1. Begin

21K 2.3K 164
                                    

[Calista's POV]

Aku membuka mataku perlahan. Rasanya kepalaku sangat berat, pusing pun masih melandaku. Aku mengerjapkan mataku berulang kali, mencoba menangkap cahaya silau yang masuk ke dalam retina mataku.

T—tunggu! Ini bukan kamarku! Dimana ini?! Dan... Baju ini? Sejak kapan aku memakai baju tidur ini?!

"Dimana ini? Kenapa aku bisa ada disini?" gumamku sembari melihat ke sekitar. Aku menurunkan kakiku dari atas kasur megah itu dan berjalan membuka jendela yang berada di kamar ini. Aku kembali mengerutkan keningku. Ini sama sekali bukan kota tempat tinggalku!

Cklek!

Aku langsung terkesiap ketika mendengar suara pintu kamar ini terbuka dari arah belakang.

"Sudah bangun?" Tanya seorang laki-laki di ambang pintu kamar sembari bersedekap dada. Jangan lupakan tentang tatapannya yang sangat intens padaku. Siapa dia? Apakah ia adalah pemilik tempat ini?

Aku melihat orang itu lebih teliti. Pakaiannya sangat rumit. Seperti... ah! Seperti kostum pangeran! Tapi, untuk apa ia memakai pakaian seperti itu, ya?

"Dimana ini?! Siapa kau?! Apa kau yang menculikku!?" tanyaku bertubi-tubi padanya sembari menatapnya tajam dan menunjuknya dengan telunjukku. Namun kelihatannya ia malas membalas pertanyaanku yang banyak tadi. Ia terus menatapku intens, bahkan laki-laki itu seperti tak berkedip.

Prok! Prok! Prok!

Tiba-tiba ia menepuk tangannya, seolah berisyarat memanggil seseorang. Lalu beberapa detik kemudian datanglah seorang perempuan yang menghampiri laki-laki itu.

"Siapkan dia." Ucap laki-laki tadi pada perempuan itu.

"Baik, pangeran." Balas perempuan itu sembari membungkuk hormat. Lalu laki-laki itu pergi meninggalkan aku dan perempuan tadi tanpa kata.

"Mari, Lady. Biarkan saya membantumu bersiap untuk makan malam." Ucap perempuan itu dengan ramah. Namun ketika pelayan itu mendekat, aku langsung menghentikannya.

"Diam disitu!" bentakku.

Pelayan itu berjengit terkejut. Dia menunduk takut padaku, "Maaf Lady, saya hanya menjalankan perintah Pangeran Hanns. Saya akan membantumu mengganti baju dan bersiap untuk makan malam bersama keluarga kerajaan." Ucapnya dengan sedikit gemetaran.

"Sebenarnya dimana ini?! Jawab! Siapa yang berani menculikku?!" tanyaku pada perempuan itu.

Pelayan itu tiba-tiba tersenyum sembari mengangkat kepalanya yang tadi tertunduk, "Kau akan tahu nanti, Lady. Sekarang, ayo ikut aku." Ucapnya sembari mengulurkan tangannya padaku.

Aku tentunya masih ragu dengan perempuan itu. Bagaimanapun ini adalah tempat asing bagiku. Maksudku, lihatlah! Kamar ini sama sekali bukan kamar modern atau kamar hotel, kamar ini sangatlah luxurious seperti kamar-kamar putri kerajaan. Dan juga, pakaian laki-laki tadi dan perempuan yang sedang bersamaku saat ini pun bukanlah pakaian yang selalu aku pakai sehari-harinya. Pakaian mereka benar-benar khas seperti pakaian pada abad 17. Dengan ragu aku menerima uluran tangannya. Lalu ia membawaku keluar kamar mewah ini.

"Lady, aku tahu kau panik karena terbangun di tempat yang kau tak tahu dimana. Tapi, aku harap kau bisa kecilkan sedikit suaramu. Kita sedang di dalam Istana. Kita tidak boleh sampai menggangu ketenangan keluarga kerajaan." Ucapnya padaku ketika kami menyusuri lorong yang cukup panjang.

Aku mendengus, "Aku tak peduli. Aku ingin pulang!" kukuhku kesal.

"Saya tidak bisa menjelaskan tentang kenapa kau bisa ada disini, Lady. Maaf, ini adalah rahasia para Tuan muda Pangeran."

"Tapiㅡ"

"Lady, keluarga kerajaan adalah orang-orang paling baik dan bijaksana sepanjang sejarah. Mereka, maupun kami para pelayan dan pengawal kerajaan, bukanlah orang yang berniat jahat padamu. Percayalah padaku, Lady."

Aku terdiam mendengar pelayan itu. Mungkin sangat terlihat jelas kalau aku ketakutan dan menyangka mereka adalah orang jahat.

"Ayo, kita harus bersiap. Sebentar lagi makan malam dan aku tidak mau kau terlambat. Dan, Pernikahan mu dengan pangeran akan di mulai beberapa hari lagi. Jadi aku harap kau memulai membiasakan diri hidup di Istana ini bersama keluarga kerajaan dan kami, Lady."

DEG!

Aku membelakkan mataku sangat lebar. Apa-apaan itu?! Menikah, katanya?!

Aku refleks menahan tangannya, "Apa?! Menikah?!" Lagi-lagi aku menaikkan volume suaraku.

"Lady, simpanlah dulu pertanyaanmu sampai nanti pangeran menjelaskan. Ya?"

Aku kembali dibawanya, sampai ke suatu ruangan besar bernuansa putih dan emas. Ini persis seperti visualisasi dongeng-dongeng kerajaan. Aku jadi makin penasaran, tempat apa ini? Tadi perempuan itu bilang ini adalah Istana, bukan? Tapi, Istana apa? Memangnya di zaman modern ini masih ada Istana?

"Nah, Lady. Tunggulah disini. Aku akan keluar sebentar untuk memanggil perancang busana kerajaan." ucapnya sembari menunduk sekilas, lalu keluar meninggalkanku

Aku mengedarkan pandanganku ke seluruh penjuru ruangan ini. Apakah ini ruangan khusus untuk baju? Karena banyak sekali gaun-gaun dan baju ala-ala kerajaan disini. Astaga, apa aku benar-benar di Istana? Apa aku masuk kedalam dunia dongeng? Apakah ini semua hanya mimpi?

Tunggu, tidak ada siapa-siapa disini! Aku bisa kabur!

Perlahan membuka pintu dan mengintip keluar. Lorong ini kosong, tidak ada siapapun disini. Kesempatan emas untuk kabur!

Dengan cepat aku keluar dan berlari menyusuri lorong panjang ini. Aku berlari tanpa arah. Istana ini sangat besar dan luas. Ada beberapa lorong dan aku serasa seperti sedang di labirin. Kemana arah tangga menuju ke bawah, sih?!

"Siapa kau?"

DEG!

Aku terlonjak kaget mendengar suara seorang pria dari arah belakangku. Aku membalikkan tubuhku dan mendapati dua orang pria yang memakai seragam besi. Astaga, Itu pasti pengawal kerajaan!

"PENYUSUP! TANGKAP DIA!"

Drap! Drap! Drap!

Derap langkah lari mereka terdengar jelas dari arah belakangku. Aku terus berlari menjauhi kedua pengawal itu tanpa peduli arah.

"TIDAK! AKU BUKAN PENYUSUP! AKU HANYA INGIN PULANG!" teriakku pada mereka sembari masih berlari.

"Berhenti! Atau kakimu akan di tembak!"

"JANGAN! AKU MOHON! ARGH!"

Dengan tenaga yang tersisa aku berlari sekencang mungkin. Lalu secara tak sengaja aku melihat pintu besar yang tak terkunci. Tanpa berpikir panjang, aku langsung masuk tanpa permisi dan menutup pintu itu serapat mungkin.

"Hahh... Haahh! Sial, aku gagal kabur! Mungkin aku sedang tidak beruntung." Gumamku sembari mengambil napas sebanyak mungkin setelah berlari tadi. Astaga, aku bahkan sampai berkeringat banyak.

RRAWR!

DEG!

Lagi-lagi ada sebuah kejutan untukku. Aku reflex membalikkan badanku ketika mendengar raungan harimau. Sungguh?! Harimau?! Tidak mungkin ada harimau di ruangan seperti ini!

Namun benar saja, ketika aku berbalik ada harimau dengan badan yang sangat besar yang terpampang jelas disana. Harimau itu menatapku tajam seakan akan melahapku, lalu berjalan mendekat kearahku.

"Hㅡharimau...?" ucapku tak percaya.

Kakiku serasa sangat lemas. Tak sadar, perlahan badanku merosot hingga terduduk dilantai. Aku meringkuk memeluk lututku sembari mengigit bibirku menahan tangis saking ketakutan. Apa ini akhir hidupku? Dimakan oleh seekor harimau besar?

"Hiks... seseorang Hiks... tolong aku!" isakku memohon entah pada siapa. Takut, itulah yang menghantui tubuh dan pikiran saat ini. Aku tidak tahu harus bagaimana. Untuk beridir saja kakiku sangat lemas. Apalagi untuk kabur dan meminta tolong?

"RAJH! BERHENTI!"

THE SIX PRINCES [SUDAH TERBIT] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang