Malaikat Keberuntungan-2

359 52 1
                                    

Twoshot - NCT Fanciftion

Genre: friendship

Sorry for typos and happy reading!

...

Malaikat Keberuntungan

Kepala Haechan pusing luar biasa. Pandangannya sedikit mengabur dan kakinya tidak bisa berpijak dengan benar. Ia hanya bisa duduk sambil sayup-sayup mendengarkan suara dari teman-temannya.

Beberapa menit yang lalu...

"Aku tidak bisa, Mama mengadakan arisan di rumah", Yangyang berujar dengan nada rendah. Sebagai anak laki-laki di rumahnya, ia tidak bisa melawan kehendak ibu negara yang mengadakan agenda penting bersama teman pejabatnya.

"Aku dan Jeno juga tidak bisa. Asrama kami sudah seperti kapal pecah", ucap Jaemin yang berdiri sedikit lebih di belakang Jeno.

Jeno mengangguk. "Pilihan terakhir tersisa di rumah Haechan saja"

"Apa tidak bisa mengerjakannya di luar saja?", Haechan berusaha bernegosiasi.

Jaemin yang semula memangku kedua tangannya kemudian melepasnya mendengar pertanyaan Haechan. "Kau tahu sendiri kalau mengerjakan tugas di luar sangat tidak efektif"

"Kita bisa bagi tugas"

"Sudahlah Haechan, tugas ini perlu didiskusikan dulu untuk menentukan konsep dan objeknya", Yangyang memeluk lengan kanan Haechan. "Aku akan membantumu menyiapkan makanan di rumah"

"Baiklah, setuju di rumah Haechan ya?", ulang Jeno memastikan. Semuanya mengangguk, kecuali Haechan. "Kalau begitu sampai jumpa jam empat sore nanti"

Sekarang Haechan pasrah jika Jeno dan Jaemin akan ke rumahnya. Ia terus berdoa sore ini turun hujan lebat, sehingga keduanya tidak perlu susah payah datang kemari. Meskipun Yangyang sudah datang lebih dulu dan menyiapkan segala cemilan sekaligus minuman, Haechan masih saja tidak tenang.

"Kau terlalu khawatir. Jeno tidak memandang orang dari segi materi", kata Yangyang yang sedang bermain ular tangga dengan Renjun. Salah satu cemilan yang dibeli Yangyang mendapat hadiah gratis berupa permainan ular tangga. Tentu Renjun bersemangat bermain karena ia belum pernah memainkannya. "Ini juga kesempatanmu supaya Jeno lebih melirik ke arahmu"

"Bukan itu maksudku", ujar Haechan putus asa.

"Ahh, aku lelah naik tangga terus", keluh Renjun. Ia bermain di bawah bersama Yangyang.

Yangyang tertawa gemas. "Itu artinya kau beruntung, Renjun"

Renjun tidak menanggapi. Dia hanya menjalankan bidak miliknya lalu menyerahkan dadu kepada Yangyang.

Suara helaan nafas keluar dari mulut Haechan. "Rasanya baru kali ini sekelompok dengan mereka, bahkan urutan namaku dengan mereka sangat berjauhan", Haechan mulai mencurahkan kegelisahannya.

"Itu hanya kebetulan saja. Profesor Kim yang memilihkan kelompoknya, jadi kita harus menurut", tanggap Yangyang.

Haechan tidak puas dengan pendapat Yangyang. Di samping fisik dan batinnya lelah. Haechan tidak ikut bermain, tapi ia terus melihat keduanya bermain. "Kau tahu aku sudah bercerita kejadian itu sebelumnya"

"Haechan, tidak baik berbicara seperti itu di saat ada salah satu tokohnya di sini", peringat Yangyang.

Haechan tidak peduli. "Makanya itu, aku hanya tidak ingin ia terjerumus juga", mata Haechan melihat Renjun sekilas. "Kau tahu dia sudah mendapatkan sangat banyak"

Yangyang menatap Haechan jengah. "Berhentilah. Bisa jadi dia juga sudah lupa"

Suasana hening setelah Yangyang selesai berbicara. Haechan merenung. Ada benarnya juga perkataan Yangyang, bisa jadi Jaemin sudah melupakan pertemuannya dengan Renjun sewaktu di cafe. Terlebih sudah lewat seminggu dari peristiwa itu.

Antologi: Jaemin & RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang