Superhuman Pt.5

128 12 2
                                    

Superhuman

Part 5

.

.

.

Keesokan paginya, seorang pria muda berkulit kecoklatan celingukan di lobi rumah sakit. Tiba-tiba semalam dia mendapat kabar jika temannya dirawat di rumah sakit dan dia diminta untuk menjenguk. Ini pertama kalinya ia ke rumah sakit. Seumur-umur dia tidak pernah menginjakkan kakinya di tempat seperti ini karena dia tak pernah sakit. Tak lama kemudian, seorang suster menghampiri, menanyakan beberapa pertanyaan, lalu meminta untuk mengikutinya.

Suster Yeri menunjukkan kamar rawat yang ditempati Jaemin dan Renjun. Tangan mungilnya mengetuk pintu sebelum memutar kenop. “Selamat pagi, pasien Jaemin. Ada pengunjung untukmu,” beritahunya. “Nah, kamu boleh masuk,” katanya pada Haechan.

“Terima kasih,” ucap Haechan. Ketika memasuki ruangan itu, mata Haechan langsung bertemu dengan mata Jaemin kemudian mendapati Renjun yang terbaring di ranjang lain. “Halo,” sapanya, “aku temannya Renjun. Apa kau saudara sepupunya Renjun?”

Jaemin menggeleng. Dia terus menatap Haechan.

“Jadi, kau siapa?” Haechan tersentak, “Tunggu, a-apa ini?”

Mendadak Haechan mengeluarkan air mata yang deras.

“Apa yang kau lakukan?”

Jaemin membuang muka, “Kau langsung tahu jika aku pelakunya. Kupastikan kau adalah healer yang pernah menyembuhkan kelelahan akut Renjun tempo hari.”

Haechan mengusap matanya yang basah. Dia berusaha bersikap biasa saja sekalipun identitasnya sudah ketahuan. “Jadi, kau tahu aku?”

“Ya, kakak sepupu Renjun yang bercerita dan aku berasumsi kau pasti seorang healer.”

Satu anggukan diberikan Haechan, “Berhenti mengulang kata itu. Kau memintaku kemari untuk menolong Renjun lagi?” tanyanya sambil melihat tubuh Renjun.

“Tidak,” Jaemin menggeleng, “lebih tepatnya, tolong sembuhkan aku.”

Haechan memutar bola matanya, “Dengar orang asing, kau sudah mencecar diriku dan sekarang kau minta sesuatu dariku? Kau ini tidak pernah belajar sopan santun, ya?”

“Memang tidak.”

Keduanya diam, lalu Haechan mengendikkan bahu. Dia beranjak dan menyentuh tangan Renjun.

“Percuma. Dia tidak sakit, tapi jiwanya sedang dicuri.”

“Tahu dari mana kau?” tanya Haechan curiga. Dia harus mencurigai setiap orang yang tahu bahwa dirinya adalah seorang healer. Dia tidak ingin dimanfaatkan oleh seseorang atau sekelompok manusia tak beradab.

“Perasaanmu saat ini: dominan terkejut, lumayan waspada walau takut, dan sedikit marah. Kesimpulannya, emosimu sedang kompleks dan terguncang,” bilang Jaemin.

“Kau bicara aneh terus dari tadi. Siapa sebenarnya dirimu?”

“Haechan, begitulah yang Renjun namai di kontak ponselnya, kau pasti pernah mendengar Neo Project. Aku dan Renjun adalah anak dari para orang tua korban eksperimen itu.”

Haechan terkekeh, “Kukira kau hanya membual perihal perasaan dan sebagainya.”

“Kukira kau lebih pintar dari dugaanku, ternyata tidak,” balas Jaemin.

“Kuanggap aku tidak mendengar itu,” lebih baik Haechan bersikap abai daripada perasaannya dibaca lagi oleh Jaemin.

“Oh, kau belajar dengan cepat,” respon Jaemin.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 26 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Antologi: Jaemin & RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang