17. Turpitude

4.5K 939 277
                                    


Hai, guys. 

It's me, Cece.

So, how are you? I hope you guys are fine.

Lama tak bertemu, ya? Hahaha. Maaf, aku baru bisa update sekarang. Perkuliahanku semakin menguras tenaga dan emosi, juga mengambil kesehatanku hahaha. Aku hanya ke luar rumah kalau ada yang perlu dibeli, sisanya rebahan di kasur tak berdaya wkwkwk.

Maka dari itu, sekali lagi aku minta maaf ya baru ngongol lagi sekarang setelah seminggu lebih nggak update. Mohon maklum, Cece udah semester 6 dan setahun lagi kuliah (semoga Cece lulus tepat waktu, aamiin), jadi tentunya waktu untuk menuliskan cerita-cerita kesukaan kalian terganggu. 


Please vote and give a lot of comments, okay, Darlings?


Kalau ada yang mau mutualan sama aku di IG atau twitter, boleh silakan. Kalau mau di-follback juga boleh, bilang aja yaa. pasti di-follback kok.

IG aku nightcelestia dan Twitter aku cleuparta. See you there! ^-^


Happy reading and enjoy~


***


[Now playing: Speechless - Naomi Scott]


Jeno terlentang dengan lemah tak bertenaga. Netranya menatap langit-langit ruangan istana itu. Tubuhnya sangat sakit bukan main. Tenggorokannya sangat kering hingga ia sulit mengeluarkan suara. Jeno ingin sekali menggerakkan tubuhnya, namun ia sama sekali tak bisa bergerak, bahkan hanya untuk menggerakkan jarinya saja rasanya ia tak kuasa. Seluruh bagian tubuhnya seperti ditusuk ribuan jarum. Sangat perih dan menyiksa.

Jeno hanya bisa mengeluarkan air matanya. Ia pasrah, ia sangat pasrah jika racun yang sudah disuntikan padanya itu menggerogoti tenaga dan tubuhnya. Ia pasrah, membiarkan racun itu perlahan membunuh dirinya. Namun di balik kepasrahan itu, dalam hatinya, Jeno menangis dengan pilu.

'Ya Tuhan... apakah ini akhir dari hidupku...? Dewi Athena... apakah ini akhir yang menyedihkan bagi perjuanganku dan saudara-saudaraku...? Apa benar kami sudah sepenuhnya kalah, Dewi?'

Jeno berjengit sakit ketika ia memaksakan diri untuk menengokkan kepalanya ke samping. Ia tatap saudara-saudaranya yang tak jauh darinya di sana. Saudara-saudaranya yang kondisinya seperti dirinya saat ini.

Air mata Jeno makin mengalir deras. Ia pun melihat Rajh yang masih terikat lemah jauh di sana. Harimaunya tidak bergerak. Jeno bahkan tidak bisa memastikan jika Rajh masih bernapas atau tidak.

'Rajh... maafkan aku tidak bisa melindungimu. Maafkan aku yang bodoh ini...'

Potongan-potongan memori masa kecil Jeno dan Rajh yang selalu bermain bersama kembali terputar. Ingin Jeno tersenyum, tapi sakit di tubuh dan wajahnya menyiksanya terlebih dahulu.

'Kau akan selalu jadi pahlawanku, Rajh...'


Puk...


Jeno tersadar dari lamunannya. Tangan Jeno yang terlentang itu tersentuh oleh tangan seseorang.

"J...o...anh..."

Renjun dengan wajah pucat, bibir biru dan mata sayu yang mengeluarkan air mata. Itulah yang Jeno lihat ketika ia sadar siapa yang menyentuh tangannya.

THE SIX PRINCES [SUDAH TERBIT] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang