Superhuman Pt.1

154 10 0
                                    

Superhuman

Part 1

Note. Rekomen lagu: NCT 127 - Superhuman. Rekomen video:


.

.

.

“Aku sudah naik, mungkin sebentar lagi berangkat.”

“Baiklah, berhati-hatilah. Semoga perjalananmu menyenangkan.”

“Terima kasih, Bu. Aku tutup, ya.”

Kira-kira dua jam yang lalu, ia mengakhiri telepon dengan ibunya. Sudah tidak ada sinyal yang ditangkap oleh ponsel pintarnya. Apa mau dikata, risiko saat sedang di tengah-tengah laut biru.

Ia memandang luas hamparan air yang bebas. Ia tersenyum puas. Udara sangat menyegarkan rongga paru-paru. Tidak salah ia memutuskan untuk pergi liburan ke tempat ini. Apalagi menaiki kapal seorang diri. Sungguh pengalaman yang menyenangkan.

Tiba-tiba ia bergidik. Angin laut menerpa kulit putihnya dan ia sadar udara menurun drastis karena hari hampir menjelang malam. Matanya menatap langit di atas sana, lalu ia putuskan untuk masuk ke dalam kapal.

Kapal yang sedang ia naiki bukanlah jenis kapal pesiar dengan menawarkan pelayanan kelas atas. Kapal ini jelas hanyalah kapal bermuatan kecil yang digunakan mengantar orang untuk mencapai pulau di seberang sebuah kota. Tidak banyak penumpang yang menaikinya dan tidak setiap hari pula kapal ini siap sedia untuk berlayar.

Dirinya termasuk beruntung karena setelah mendarat dan menuju dermaga, kapal belum menurunkan layar. Suatu keajaiban tersendiri, padahal ia mengira akan menginap dulu baru bisa berangkat di hari berikutnya. Nyatanya apa yang diperkiraannya keliru.

Ia memasuki lambung kapal dan menemui salah satu penumpang yang sudah berkenalan sebelumnya.

“Kapal ini kecil, tapi syukurlah tidak banyak yang naik,” begitu kata seorang penumpang di kapal. Dia pemuda yang manis. Tak lupa memberi senyum sebagai reaksi yang hangat. Orang itu melanjutkan, “Kita bebas mau tidur di mana saja dan semoga tidurmu nyenyak.”

Kali ini ia ikut tersenyum dan mengangguk. Ia pasti menikmati waktu malamnya di kapal ini dan tidur dengan pulas diiringi suara air laut serta tiupan angin laut malam. Dia tidak sabar untuk menyambut matahari esok karena estiminasi waktu tiba di pulau tujuannya adalah siang hari.

Matanya terbuka karena mendengar suara gaduh. Entah apa itu, ia sedang mengusap-usap matanya kemudian sedikit meregangkan badan lalu berjalan menuju geladak. Ia ingin melihat langit yang ternyata sudah menunjukkan sinar mentari. Melihatnya ia tersenyum. Suara gaduh itu pun terlupa begitu saja.

Sarapan sedang dipersiapkan sehingga para penumpang diminta untuk sabar menunggu. Mendengar informasi tersebut, tubuhnya dibawa untuk duduk di salah satu sudut buritan kapal. Matanya fokus pada kertas yang sudah menemaninya sedari tadi. Sesekali ia terdiam untuk melihat atau mengoreksi hasil buatannya.

Antologi: Jaemin & RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang