Tanya Lucian sembari membawakan piring dan gelas bekas tadi.
"Em.. tentu, terimakasih Lucian" ucap Jessy sembari menata bunga-bunganya. Jantung Jessy berdetak tidak karuan. Lucian sendiri sedang membersihkan piring dan gelas tadi.
Keduanya telah selesai kini Jessy mengunci tokonya dengan mantra.
"Rumahmu masih sama?" Tanya Lucian sembari menatap Jessy. Gadis itu mengangguk dan mereka mulai melangkahkan kaki ke rumah gadis itu.
"Jadi, bagaimana studimu di luar negri?" Tanya Jessy memecah keheningan, ini adalah salah satu alasan mengapa mereka berpisah. Lucian pergi ke luar negeri selama 2 tahun untuk belajar.
"Baik-baik saja, nyatanya aku sudah pulang ke sini" Jawab Lucian sembari tersenyum.
"Aku dengar dari Adrian kamu tidak mencari pria lain setelah aku pergi memutuskanmu" ucap Lucian pandangannya masih ke depan.
"Iya sebagaimana yang kamu dengar" Kata Jessy lirih hatinya masih menginginkan pria di sebelahnya ini, tentu ia tak bisa mencari pria lain selain Lucian.
"Baguslah, aku bisa dengan mudah menikahimu" ucapan Lucian membuat langkah gadis itu berhenti. Matanya mengerjap, otaknya memproses perkataan Lucian, sedangkan wajahnya memerah setelah mendengarnya. Lucian terkekeh melihatnya.
Lucian kini menghadap gadis itu dan memegangi kedua tangannya dan mengecup kedua punggung tangan gadis itu. Lucian mengeluarkan kotak kecil berwarna hitam beludru dan membukanya. Telihat sebuah cincin berlian di dalamnya.
"Kita berpisah adalah sebuah hal terbodoh yang kurasakan. Aku tersiksa merindukanmu setiap saat. I wanna be your morning and i want u to be my night.. " ucap Lucian sembari berusaha tenang, Jessy melihat kearah lain sembari menahan kegugupannya kini
"Hey.. Look at me.." Lanjut Lucian sembari menatap gadis di hadapannya. Jessy berusaha menatap mata Lucian, gadis itu melihat keseriusan di wajah pria itu.
"Would you be my lady?"
────────L A D Y────────
