Jangan lupa kasih vote dan comment yang banyak yaa! ^^
Hope you guys like it!
Happy reading~
***
Para pangeran muda Athena sepakat untuk tidak tidur sampai esok harinya. Lebih tepatnya, mereka tidak mau tidur. Mereka masih sibuk memikirkan dan membuat strategi perang untuk beberapa hari ke depan. Karena mereka tidak tahu, perang akan berlangsung berapa hari.
Pengawal yang dikerahkan oleh Renjun ada yang melapor bahwa rakyat Athena sudah berhasil pergi dan mengosongkan kota. Renjun mendesah lega untuk itu. Setidaknya ia sudah yakin tidak ada satupun rakyatnya yang akan menjadi korban.
"Setidaknya, inilah yang bisa aku lakukan untuk kerajaanku..."
Renjun menatap bulan purnama di langit malam itu. Dan ia berharap ini bukan terakhir kalinya ia menikmati angin malam yang damai seperti saat ini. Dalam hatinya, tentu ia sedikit takut. Namun ia tidak boleh dikalahkan oleh rasa ketakutannya, ia tidak boleh kalah.
"Revian."
Renjun menoleh. Terlihat Jeno yang sedang menghampirinya. Renjun mencoba untuk tersenyum di hadapan adiknya itu.
"Ya, Joan?"
Renjun terkekeh sendiri. Merasa sedikit geli ketika ia dan Jeno saling memanggil memakai nama asli mereka.
"Sedang apa di sini? Tidak bergabung bersama yang lain? Jisung tadi membuat teh hangat."
Renjun menggeleng pelan. "Aku mau. Tapi mungkin nanti saja. Bulan purnama malam ini sangat sayang dilewatkan."
Jeno beralih menatap titik di mana mata Renjun terjatuh. Benar kata kakaknya itu. Bulan purnama malam ini begitu indah, sayang jika harus dilewatkan. Cahayanya menerpa pada istana mereka. Seolah memberikan pencahayaan yang terang untuk orang-orang yang berada dalam istana.
"Apakah kau tidak merasa sedih, Revian...?" lirih Jeno.
"Sedih?" Renjun kembali menoleh pada Jeno. "Untuk apa?"
"Kita tidak pernah melihat bulan purnama indah seperti ini sebelumnya. Namun di saat kita berhasil melihat purnama yang indah, bulan itu datang di waktu yang tidak tepat. Seolah... kita sedang dipermainkan oleh waktu."
Revian hanya terdiam mendengarkan kata-kata adiknya itu. Setelah mendengar itu, ia jadi ikut merasakan jika apa yang dibilang Jeno memang ada benarnya. Mereka seolah sedang dipermainkan oleh waktu.
"Ah, iya. Omong-omong, aku mau tanya sesuatu."
"Apa itu?"
"Jika Rajh pergi bersama kita, lalu bagaimana dengan Shira? Apa dia tinggal di istana?" tanya Jeno.
"Tentu saja! Kau pikir dia akan ikut turun tangan dalam perang? Di mana otakmu, Joan?!" sentak Renjun.
"T-tunggu, kenapa kau sangat marah? Aku kan hanya bertanya baik-baik!"
Renjun berdecak. "Kau tidak tahu?!"
"Tahu? Tahu apa?! Memang ada apa dengan Shira?!"
Renjun menggeram. Ia memukul kepala adiknya itu dengan kesal. "Kau pikir aku akan membiarkan harimau betinamu yang sedang hamil itu turun perang?! Aku masih punya hati, Joan!"
"Apa?! Tunggu, tunggu dulu!" Jeno membelakkan matanya. "HAMIL?!"
"KAU PEMILIKNYA TAPI TIDAK TAHU DIA HAMIL?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
THE SIX PRINCES [SUDAH TERBIT] ✅
Fanfiction[TAMAT] [READY STOCK DI SHOPEE IEG_STORE] [SERI 2: THE SIX PRINCES 2] Kisah Calista yang terbangun di Istana Kerajaan Athena dan menjadi pengantin salah satu Pangeran muda di sana. Kisah yang melibatkan perang, cinta, kasih sayang antar saudara, pe...