Waktu-09

190 25 5
                                    

Maaf jika banyak typo 🍎








🕓🕓🕓





"Dan aku juga sudah memutuskan sebuah keputusan yang telah aku pikirkan selama ini," ujar Suho membuat Jisoo menjadi deg-degan mendengarnya.

Mobil yang dikendarai Suho ini kembali berhenti. Jisoo pun tampak menunggu keputusan apa yang akan Suho berikan padanya. Karena harapan untuk menjadi milik laki-laki Kim itu sangat besar di hati Jisoo.

"Apa keputusan itu?" Jisoo berani bertanya. Tentu saja karena ia sangat penasaran dengan apa yang akan diucapkan oleh Suho padanya.

Suho menunduk sebentar, kemudian kembali menatapnya. Ia tampak ragu ingin mengatakan hal yang menjadi keputusannya selama ini.

"Suho...." Jisoo tampak seperti menuntut agar Suho berbicara.

"Aku memutuskan...." Suho merasa tak percaya diri untuk mengatakannya.

"Apa?" Jisoo tak sabar ingin mendengarkannya.

"Eum.... Keputusanku akan perasaan mu," Suho menghela nafas. "Aku...  Tidak bisa Jisoo," ujarnya.

Seketika Jisoo menelan ludahnya susah payah. Pernyataan ini kembali terucap dan menampar hatinya. Kembali memberikan rasa sakit yang lebih dari rasa sakit sebelumnya.

Jisoo menunduk, "aku sudah tahu Ho, kamu nggak akan bisa membalas perasaan ini," ujar Jisoo.

Tetapi tiba-tiba saja Suho menarik perempuan bermarga sama dengannya itu kedalam pelukan hangatnya. Ia mengusap lembut kepala Jisoo, dan membuat Jisoo kini kembali menangis.

"Bukan tak bisa," ujar Suho pelan. "Tapi aku tak mampu menerima kebaikanmu itu," ia semakin memeluk erat Jisoo.

"Bukan tak mampu Ho," ujar Jisoo. "Kamu memang tak bisa mencintaiku, hiks......"

Entah kenapa hati Suho merasa tergores mendengarnya. Ia telah membuat perempuan ini menangis berkali-kali hanya karena dirinya.

Suho melepaskan pelukannya, mengusap air mata yang seakan tak mau berhenti.

"Aku akan mengantarmu pulang," ujarnya.

Ia menggenggam tangan Jisoo sebentar, kemudian kembali melajukan mobilnya untuk mengantar Jisoo pulang.

Tanpa Jisoo sadari, senyum tipis tercetak pada bibir Suho.








.........







Sejak kejadian kemarin, Jisoo tampak kembali lesu. Suho tak akan membalas perasaannya. Yah.... Seperti yang selama ini Jisoo sangka.

Ia tadi sempat mengirim pesan pada Suho, tetapi sampai malam ini tak dibalas oleh pria Kim itu.

Jisoo hanya bisa menghela nafas, terduduk di kasurnya sembari menatap kearah jendela.

"Apa takdirku memang tidak bersamamu?" Ujarnya lesu, kemudian berbaring dengan sepatu yang masih melekat di kakinya.

.
.

Tok. Tok. Tok.

Pintu kamarnya terketuk, dan membuatnya menatap benda kayu itu.

"Siapa?" Tanyanya.

"Aku," suara yang familiar itu tentu saja Jisoo mengenalnya. Siapa lagi kalau bukan Kim Seokjin, kakaknya.

"Masuk aja," ujar Jisoo mengijinkan.

Seokjin masuk ke dalam kamar adiknya itu, kemudian membuka lemari baju milik Jisoo.

Dengan bingung, Jisoo menatap tingkah kakaknya yang tak biasa itu. Bahkan sesekali Seokjin menatapnya seolah menilai penampilan Jisoo.

"Ada apa sih?" Tanya Jisoo.

Sedetik kemudian, Sojung masuk dan melakukan hal serupa seperti apa yang Seokjin lakukan. Entah kenapa pasangan kekasih ini begitu usil.

Sebuah dress cantik diberikan kepada Jisoo. Mereka berdua menyuruh Jisoo memakainya. Awalnya Jisoo tak mau, tetapi kedua orang itu memaksanya.

Akhirnya, Jisoo pun memakai dress tersebut. Setelah itu, tangan terampil Sojung memoleskan make up pada wajah Jisoo. Sehingga membuat perempuan itu terlihat sangat cantik.

"Udah?" Tanya Seokjin yang tadi sempat keluar dari kamar adiknya ini.

"Ayo, udah ditunggu." Ujar Seokjin.

Jisoo yang bingung pun hanya diam saat Sojung menggandengnya.

"Ada apa sih?" Jisoo selalu bertanya, tetapi tak pernah dijawab.

Karena kesal, ia kini hanya diam. Dan cukup terkejut ketika melihat Suho berada di ruang tamunya. Keterkejutannya tak sampai situ. Ada kedua orang tua Suho yang duduk diantara anak laki-laki itu.

"Bagaimana Jisoo? Apa kamu akan menerima lamaran dari kami?" Ujar ayah dari Kim Suho. Membuat Jisoo merasa tak percaya akan hal ini.




.
.
.

"Jisoo.... Jisoo," samar-samar terdengar suara yang membuat mata Jisoo terbuka.

Ia mendapatkan sosok Suho didepan matanya.

"Bagaimana bisa kamu tidur dengan posisi seperti ini?" Ujar Suho dan membuat Jisoo sadar. Benar, ia masih mengenakan pakaian kemarin dengan sepatu yang melekat di kakinya.

"Aku ingin mengajakmu pergi. Bersiaplah, akan aku tunggu" ujar Suho kemudian keluar dari kamar Jisoo.

Jisoo tampak bingung melihat ke sekitarnya. Sudah pagi? Berarti ia ketiduran? Dan.... Tentang lamaran Suho itu hanya mimpi? Oh......


































ToBeContinue 🍎

Waktu-endTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang