Sepotong Coklat

570 57 0
                                    

Oneshot JaemRen

Special Valentine's Day

Sorry for typos and happy reading!

Dia dan Sepotong Coklat

...

Poin of view: Renjun

Sejak aku kecil, ibu selalu memperingatiku untuk tidak melihat ke arah rumah tua di ujung jalan. Ibu akan menyeret tanganku apabila aku ketahuan sedang melewati rumah tua tersebut. Katanya, rumah tua itu membawa petaka, jadi jauh-jauhlah dari rumah tua itu.

Aku tidak paham.

Bagiku, rumah itu seperti rumah pada umumnya. Besar dan megah. Waktu memang sudah memakan umurnya sampai membuatnya terlihat tua. Tapi siapa peduli? Rumah itu seperti punya sejarah maupun ceritanya sendiri. Semua seolah tersimpan rapi di dalam rumah tua tersebut.

Aku semasa kecil hanya bisa menurut perkataan ibu, meskipun sangat penasaran dan ingin tahu rahasia rumah tua itu.

...

Pekan depan adalah hari kasih sayang atau orang Barat menyebutnya dengan Valentine's Day. Seperti yang sudah diketahui, budaya Valentine's Day ialah memberi coklat kepada seseorang yang dicintainya. Tidak hanya coklat, bunga mawar juga identik sebagai pendamping dalam pemberian coklat tersebut. Sayangnya, aku tidak punya seseorang untuk kuberi sepotong coklat.

"Renjun! Nanti temani aku ke supermarket ya!" ajak Haechan dari belakang kursi yang kududuki.

Jam pelajaran baru saja berganti.

"Kau mau membeli coklat sekarang?" tanyaku sambil membalikkan badan.

Haechan menggeleng, "Aku berniat membuat coklatnya sendiri."

Aku menaikkan alisku, "Apa bedanya dengan membeli coklat yang sudah jadi?"

Sekarang Haechan mendekatkan wajahnya padaku. "Aku ingin membuatnya dengan sepenuh cinta," bisiknya. Aku semakin tidak mengerti. "Ah, Renjun polos atau bodoh sih! Makanya cari pacar sana!"

"Hei! Itu tidak ada hubungannya tahu" protesku. Enak saja mengataiku bodoh karena aku tidak punya pacar. Mentang-mentang dia punya pacar jadi bisa berkata sembarangan.

Haechan menarik kembali wajahnya. Kedua tangannya saling mengatup seperti orang sedang berdoa. Tidak lupa matanya juga memandang ke atas. "Aku akan membuat coklat sendiri supaya Jeno bisa merasakan cintaku disetiap gigitannya" ucapnya penuh harap.

Aku mendadak mual dan jijik setelah mendengar panjatan doa Haechan. Sepertinya Haechan terlalu banyak melihat film dewasa.

"Kenapa wajahmu seperti itu?" tanya Haechan setelah tahu bagaimana reaksiku.

"Tidak, lupakan," kataku lalu berbalik ke posisiku semula. Aku tidak ingin membahas itu lebih jauh lagi.

Haechan sepertinya paham atau mungkin bersikap bodoh amat, jadi dia tidak mengeluarkan suaranya. Tapi lima detik kemudian kursiku mendapat dorongan dari belakang. Rupanya Haechan sedang memajukan tubuhnya agar mendekat ke arahku.

"Kupikir kau juga harus membuat coklat," Haechan menjeda perkataannya. "Dejun pasti menerimanya," katanya penuh percaya diri.

Aku diam saja. Mataku mencuri lirik ke arah kursi belakang. Di sana ada Dejun yang sedang menelungkupkan kepalanya pada tumpuan tangannya.

'Tidak, Haechan. Dejun hanya menyukai Yangyang saja,' bilangku dalam hati.

...

Antologi: Jaemin & RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang