Sinar matahari sore yang berhasil menutup pandangan mata Keenan, membuatnya menuruni kaca helm, menutupi wajahnya. Benar, Keenan sedang dalam perjalanan. Menuju rumah Kara. Pikirannya hari ini entah bagaimana sangat dipenuhi dengan Kara. Banyaknya pertanyaan di kepalanya setelah lama tidak ada percakapan, membuatnya semakin mantap untuk menghampiri perempuan itu sore ini.
Keenan memperlambat laju motornya sejenak setelah melewati plang kuning yang menunjukkan bahwa ini adalah gang menuju rumah Kara. "Delapan.. tujuh.. enam.. lima..." sebut Keenan pelan sebelum berhenti didepan rumah bernomor empat.
Laki-laki itu melepas helm setelah memarkirkan motornya disebelah motor besar berwarna putih. Pagar yang menjulang tinggi menghalangi Keenan untuk mengintip apa yang didalamnya. Keenan mendongak, memandang pada jendela yang tak tertutup tirai, mencoba memastikan jika Kara ada dirumah. Pecuma, Keenan juga hanya bisa melihat sedikit dari bawah.
Pagar itu bergerak dibuka tak lama setelah Keenan memencet bel rumah. Keenan menoleh, mendapati perempuan berambut sebahu, mengenakan kaos kebesaran, dan celana pendek. Kara. Perempuan itu mendongak memandangi Keenan dengan raut berfikir di wajahnya.
"Keenan?"
"Halo?" Keenan kikuk. Sial, apa yang Keenan lakukan disini?
Perempuan itu mengulum bibirnya, menahan tawa. "Lo- beda banget?"
"Yah, lo mah gitu, Ra. Masa gue mau culun terus?"
"Hahahaha," tawanya lepas. "Iyaudah, masuk dulu, Nan." Kara berbalik, memimpin langkah keduanya memasuki rumah.
Kara membuka pintu. Seorang laki-laki yang sebelumnya asik dengan ponselnya, kini menoleh. Keenan tau laki-laki itu. Refal.
"Ref, ini.. Keenan. Inget nggak, temen kita waktu SD. Temen deket aku."
Aku?
Refal mengangkat alisnya. Kara melirik Keenan kaku, memberinya isyarat bahwa Kara akan memberinya penjelasan. Sepersekian detik kemudian, keduanya melangkah menjauhi Keenan. Keduanya berbicara. Kara terlihat takut-takut menjelaskan.
"Apa kabar? Sehat?" tanya Keenan yag sedang duduk di sofa ruang tamu ketika Kara menghampirinya, meninggalkan Refal di ruang keluarga. Laki-laki itu bahkan tak menyapanya sama sekali.
Kara mengangguk. Perempuan itu menyodori Keenan segelas minuman. "Kok lo nggak mempertanyakan Refal?"
"Gue nunggu lo yang menjelaskan. Takutnya lo emang nggak mau gue tau."
Kara terkekeh. "I gave him chance. Sebulan yang lalu?"
Keenan mengangkat alis. "Wow, berarti nggak lama setelah curhatan lo ke gue. Yang katanya lo ragu?"
"Hahahaha, menjilat ludah sendiri ya? Turns out, dia baik kok." jelas Kara. Perempuan itu tersenyum. Sedang Keenan merasa janggal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Therefore She is Dodging The Bullet
Short Storycerita tentang Keenan yang menyimpan rasa bertahun-tahun lamanya.