19. After the War

5K 815 137
                                    


"ANAK-ANAKKU! OH, TUHAN! KALIAN SELAMAT!"

Ratu Attina berlari tergesa-gesa menghampiri keenam anaknya. Ia langsung memeluk anak-anaknya itu yang sudah menyambut di gerbang belakang istana. Ratu attina menangis penuh haru. Perasaan lega menghangatkan hatinya ketika ia melihat anak-anaknya dalam keadaan selamat.

"Revian, Julio, Hanns, Jacen, Calisto, Joan... Oh, Tuhan... Aku sangat senang ..." Ratu Attina terus menangis sembari menyebutkan nama anak-anaknya, "... hiks... anak-anakku sayang, terima kasih, terima kasih sudah bertahan hidup. Aku sungguh bahagia."

Chenle yang kebetulan adalah orang yang berpelukan langsung dengan tubuh sang ibu, langsung mengusap punggung ibunya yang menangis tersedu-sedu itu. Ia pun ikut menangis haru karena ia berhasil melihat kembali ibu tercintanya.

"Apakah kalian terluka? Katakan pada Ibu, Nak! Kalian tidak terluka parah, bukan?!" tanya Ratu panic sembari melihat seluruh tubuh enam pangeran itu.

Keenam pangeran itu tersenyum kecil sembari menatap satu sama lain. Dan akhirnya, Jisung yang angkat bicara.

Jisung tersenyum kecil sembari mengusap tangan ibunya dengan lembut. "Ibunda Ratu, kami memang terluka. Tentu saja kami terluka, yang kami hadapi kemarin adalah perang besar yang mengorbankan banyak nyawa. Bahkan, kami pun sebenarnya hampir tidak selamat."

Ratu Attina sontak membelakkan matanya ketika mendengar penuturan dari Jisung. Namun sebelum Ratu kembali membuka mulutnya, Jisung langsung kembali berbicara.

"Tapi, Puji Tuhan, kami bisa kembali bernapas dan selamat. Karena ..." Jisung menjeda, lalu ia membalikkan tubuhnya dan menatap Calista yang berada di belakangnya dan saudara-saudaranya, "... Putri Calissa datang sebagai pahlawan kami. Ia datang dan menyelamatkan kami bagai ksatria pemberani. Dan ia menyembuhkan luka kami dengan air matanya."

Ratu Attina mengalihkan pandangannya pada Calista yang berdiri tak jauh darinya. Ia berjalan menghampiri Calista dengan perlahan. Ia tatap menantunya itu dengan tatapan tak percaya.

"Calissa...?" Ratu berhenti tepat di hadapan Calista. Tangannya perlahan terangkat untuk mengelus pipi Calista yang agak kotor dan ada jejak air mata. "Calissa? Kau... menyelamatkan putra-putraku, Nak? K-kau... adalah putri legenda itu? Putri yang mewarisi air mata dan darah Ratu Drianna...?"

Calista tersenyum pada Ratu Attina. Sejenak, ia menikmati dahulu elusan lembut tangan sang mertua di pipinya. Kemudian ia menunduk hormat pada ibu mertuanya itu sembari berkata, "Salam dariku, Ibu Ratu. Ya, aku adalah putri legenda itu, Ibu. Aku adalah putri dengan air mata dan darah Ratu Drianna. Dan aku, yang menyelamatkan pangeran-pangeranmu."

Ratu Attina kembali menggelengkan kepalanya tak percaya. Ia tak menyangka menantunya yang bukan terlahir dari darah bangsawan dan bukan manusia yang terlahir di zaman saat ini itu ternyata putri yang legenda dari kisah kerajaannya.

Hampir satu abad lamanya, Kerajaan Athena tidak kunjung menemukan siapa putri legenda itu. Bahkan dulu ketika ia dinobatkan menjadi istri dari suaminya—Raja Jeffrey—ia tidak berpikir jika ia adalah putri legenda itu. Ia hampir tak mempercayai legenda kuno itu, tapi sekarang, putri legenda itu berada di hadapannya, dan menjadi menantunya.

Ratu memeluk Calista dengan erat. Ia pun mengusap rambut panjang Calista. "Terima kasih, Sayang. Terima kasih telah datang dan menyelamatkan putra-putraku..." lirih Ratu.

Calista membalas pelukan Ratu Attina tak kalah erat. "Berterimakasihlah pada Ratu Drianna, Bu. Aku bukan apa-apa tanpa warisan air mata dan darah ajaibnya. Jika bukan ia yang membawaku kembali ke abad ini, mungkin aku tidak akan pernah kembali. Dan jika bukan karena ia memberitahuku, mungkin aku tidak akan pernah tahu jika akulah pewarisnya."

THE SIX PRINCES [SUDAH TERBIT] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang