Ezra bersiap dan mulai melangkahkan kakinya menuju Great Hall. Suasana pagi ini sangat damai sampai mata itu menatapnya dan wajahnya memoles senyuman tipis. Kini wajah gadis itu memerah segera ia duduk di sebelah Pansy, well.. Pansy melihat wajahnya yang memerah.
"Ez, ada apa dengan wajahmu? sakit?"Ucap pansy sembari menaruh telapak tangannya di kening gadis itu. Ezra menatap Pansy menggeleng dengan senyuman tipisnya.
"Aku tidak sakit Pans, tenang saja oke?" Gadis itu kini menatap Pansy yang sudah menarik lengannya. Arah mata Ezra kini beralih ke arah meja asrama Hufflepuff dimana pangeran tersebut berada. Kini mata mereka bertemu ia tersenyum pada Ezra, Gadis itu langsung gugup menoleh ke arah lain.
Sepanjang kelasnya gadis itu tidak bisa berhenti memikirkan senyuman orang yang diberi julukan Pangeran Hufflepuff itu. Terkadang ia terkekeh sendiri yang membuat sekitarnya menghadiahi gadis itu dengan tatapan 'ia sudah gila'.
Kini gadis itu ada di perpustakan, ia sering berada di sana melihat pangeran pujaannya itu membaca bukunya. Gadis itu berpikir sembari mengigit bibir bawahnya, bagaimana jika ia mengatakan perasaannya pada pangerannya itu?
Ia berpikir seperti itu karena semua gadis-gadis Hogwarts menyukainya. Ezra juga yakin kalau 100% ia menyukai pangeran itu. Tangan gadis itu melipat kertas origami yang sering ia bawa menjadi burung ia melakukan itu sembari berpikir. Tanpa sadar seseorang duduk dihadapannya dan melihat origami-origami yang telah gadis itu lipat.
"Halo?" Ucap seseorang yang kini duduk dihadapannya itu cukup untuk membuat lamunan gadis itu buyar. Ezra melihat orang yang berada di depannya itu, ekspresi wajah gadis itu langsung gugup beserta rona merah berada di pipinya saat ini.
"H..hai, Diggory" gadis itu sebisa mungkin mengontrol kegugupannya namun sialnya cahaya perpustakaan membuat orang tau bahwa ia sedang merona.
"Nanti sabtu mau kunjugan ke Hogsmeade bareng?" Tanya Cedric sembari menggaruk tengkuknya tak gatal.
"H..hah?.. iya boleh tentu" jawab Ezra gugup, Cedric langsung berdiri dari duduknya.
"Aku tunggu di gerbang nanti, aku pamit oke?" Ucapnya sembari menepuk kepala Ezra. Rasanya gadis itu bisa meledak kapan saja, wajahnya semakin memerah.
Ezra segera keluar pergi ke asramanya. Langkahnya terburu-buru agar cepat sampai kamarnya dan meledak.
Sesampainya di kamar ia menutup mukanya dengan bantal dan berteriak kesenangan hingga Pansy sendiri bingung kelakuan temannya ini.
"It's the best day everr!!"
___
Waktu cepat berlalu, kini kunjungan Hogsmeade telah tiba, Ezra telah menggunakan kemeja yang dipadukan dengan overall coklat. Tak lupa topi dan tas selempang yang senada. Jadi kira kira seperti ini.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ezra keluar dari asramanya sembari bersenandung riang, Pansy sudah mengetahui mengapa temannya seperti itu hanya membiarkannya.
Sedangkan yang lain seperti menganggap Ezra sudah gila, ini pertama kalinya Ezra menggunakan sesuatu seperti rok. Biasanya ia menggunakan celana joger kaos dan sepatu ketsnya.
"Ced!" Ezra melambaikan tangannya saat melihat pangerannya sudah siap dan tampan sekali (menurut Ezra). Cedric yang mendengarkan panggilan itu langsung tersenyum dan mendekatinya.
"Kau tampak berbeda" ucap Cedric sembari berjalan bersama Ezra. Gadis itu terkekeh senang bukan main, tak menyangka bahwa ia diperhatikan oleh sang pangeran Hufflepuff.
"Tentu, aku mencoba gaya lain" ucap gadis itu tersenyum dan berusaha menepis rasa gugupnya.
"Jadi kita mau kemana?" Tanya Cedric sembari melihat Ezra dan tersenyum. Hari gadis itu hari ini sangat kacau.
"Euh.. bisakah kita ke Honeydukes?" Ucap Ezra sembari menggigit bibir bawahnya menahan gugupnya.
"Tentu saja nona black" ucap Cedric sembari terkekeh. Akhirnya mereka berdua pergi ke Honeydukes.
"So.. what kind of candy you like?" Tanya Cedric yang kini wajahnya dekat dengan Ezra. Wajah gadis itu memerah dan mulai gugup, Cedric sangat menyukai ekspresi wajah gadis itu.
"I.. i like you!" Saking gugupnya Ezra malah menyatakan perasaannya. Tangannya kini menutup mulutnya dan terkejut. Cedric tidak terkejut dengan penuturan itu, malah terkekeh.