Waktu-06

215 26 3
                                    

Maaf jika banyak typo🍎





🕓🕓🕓



Seorang bos muda yang dikagumi banyak orang itu keluar dari gedung kantornya. Ketampanannya tak perlu diragukan lagi, karena sudah terbukti jika banyak kaum hawa yang terpikat padanya bahkan ketika hanya memandangnya sekilas.

Kim Jisoo, perempuan itu menyadarinya. Bahkan dalam waktu yang singkat pun ia sudah jatuh cinta pada lelaki bermarga sama dengannya itu.

"Malam pak," sapa karyawan yang menghampiri Suho.

"Malam," balas Suho.

"Maaf pak, ini tadi jatuh," ujar karyawan itu memberikan dompet Suho yang entah terjatuh dimana tadi.

"Makasih ya," Suho membuka dompetnya, kemudian mengeluarkan beberapa lembar uang. "Ini buat makan malam. Jangan biarkan perut kamu kosong setelah bekerja," ujarnya.

Karyawan itu belum sempat menolak, tetapi Suho sudah masuk kedalam mobilnya.

Dari kejauhan, Jisoo melihat semua itu. Merasa beruntung mencintai lelaki sebaik Suho. Ia tak menyesal, meskipun Suho telah menolaknya.

"Aku nggak nyesel Ho, aku masih menunggu perasaan kamu," gumamnya tersenyum.

Tetapi penolakan Suho itu masih memberinya kesempatan. Setidaknya ia harus bertahan. Dua minggu lagi. Yah, semoga saja dua minggu lagi itu Suho bisa memiliki perasaan padanya.

Jisoo menggeleng. "Dua minggu lagi Ho....." ia tersenyum miris.

Entah kenapa Jisoo tak bisa menjamin jika perasaan Suho akan seperti yang ia harapkan.

"Loh? Jisoo?" Suara seseorang mengejutkan Jisoo.

Perempuan itu berbalik dan menatap lelaki dibelakangnya.

"Nyari Suho ya? Udah pulang orangnya." Ujar lelaki yang merupakan Kim Minseok, teman dekat sekaligus rekan kerja Suho.

"Oh... iya. Duluan ya," ujar Jisoo meninggalkan Minseok.

Minseok tersenyum tipis, berbalik menatap seseorang yang berjarak cukup jauh dari ia berdiri.




🕓🕓🕓





Kakak Ipar
Aku tadi lihat Suho di cafe yang biasanya kalian kunjungi.

Jisoo
Sama siapa?

Kakak Ipar
Aku sih liat dia sendirian

Pesan dari calon kakak iparnya itu membuat Jisoo segera beranjak dari duduknya. Ia meletakkan ponselnya di sofa secara asal. Perempuan Kim itu segera berganti pakaian, dengan tak lupa mengoleskan make up diwajahnya.

Setelah selesai, ia menyambar tasnya dan segera menuju ke tempat yang tadi disebutkan oleh calon kakak iparnya itu dalam pesan. Ia selalu bersemangat ketika menyangkut soal Suho.

Jisoo tersenyum, calon kakak iparnya itu memang terbaik. Dia mengerti perasaan Jisoo saat Jisoo menceritakan semua. Tak hanya itu, calon kakak iparnya itu bersedia membantunya dan menguatkannya. Jisoo merasa beruntung.

"Suho...." ujarnya pelan melihat Suho dari dalam mobil.

Lelaki itu sedang sendiri. Duduk didekat jendela, dimana tempat itu selalu mereka tempati ketika berkunjung ke kafe ini.

Didalam sana, sebuah pesan masuk ke ponsel Suho. Lelaki itu menghela nafas, kemudian segera beranjak dari tempat duduknya.

Dapat Jisoo lihat, Suho mulai meninggalkan area kafe itu.

"Mau kemana?" Gumam Jisoo.

Tanpa pikir panjang, ia mengikuti mobil Suho. Entah kemana lelaki itu pergi, Jisoo hanya mengikutinya.

Hingga selama perjalanan, perempuan bernama lengkap Kim Jisoo itu tak sadar, jika jalan yang sedang ia lewati ini bukan jalan yang ia kenal.

Kesadarannya itu baru datang ketika ia sendiri baru menyadari jika sekelilingnya adalah hutan. Hanya ada pohon-pohon tinggi yang lebat disekitarnya.

Bahkan sangking fokusnya pada sekitar, ia kehilangan kemana mobil Suho melaju. Karena didepannya terdapat pertigaan jalan. Jisoo pun menghentikan mobilnya.

"Suho kemana?" Tanyanya.

"Ini dimana? Kenapa aku nggak tau teman ini?" Tanyanya lagi.

"Duh... kenapa juga Suho kesini?" Jisoo kembali menatap kesekitar. "Tempat apa ini? Serem banget," ujarnya mulai takut.

Jisoo tiba-tiba teringat. Ponsel pintarnya itu mungkin bisa memberitahunya tentang dimana dia berada saat ini.

Perempuan Kim itu mencari dimana benda pipih itu berada. Ia mengeluarkan seluruh isi tasnya. Keningnya mengerut saat menyadari benda itu tak ada dalam tasnya.

"Loh?" Jisok kembali mengecek. Bahkan ia mengecek disekitar dalam mobilnya.

"Kok nggak ada?" Paniknya.

Tiba-tiba ia baru ingat jika ponselnya tertinggal di sofa kamarnya.

Ingin rasanya Jisoo menangis sekarang. Ia tak tahu dirinya dimana, dan tempat ini begitu menyeramkan baginya.

Perempuan Kim itu pun keluar dari mobilnya. Menatap kekanan dan kekiri, berharap ada orang baik yang lewat.

"Kenapa?" Suara seseorang membuat Jisoo menoleh kearah belakang mobilnya.

"Kenapa?" Tanya orang itu, dan Jisoo hanya mematung menatapnya.































ToBeContinue🍎

Waktu-endTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang