pesan mama kara

36 0 0
                                    

"Serius tadi nyokap bilang gitu?" tanya Kara saat keduanya mengambil minuman dari meja barista

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Serius tadi nyokap bilang gitu?" tanya Kara saat keduanya mengambil minuman dari meja barista.

Keenan mengangguk. "He-eh, katanya lo makin gede makin suka mager mageran ajaa. Ya sebenernya gue juga heran sih- aduh." Keenan mengusap pundaknya yang baru terkena pukul oleh perempuan di sebelahnya.

"Gue tuh rajin pada waktunya. Di saat saat mendesak gue akan berguna kok." jelas Kara, memberi alasan.

"Halah, berguna di saat mendesak apanya." Keenan tertawa. "Tadi baca google maps aja susah. Jadi salah belok."

Kara cengengesan. "Nggak bisa disamain sama itu. Itu hal yang berbeda, Nan."

Tak ada pembicaraan setelah Kara menerima notifikasi pada ponselnya. Melihat sepertinya perempuan itu memiliki hal penting yang harus di urus, maka Keenan juga menyibukan diri. Dengan pikirannya sendiri.

Perempuan itu tidak banyak berubah. Dari penampilan, maupun dari sifatnya. Wajah Kara tentu saja berubah karna bertambahnya usia. Tapi wajah perempuan itu ya, gitu-gitu aja. Istilahnya kalau Keenan nggak sengaja ketemu di tempat random, Keenan jelas akan tau itu adalah Kara. Kara jauh lebih memperhatikan penampilannya. Jelas, anak SD mana yang seperhatian itu dengan penampilannya. Ya, mau bagaimanapun, Kara selalu cantik di mata Keenan.

Melihat Kara tertawa tidak pernah gagal membuat sesuatu didalam diri Keenan semakin memekar. Ada getaran yang tidak bisa Keenan jelaskan. 

"Halo sayang?" suara Kera membuat Keenan menoleh. Bukan, Keenan tidak kepedean akan di panggil sayang. Cuman kaget saja. Perempuan itu jelas sedang menelfon Refal.

"Aku lagi di rumah, kok. Kamu dimana?" 

Keenan mengerutkan alisnya. Sedang Kara yang sadar, berusaha menjelaskan dengan matanya. Berusaha meminta Keenan untuk kooperatif.

Terserah sih, sebenarnya. Namun kenapa Kara harus berbohong. Pasti ada sesuatu yang tidak beres.

"Keenan. Kayaknya kita harus pulang sekarang. Gapapa, nggak? Ini tiba tiba Refal mau ke rumah gue, duh." 

Kara heboh sendiri. Cepat-cepat membersihkan barangnya di meja dan memasukkannya ke dalam tas. Sedang Keenan diam saja, memperhatikan perempuan itu. Hingga Kara sadar, dan berhenti bergerak.

"Keenan.. maaf ya? Gue janji akan jelasin ada apa antara gue dan Refal, sampe-sampe gue harus kayak gini." perempuan itu memasang ekspresi bersalahnya. "Tapi gimana dong, pulang sekarang gapapa, ya?"

Keenan terkekeh. "Kara, gue serius gapapa. Cuman kocak aja liat lo heboh sendiri."

Kara menghela nafas. "Bener-bener lo, ya. Gue pikir lo bakalan marah."

***

"Nan, kamu kenapa nggak disini aja sih yang lama? Refal juga nggak apa-apa kan, Ra?" tanya Mama Kara.  Mama Kara jelas rindu dengan Keenan. Bagaimana tidak, dulu rutinitas Keenan saat weekend adalah kerumah Kara. Setelah lulus SD, keduanya bahkan tidak bertemu sama sekali. Bagaimana Mama Kara tidak protes jika Keenan akan pulang secepat ini.

Melihat wajah Kara yang tidak meyakinkan, Keenan menggeleng. "Hehe, kayaknya nggak hari ini tante. Tenang aja nanti Keenan main lagi, ketemu lagi ya."

"Oh iya, Nan. Liburan natal ini tante sama om gabisa ada di rumah. Kara kan anak tunggal, nih. Tante nggak mau banget ninggalin Kara sendiri di rumah. Gimana kalau selama natal, Kara di rumah kamu?"

Seketika yang bersangkutan bertatap-tatapan. Yang satu mengangkat alis, memberi tatapan meyakinkan, yang lain panik, heboh sendiri. Padahal tidak ada masalah untuk Keenan.

Keenan sih senang-senang saja.

"Nanti tante yang izin sama ibu kamu. Sekalian mau ngobrol-ngobrol lagi. Udah lama nggak." Mama Kara tersenyum.

"Ma, baiknya kita obrolin lagi kali, ya? Masih lama juga, masih 6 bulan lagi, Ma." tanya Kara.

"Duh, kamu nih. Yaudah, deh. Nanti Tante berkabar sama mama kamu. Kamu hati-hati di jalan ya." 

Keenan tertawa. "Iyaudah Tan, Keenan pamit ya." 

" 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Therefore She is Dodging The BulletTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang