The Last Hope
Part 1
.
.
.
Haechan bertemu Renjun di perguruan tinggi satu-satunya yang dimiliki kota Brohamburgh. Geografi kota itu cukup unik di mana di bagian utara terbentang tebing dan beberapa jurang yang curam, sedangkan bagian selatan berimbun pohon-pohon besar yang menjulang tinggi. Hal ini membuat kota Brohamburgh terkesan gelap dan mendung. Hanya ada sedikit sinar matahari yang berhasil menerobos masuk. Di samping itu pula, kota ini seolah terpencil, selalu tertinggal dari berita atau kejadian dari belahan bumi lainnya.
Awal pertemuan Renjun dengan Haechan tidak terlalu mengesankan. Haechan termasuk anak populer sedari masa sekolah, jadi dia mudah berkawan dengan siapa saja. Dia lebih dulu mengenal Yangyang lalu berpacaran dengan Ryujin sewaktu masuk tahun kedua. Di tahun itulah Renjun ikut bergabung dan dia menjadi mahasiswa yang aneh. Haechan tidak terlalu menghiraukan karena ini adalah perguruan tinggi. Orang dari seluruh penjuru daerah bisa datang dengan berbagai kebudayaannya, termasuk Renjun.
Sebenarnya keanehan Renjun tidak terlalu berlebihan jika tidak ada kejadian di laboratorium Kimia. Renjun hanya suka warna-warna gelap, barangnya cukup nyeleneh. Dia suka menggunakan barang yang bertema penyihir, membawa beberapa botol kaca yang berisi tanaman, bahkan dia juga punya kalung kristal yang selalu dipakai di lehernya. Namun pagi itu cukup berbeda. Haechan memergoki Renjun yang masuk tanpa izin di laboratorium, padahal dia tidak mengambil kelas sains sama sekali. Parahnya, Renjun menggunakan perlengkapan lab seolah dia tahu apa kegunaannya. Haechan ingin mendobrak masuk, tapi otaknya memerintahkan dia untuk bersabar dan melihat apa yang dilakukan Renjun.
Di salah satu meja itu, tergeletak kucing hitam yang terbujur kaku. Renjun dengan alat seadanya mencoba membersihkan luka, menyayat beberapa bagian kulit kucing lalu menuangkan ramuan yang ada di vial. Haechan masih sabar mengamati. Agak lama, mungkin tiga menit keduanya saling memperhatikan apa yang terjadi pada kucing malang tersebut. Menit keempat, Haechan dikejutkan saat melihat kucing yang awalnya tidak bernyawa tiba-tiba dapat menggerakkan kakinya.
Lelucon apa ini? Kejadian selanjutnya adalah Renjun yang sudah tahu jika dia dimata-matai oleh Haechan. Namun Haechan tak mendapat cercaan dari Renjun. Justru Renjun meminta bantuan Haechan untuk mengantarkannya ke dokter hewan terdekat. Mulai dari situlah mereka berteman.
"Aku penyihir," kata Renjun singkat. Haechan ketahui Renjun memang selalu berbicara pendek, seperlunya saja.
Haechan akan tertawa bila Renjun mengatakan dirinya adalah penyihir. Dikata Haechan percaya begitu saja? Sekarang sudah lewat abad ke-20, dunia sudah canggih. Perkara kucing hitam, itu hanya kebetulan. Barangkali si kucing dalam keadaan sekarat, tapi belum mati. Karena pertolongan Renjun, kucing itu dapat selamat. Hanya kebetulan dalam keberuntungan. Toh setelah mempergoki Renjun di lab, kucing itu segera ditolong oleh dokter hewan.
"Aku tidak peduli," Haechan berkata. Dia melihat langit yang sedikit jingga, beberapa mahasiswa bermain basket di lapangan. Ryujin ada di antara mereka.
Di saat Haechan menunggu permainan hingga selesai, maka Renjun kembali lebih dulu. Dia tidak ada urusan dan tidak perlu menemani Haechan. Renjun datang ke kota karena ada misi tersendiri.
Sejak kehadiran Renjun di perguruan tinggi tersebut, kejadian-kejadian aneh terus saja bermunculan. Mulanya banyak ditemukan bangkai hewan di berbagai tempat, entah di pinggir jalan atau gang-gang buntu. Tentu saja hal ini membuat bau busuk menyeruak sehingga udara tidak sedap untuk dihirup.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antologi: Jaemin & Renjun
Hayran KurguKumpulan oneshot (bisa lebih) JaemRen Dibaca aja kalo punya waktu untuk melamun BL NCT-WayV