Maaf jika banyak typo 🍎
🕓🕓🕓
Tiga hari bagaikan tiga tahun. Itulah yang Jisoo rasakan saat ini. Sesekali ia berkirim pesan pada Suho, dan lelaki itu selalu lama membalasnya.
Dari hal tersebut Jisoo paham jika Suho pasti sangat sibuk. Tetapi tetap saja Jisoo merindukannya. Yah.... Meskipun selama ini tak ada kepastian tentang perasaannya pada Suho.
"Huffttt....." Jisoo menatap dirinya sendiri di pantulan cermin.
Ia mengamati dirinya sejenak, kemudian keluar kamar.
Dilihatnya suasana yang sepi ini. Rumah ini begitu tenang, damai, bahkan memiliki orang-orang yang saling perduli. Ya.... Meskipun orang-orang itu sibuk. Tapi, mereka tetap saling memberi perhatian satu sama lain.
"Ngelamun?" Ujar seseorang membuat Jisoo menoleh ke belakang.
"Papa!" Kejutnya.
Sang ayah itu tersenyum.
"Kok.... Papa udah pulang?" Bingung Jisoo.
Sekali lagi, ayahnya tersenyum. "Papa ingin melihat gadis kecil papa yang ternyata sudah dewasa ini," ujarnya membuat Jisoo mengerjap kan matanya berapa kali.
"Maksud-"
"Kim Jisoo," suara sang kakak memotong bicaranya.
"Kak Seokjin? Kak Sojung?" Jisoo menatap mereka dengan bingung. "Kalian..... Kalian kok pulang seawal ini?"
Sojung menghela nafasnya. "Kamu yang keluarganya, tapi kamu yang lupa," ujarnya.
"Hari ini ulang tahun papa," ujar wanita berumur yang kini menggandeng lengan suaminya.
Jisoo menepuk jidatnya. Bagaimana bisa ia lupa? Ayahnya berulang tahun dan ia tak ingat? Oh.... Sungguh Kim Jisoo si pelupa! Apa otakmu hanya bisa memikirkan Suho?
"Papa maaf..... Jisoo lupa!" Ujar perempuan Kim itu.
"Ck, ck, ck, ck," Seokjin menggeleng-gelengkan kan kepalanya. "Kamu durhaka Kim Jisoo...... " Ujarnya.
"Aku lupa!" Bantah Jisoo.
"Sudah... Sudah... Papa hanya ingin kita berkumpul dan mengukir momen bersama hari ini," ujar pria tua itu.
"Aku bahkan gak punya kado untuk papa," ujar Jisoo.
"Hari ini papa akan punya kado yang spesial," ayah Kim tersenyum.
🕓🕓🕓
Ruang makan ini telah diisi oleh para anggota keluarga ini. Tetapi rasanya aneh, karena tak ada satu pun hidangan yang tersaji di atas meja.
Dan anehnya lagi, mereka hanya duduk disatu sisi saja. Sisi yang lain tidak diisi.
Tiba-tiba, Seokjin dan Sojung berdiri. Saling bergandengan dan tersenyum.
"Papa," Seokjin membuka pembicaraan. "Rencananya, lusa aku ingin papa dan mama hadir di pertemuan keluarga."
Kedua orang tua itu tersenyum.
"Aku dan Sojung sudah benar-benar siap untuk menikah," ujarnya dan membuat semua orang tersenyum mendengarnya.
"Ini hadiah yang spesial," ujar sang ayah.
Seokjin dan Sojung tersenyum, kemudian mereka duduk kembali.
"Terima kasih, karena telah memperlakukan aku dengan baik," ujar perempuan yang juga bermarga Kim itu.
Jisoo tersenyum. Bahagia sekaligus iri itu ia rasakan. Tetapi mau bagaimana lagi, mungkin takdirnya memang begitu.
"Silahkan," ujar seorang pelayan kepada satu keluarga yang baru saja datang.
Jisoo membelalakkan matanya melihat siapa yang datang. Yap! Tentu saja itu Suho dan keluarganya.
Mereka tersenyum, dan duduk di sisi yang berhadapan. Dan sekarang jantung Jisoo dalam bahaya. Pasalnya, yang berada di hadapannya adalah Kim Suho.
"Karena kalian sudah datang, mari kita makan malam," ujar ayah Jisoo.
Para pelayan pun membawa hidangan yang akan mereka santap. Maka. Malam berlangsung dengan tenang. Tak ada percakapan, tetapi terkadang Jisoo mencuri pandangan terhadap orang didepannya.
"Kita bertemu lagi pak Kim," ujar ayah Suho.
"Pertemuan kemarin rasanya kurang lengkap," balas ayah Jisoo.
"Tapi sekarang sudah lengkap kan?" Ujar ibu Suho.
Ibu Jisoo mengangguk. "Benar Bu Kim,"
Anak-anak yang tak mengerti itu hanya diam mendengarkan. Kecuali Suho yang tersenyum.
"Seokjin dan Sojung juga siap menikah," ujar ibu Jisoo.
Orang tua Suho tersenyum menatap pasangan muda itu.
"Mereka cocok," ibu Suho tampak memuji.
Seokjin dan Sojung tersenyum sambil sedikit membungkuk untuk menunjukkan rasa sopan nya.
"Kalau begitu, bagaimana dengan pembahasan kemarin, pak Kim?" Ayah Suho tersenyum kepada rekannya itu.
"Hahaha.... Akhirnya kita bisa meresmikannya ya pak Kim," balas ayah Jisoo.
Mendengar hal itu, Jisoo pun menatap kedua pria itu. "Meresmikan?!" Ujarnya. "Apa maksudnya?"
ToBeContinue 🍎
KAMU SEDANG MEMBACA
Waktu-end
Fiksi Penggemar🕓🕓🕓 ✔ Butuh waktu untuk mengungkapkan, butuh waktu untuk menyadari dan butuh waktu untuk bisa menerima segalanya. "Aku beri kamu waktu satu bulan untuk melupakanku," "Bagaimana jika aku tak bisa?" "Jika itu yang terjadi, maka aku yang akan berusa...