Keenan meraih jajanan di atas meja belajar di kamar Rafael. Teman-temannya sedang sibuk dengan ponsel masing-masing. Kecuali Bara, temannya yang satu itu tak melepaskan matanya sedikitpun dari gerak-gerik Keenan.
"Heh, jelek." panggil Bara. "Sok ganteng banget lo, gue liatin dari tadi pura-pura nggak sadar."
"Lagian lo ngapain ngeliatin gue, stres. Hampir aja gue ngira lo suka sesama." Keenan mencomoti jajanan di pangkuannya. "Kenapa sih, Bar?"
"Lo kenapa senyum-senyum sendiri, sial. Kayak kuda aja."
"Kuda mah nyengir, bukan senyum-senyum sendiri." sahut Rafael, masih sibuk dengan ponselnya.
"Raf, itu lo liat, anjing. Dia nonton TV sambil senyum-senyum, aneh banget." ujar Bara.
Keenan terkekeh. "Emang lonya iri aja, sialan. Gue lagi hepi nih. Lo hepi juga dong, jangan sewot gitu."
"Dih, aneh banget lo hari ini. Ada apa sih, kawaaannn." Gino bangkit dari posisi tidurnya.
"Lo tau, gue berasa ninggalin istri di rumah. Hahahhaha."
"Maksud lo?"
"Yah, biasa aja dong muka lo semua. Gue jadi salting." Keenan menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Salah tingkah akibat tatapan serius ketiga temannya.
"Yeh, serius anjing. Lo kapan nikah dah?" Gino, si tidak pernah jelas.
"Lo semua jangan kaget ya?" Keenan mempersiapkan diri.
"Taik." umpat Bara, tidak sabar.
"Buru sih, gue AFK nih." sahut Rafael.
"Duh, santai dong." Keenan cengengesan. "Kara nginep di rumah gue."
"Hah?"
"Dua minggu."
"HAH?"
Keenan mengangguk, meyakinkan teman-temannya.
"Duh, udah deh, lo kebanyakan halu." Rafael kembali fokus pada ponselnya.
"Nggak jelas sial." umpat Bara.
"Hadah, sakit lo Nan." Gino kembali merebahkan badannya di atas kasur Rafael. Bahkan kini menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut tebal.
"Yah, serius jeleeekkkkk. Kara di rumah gue selama liburan ini. Gara-gara orang tuanya harus di luar kota. Jadi dia di titipin di rumah gue, deh." jelas Keenan.
"Ya kenapa harus rumah lo, anjing. Kan banyak temen-temen cewe dia juga. Kenapa harus lo?" tanya Rafael.
Keenan mengangkat pundaknya. "Gue nggak tau? Emang izin Tuhan aja kali ye." laki-laki itu cengengesan.
"Yee, makin lancar dong lo ngedeketin tu cewek?" goda Bara.
"Lancar dari mananya, udah jadian sama Refal dari kapan tau Karanya." Keenan mendengus.
Bara tertawa. "Gue bilang juga lo kelamaan. Keambil orang, deh."
"Cupu lo, jelek!" ejek Gino.
"Udah lo pada diem, deh. Guenya juga biasa aja, sial." balas Keenan.
***
Terparkirnya motor besar berwarna putih di depan rumahnya membuat Keenan dengan tidak santainya memarkirkan motor lalu bergegas masuk ke rumah.
"Bu, Kara di mana?" tanya Keenan.
Wanita paruh baya berpakaian daster se lutut dengan rambut tebal di cepol itu menoleh pada Keenan. "Ih, Mas, itu tadi Refal temen SD kamu dateng. Sekarang pacaran sama Kara ya? Ibu baru tau."
"Ih, Ibu.. Ya pokoknya gitu deh. Sekarang Kara dimana?" tanya Keenan sekali lagi. Ia berusaha keras mengontrol napasnya supaya sedikit tenang walau kenyataannya Keenan sangat khawatir.
Dari pengamatannya selama ini, Keenan tau ada yang tidak baik dalam hubungan mereka. Keenan tidak ingin ikut campur. Tapi tetap saja, Keenan peduli pada Kara.
"Lagi di taman belakang. Jangan di samperin ah, Mas. Kayaknya lagi ngobrol serius gitu.. Ibu juga nggak mau nengokin. Lagi berantem kali..."
Keenan menoleh. "Yang bener, Bu?"
Ibu menahan lengan Keenan ketika laki-laki itu hendak meninggalkan tempat. "Biarin ih. Coba hormati dulu ruang mereka. Kalau berantem hebat pun, biarin mereka berproses."
"Kalo Kara di apa-apain?"
"Ya, kita liatin aja dari sini." jawab Ibu. Dari posisi keduanya saat ini memang memungkinkan untuk sedikit mengintip keberadaan Kara dan Refal. Keenan sedikit lega. Sejujurnya Keenan sudah gatal sekali untuk menyuruh Refal pulang. Tapi yasudahlah, Keenan mau menghormati ruang mereka sendiri seperti kata Ibu.
"Yaudah ah, Mas. Mending bantuin Ibu. Ini bikinin teh buat Refal."
Keenan menoleh. Lalu tersenyum. Ibunya terlihat sangat cantik meski sedang repot. Dengan gemasnya, Keenan mendekati Ibu dan mengecup pipinya. "Okeey, Ibu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Therefore She is Dodging The Bullet
Short Storycerita tentang Keenan yang menyimpan rasa bertahun-tahun lamanya.