Waktu-05

219 25 0
                                    

Maaf jika banyak typo🍎

🕓🕓

"Kenapa begitu? Kenapa tidak langsung menerimaku?" Tanya Jisoo mendengar jawaban Suho.

Suho menggeleng. "Tidak bisa Jis, aku tidak punya perasaan apapun padamu," ujarnya.

"Jika tak punya perasaan apapun, kenapa berkata begitu?" Jisoo masih tak percaya.

"Aku berkata begitu hanya untuk memastikan," Suho menatap kedua mata Jisoo dengan tatapan dalam. "Mari jangan bertemu dalam satu bulan. Jika dalam satu bulan itu aku bisa merindukanmu, maka ada rasa untukmu di hatiku." Ujar Suho.

"Jika kamu tidak merindukanku?" Jisoo lebih mendekat.

"Maka jangan muncul sampai waktu yang mempertemukan kita," Suho mengusap bahu Jisoo dan melangkah pergi setelah itu.

...

Kejadian itu terus terngiang di kepala Jisoo. Ia harus menahan satu bulan, dan jika dalam satu bulan Suho tak merindukannya, maka ia harus melupakan Suho.

Tak rela rasanya melupakan pria tampan yang bijak itu. Tetapi jika setelah satu bulan Suho tak merindukannya, maka ia harus menunggu lebih lama lagi. Apakah ia sanggup menunggu? Pilihan terbaik adalah melupakan setelah ditinggalkan.

"Jis," seseorang menepuk pundaknya dari belakang.

Jisoo sedikit terkejut dan menatap orang itu.

"Maaf, lagi ngelamun ya?" Tanya perempuan yang merupakan kekasih Seokjin.

Jisoo hanya menunduk sambil memainkan jarinya tak lupa dengan senyumnya juga.

"Ada masalah apa, hm?"

Jisoo menggeleng. "Gapapa kok. Kak Jin mana?" Ia mengalihkan topik.

"Tadi sih nganterin aku kesini, tapi abis itu dia pergi meeting," tampak ada nada kesal pada kalimat Sojung, kekasih Seokjin.

Jisoo tersenyum saja. Sangat beruntung memiliki pasangan yang bisa mengerti kita.

"Kamu tahu kan, lima minggu lagi kita nikah. Makanya Seokjin sibuk banget." Ujar Sojung.

Jisoo mengangguk. "Nggak nyangka kak Seokjin bakal nikah." Ia tersenyum mengingat kenangannya bersama sang kakak. Tetapi tunggu dulu! Kenapa bayangan Suho juga muncul? Seketika perubahan ekpresi Jisoo itu disadari oleh Sojung.

"Kenapa Jis?" Sojung tampak khawatir. "Kamu gapapa kan?"

Jisoo menggeleng dan tersenyum tipis kepada calon kakak ipar yang seumuran dengannya itu.

"Gapapa kok, kita bantuin mama yuk di bawah," ajak Jisoo.

🕓🕓

Berkas-berkas yang menumpuk itu telah menunggu untuk diselesaikan. Prita tampan yang penuh tanggung jawab yang kini menghadapi layar untuk menyelesaikan semua itu tampak begitu serius.

Tak ada yang bisa mengganggu fikirannya jika pekerjaannya lebih menuntut seperti ini. Bahkan ketika sang ibu masuk kedalam ruangannya, ia tak melirik sedikutpun.

"Jangan terlalu gila kerja, mami juga pengen punya cucu," ujar wanita itu dan membuat Suho menghentikan jarinya yang sedang mengetik.

Sang ibu menaruh secangkir kopi yang ia buat itu disamping tangan kanan sang anak. "Lagian mami juga capek tau Ho, masih ngurusin kamu yang udah tua ini." Ujar sang ibu sedikit meledek.

Suho berdecak dan baru menatap ibunya. "Mam... aku belum pengen nikah. Lagian aku juga gak pernah demat sama perempuan."

"Jisoo? Dia perempuan kan?" Ibunya tak mau kalah. "Kamu kayaknya dekwt sama dia," imbuh wanita itu dan berhasil membuat Suho bungkam.

Pikiran tentang kejadian itu tiba-tiba terlintas. Terdapat rasa bersalah dalam hati lelaki Kim itu. Apa ia terlalu keras pada perasaan Jisoo? Apakah setelah ini Jisoo bisa makan dengan baik?

Tak ingin lama larut dalam masalah itu, Suho tersadar dari lamunannya dan kembali fokus pada pekerjaannya.

"Mami istirahat aja, aku mau selesaikan pekerjaan." Ujar Suho.

Dengan sedikit kesal, nyonya Kim itu keluar dari ruangan sang anak. Harapannya ingin memiliki cucu dari Suho telah sia-sia. Tetapi ia tak akan menyerah. Ia harus bisa membujuk Suho agar keinginannya terpenuhi.

Sedangkan di dalam ruangan itu, Suho tak dapat fokus setelah mendengar ucapan ibunya tadi. Hal ini sangat jarang terjadi pada seorang Kim Suho. Fokus yang selalu ada padanya bisa hilang seketika.

Bayangan Jisoo yang ia ingat menghiasi pikirannya. Mengingat perempuan itu membuat perasaannya benar-benar campur aduk. Rasa bersalah dan rasa khawatirnya terus beradu didalam sana.

"Maaf Jis," gumamnya setelah itu helaan nafas berat pun ia lakukan.
























ToBeContinue🍎....

Waktu-endTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang