sakit berdua

1 0 0
                                    

Kara dan Ibu Keenan baru saja pulang dari apotek untuk membeli beberapa jenis obat sebab Keenan sedang tidak enak badan hari ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kara dan Ibu Keenan baru saja pulang dari apotek untuk membeli beberapa jenis obat sebab Keenan sedang tidak enak badan hari ini. Pagi-pagi betul, ia mengeluh sakit kepala dan sakit tenggorokan. Ketika Ibu Keenan menyentuh dahi laki-laki itu, segeralah Ibu Keenan memberinya pereda panas. Namun sayang, Ibu Keenan sedang tidak memiliki stok pereda sakit tenggorokan, dan pereda panas itu adalah stok terakhirnya.

Tok, tok

"Nan?" 

Seorang laki-laki yang tingginya jauh melampaui dirinya itu membuka pintu, membuat Kara harus mendongak untuk melihat wajahnya. Rambutnya berantakan, matanya sayu, terlihat lelah. Laki-laki itu tersenyum. "Morning, Ra."

Jantung Kara seperti dibuat berhenti, lalu dipaksa berdetak secepat mungkin setelahnya. Ini aneh, Kara tidak pernah merasa seperti ini sebelumnya. Ia ingin muntah. 

Melihat ekspresi Kara yang berubah, dahi Keenan mengernyit. "Eh, kenapa, Ra?" Keenan menghembuskan nafas pada telapak tangannya, lalu mengendusnya. Ia juga berusaha menghirup aroma ketiak kanan dan kirinya. "Gue bau ya?"

Sial, Kara berhasil tertawa dibuatnya. "Nggak, Nan.." kedua sudut bibirnya tak berhenti bersimpul. Hatinya damai. 

"Ayo keluar dulu sarapan, habis itu minum obat." lanjut Kara.

Laki-laki itu mengangguk, ia membuntuti perempuan mungil didepannya berjalan menuju ruang makan. "Morning, Bu."

Pagi ini pandangan Kara tidak dapat luput dari Keenan. Ia memperhatikan setiap gerak gerik laki-laki itu. Dari bagaimana ia berjalan kesana kemari ikut sibuk dengan kegiatan ibunya di dapur, mengambil minum untuk meredakan batuk dan sakit tenggorokannya, bagaimana laki-laki itu menyuapkan setiap sendok makanan pada mulutnya, dan bagaimana ia meneguk setiap air pada gelasnya untuk meminum pil obat. Kara terpana, tak terkontrol.

Entah apa yang terjadi pada hati pikirannya, Kara bingung sendiri. Ia merenungkan bagaimana baiknya Keenan padanya selama mereka bersama di rumah ini. Belum lama, tapi laki-laki itu seperti sudah menjadi satu satunya orang yang paling melindunginya. Bahkan melebihi orang tuanya. 

Keenan merawatnya saat sakit, berusaha menghiburnya, menyiapkannya makanan, dan memastikannya baik-baik saja dirumah ini. Kara berusaha keras percaya bahwa itu hanya tindakan normal yang seorang sahabat lakukan. Karena memang Keenan orang baik, pikirnya.

"Nan, Ra, kayaknya Ibu harus pergi siap siap dulu. Ibu ada pertemuan ke yayasan." ucap Ibu Keenan sembari mengeringkan tangannya dengan lap seusai mencuci tangan di dapur. 

Ibu Keenan adalah seorang guru senior. Karena titel 'senior'-nya, dan berkat kejujuran Ibu Keenan dalam bekerja, ia tak jarang berkecimpung dalam urusan yayasan. "Ra, Tante minta tolong nanti di bantu ya Keenannya. Tante siap siap dulu."

"Oh, iya Tante, Kara bantu."

"Hati-hati, Bu." 

Lalu keduanya kembali pada lamunan masing-masing.

Lima detik.

Sepuluh detik.

"Ra? Main tuker-tukeran rahasia, yuk?" suara Keenan memecah keheningan.

Kara menoleh. "Umm.. kan rahasia, kenapa harus tuker-tukeran?"

Sejujurnya banyak sekali yang ingin perempuan itu curahkan dihadapan Keenan. Bersama Keenan akhir-akhir ini membuatnya sangat nyaman, Kara khawatir cerita berlebihan.

Refal seperti lebih tenang akhir-akhir ini. Laki-laki itu sama sekali tidak mengganggunya setelah pertemuan kemarin setelah ia membawakan buket bunga dan makan siang bersama di rumah ini. Namun anehnya, perubahan itu tidak membuat hati Kara tenang. Kara tidak terbiasa dengan situasi ini, hari-hari tanpa perdebatan dengan Refal. Ada yang aneh.

Kara tau situasi dalam hatinya ini tidak normal. Harusnya ia bahagia jika hubungannya dengan Refal baik-baik saja. Namun ada apa? Ada apa? Bagaimana bisa semua berubah begitu saja dalam hitungan hari? Secepat itu..? Apa benar Refal bermain dengan perempuan lain seperti firasatnya? Sehingga laki-laki itu berhenti mengganggu hari-harinya?

Tidak tanpa alasan Kara mencurigai pacarnya itu. Selain kejadian tempo hari, Kara sering kali mendapati Refal pergi dengan teman-temannya--termasuk Nirina, perempuan yang muncul di timeline Twitternya tempo hari--tanpa izinnya. Kara tidak marah untuk hal-hal seperti itu selama mereka tidak pergi berdua. Kara bukan pencemburu. Namun berkat pernah di selingkuhi di masa lalu, semua ini semakin lama semakin meresahkan untuknya.

Di sisi lain, keadaannya dengan Keenan.. di tempat ini, di rumah ini..

Ah, persetan dengan semua kekacauan yang terjadi di kepala Kara saat ini.

***

Sejak pertama kali Keenan menatap manik mata Kara hari ini, ia jelas tau perempuan itu sedang tidak fokus. Entah apa yang mengganggu pikirannya, Keenan penasaran. 

"Iya, tapi kan seru Ra. Setelah lama nggak ketemu, sekarang saatnya tuker-tukeran rahasia. Gue dulu deh, um.. apa ya.." Keenan pura-pura berpikir.

Sedetik.

Dua detik.

Usahanya tak berhasil mencairkan suasana.

Sementara di sisi lain Kara tak kuasa membendung air matanya. Satu demi satu tertetes hingga tak terkontrol.

Keenan terdiam, bingung harus apa. Ia tau Kara sedang tidak baik-baik saja. Namun ia tidak lupa bagaimana perempuan itu terlihat bahagia kemarin saat Refal datang untuknya. Kenapa?

"So--Sorry, Nan." Kara menyeka air matanya.

"No, Ra. You can be vulnerable with me." perlahan Keenan menyentuh jari jemari Kara, menghentikannya menutupi kesedihannya. "Tell me."

"I have no idea, Nan. Things overwhelmed me." tangisnya semakin deras. "Kayaknya ada sesuatu sama Refal. He doesn't act the same. It's odd." selanjutnya Kara menceritakan isi hatinya terhadap Refal dan segala kecurigaannya.

Perempuan itu tak berhenti menangis. Sedang mulutnya terus berbicara mengutarakan keluhnya, kekhawatirannya, dan beban di hatinya. Ia hancur. Seperti akhirnya dapat mengutarakan semua bebannya setelah tujuh bulan hubungannya bersama Refal dan merasa terperangkap tak bisa berbuat apa-apa. 

Melihat Kara, Keenan tak kuasa. Tangannya bergerak menggenggam tangan perempuan di hadapannya. Ibu jarinya mengelus punggung tangannya, berusaha menenangkannya. Keenan tak kuasa. Seperti ada suara di hatinya untuk tak berdiam diri saja. Ada hasrat besar yang tak tertolong. Melihat Kara lemah, Keenan ingin melindunginya.

Saat ini, Keenan sakit pada tubuhnya. Kara sakit pada hatinya.

"I'll do anything for you to make you happy, Ra. You'll figure it out. I'll help you get through it." ucap Keenan pelan. "Just don't let yourself stand alone this weak without me knowing.

"Let me make things easier for you."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 05 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Therefore She is Dodging The BulletTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang