Waktu-04

219 25 5
                                    

Maaf jika banyak typo🍎


🕓🕓🕓



"Aku suka sama kamu Kim Suho," ujar Jisoo. "Jangan anggap ini bercanda, karena aku serius," Jisoo menatap Suho.

Tentu saja Suho terkejut dengan pernyataan perempuan bermarga sama dengannya itu.

"Selama ini aku udah nunggu kamu buat ngerti perlakuan ku ke kamu. Tapi kamu nggak pernah ngganggap itu sama sekali," Jisoo mengungkapkannya sekarang. Dihadapan Suho, dengan keberanian yang memenuhi dirinya.

"Kim Jisoo..." ujar Suho sangat pelan. Ia tak menyangka akan menghadapi ini.

Jisoo menatap Suho. Seakan siap dengan apapun yang terjadi nanti. Ia telah mengungkapkannya. Hatinya cukup lega, tetapi juga dari sisi lain, ia merasa khawatir.

Bibir Suho tampak kaku karena tak tahu harus berkata apa.

Atmosfer tak enak itu mulai menghiasi keadaan diantara keduanya. Bahkan mulut yang berfungsi untuk alat bicara itu kini membisu untuk waktu yang cukup lama.

B

enar-benar tak ada suara diantara keduanya. Sampai suara ketukan pintu membuat pandangan keduanya terarah pada benda terbuat dari kayu yang terbuka itu.

"Maaf pak, kelompok karyawan yang bapak tunjuk sudah ada di ruang rapat." Ujar sekertaris Suho.

Suho mengangguk. Ia menatap Jisoo dengan canggung, lalu meninggalkannya begitu saja.

Sedangkan Jisoo hanya terdiam. Menatap punggung yang kini sudah menghilang dari hadapannya. Tiba-tiba Jisoo mulai menyesali apa yang telah ia katakan.

Jisoo menunduk, merenung sebentar... kemudian mulai memberesi meja didepannya. Tetapi sebelum ia pergi, sebuah notifikasi dari ponselnya membuat ia berhenti.

_____________
Suho
Kita bicarakan tentang tadi nanti malam.

Suho
Di taman kemarin

___________

Jisoo terdiam. Suho memang orang yang bijak dan dewasa. Bagi Jisoo ini adalah masalah. Dan Suho tak meninggalkan masalahnya begitu saja. Lelaki itu bisa mengambil sikap untuk hal seperti ini dengan bijak.

Tetapi tetap saja, rasa khawatir itu tak bisa hilang dari hati Jisoo.

"Aku harap yang aku takuti nggak kamu lakuin Ho," gumamnya penuh harap. Meskipun keyakinan untuk ucapannya itu tipis.



🕓🕓🕓






Malam ini Jisoo datang ke taman itu. Lampu yang menyala tampak indah, tetapi berlawanan dengan apa yang Jisoo rasakan. Bahkan angin yang menenangkan itu tak dapat membuat Jisoo tenang. Justru hatinya semakin khawatir.

Disisi lain, ada Suho yang berdiri dibalik sebuah pohon. Menatap Jisoo dengan perasaan tak enak, dan tak berani mendekati perempuan yang duduk cukup jauh dari tempatnya berdiri.

Sampai matanya menangkap Jisoo yang mengusap lengannya. Mungkinkah perempuan itu sedang kedinginan? Iya, Jisoo pasti kedinginan.

Melihat itu, Suho merasa menjadi orang yang jahat. Ia tega membiarkan seorang perempuan menunggunya sampai mengancam kesehatan perempuan itu sendiri.

Perlahan, Suho berjalan mendekat. Sampai telinga Jisoo dapat mendengar langkah kakinya, dan perempuan itu pun menatapnya.

"Maaf," ujar Suho.

Jisoo tersenyum tipis menanggapinya.

"Harusnya kamu nggak usah dateng. Nggak baik lama-lama diluar," ujar bodoh Suho.

Senyum tipis itu bersamaan dengan helaan nafas kali ini. "Aku lama-lama disini juga karena kamu kan," ujarnya.

Suho menunduk dan tersenyum simpul. "Maaf," ujarnya.

Lagi-lagi Jisoo hanya tersenyum tipis.

"Aku nggak perlu maaf dari kamu Ho, aku perlu jawaban untuk tujuan kita kesini," ujar Jisoo yang seolah menampar Suho agar sadar dengan tujuannya.

Tiba-tiba suasana diam itu kembali tercipta diantara keduanya. Mereka tak saling bicara, bahkan saling menatap pun tak mereka lakukan.

Jisoo yang hanya bisa menunggu dengan perasaan khawatirnya, dan Suho yang bingung harus bersikap bagaimana.

Lelaki Kim itu tak pernah merasakan yang namanya jatuh cinta. Bahkan pada Jisoo pun ia hanya menganggap sebagai teman wanitanya. Sementara hari-harinya ia hanya fokus pada pekerjaan dan kewajibannya pada kedua orang tuanya.

Tapi jika Suho pikir, ia terlalu fokus dengan itu semua dan melupakan masa yang harusnya sudah ia alami bertahun-tahun sebelumnya.

Mungkin saat inilah ia merasakan apa yang belum ia rasakan itu. Tetapi rasa dilema itu muncul karena ia tak memiliki perasaan sepesial apapun untuk Jisoo.

Bagaimana Suho harus mengatakannya? Akankah Suho menyakiti Jisoo? Ooh... Suho tak bisa menyakiti orang lain. Apalagi dia perempuan, dan Jisok tak mempunyai salah apapun padanya.

"Jis..." panggil Suho, dan Jisoo pun menoleh.

Suho tampak gelisah. Tetapi ia tak mau membuat Jisoo semakin menunggu. "Aku beri kamu waktu satu bulan untuk melupakanku," ujarnya.

Sudah Jisoo duga. Ia tersenyum miris dan menunduk. Tak lupa dengan jari-jarinya "Bagaimana jika aku tak bisa?" Pertanyaan itu muncul. Seakan menunjukkan kerapuhan dari perempuan Kim tersebut.

"Jika itu yang terjadi, maka aku yang akan berusaha menumbuhkan rasa untukmu"








































ToBeContinue🍎....

Waktu-endTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang