Superhuman Pt.3

63 6 0
                                    

Superhuman

Part 3

.

.

.

Winwin tidak percaya dengan apa yang dilihatnya sekarang. Sang adik sepupu terlihat jauh lebih baik ketika ia tinggalkan di rumah beberapa jam yang lalu karena harus bekerja. Sekarang anak itu sudah ceria menonton TV ditemani camilan yang sudah habis lebih dari tiga bungkus dengan merek berbeda.

“Kak Winwin sudah pulang?” tanya Renjun retoris sambil memasukkan kripik kentang ke dalam mulutnya. Sekadar informasi, Winwin kemarin jaga malam jadi tidak sempat pulang. Baru pulang pagi ini.

Winwin masih menatap tidak yakin. “Kamu sudah baikan, Njun?”

“Kalau masih sakit, cemilannya Kak Winwin tetap utuh di tempatnya,” ejek Renjun.

Winwin hanya menghela napas. Tidak tahu apa yang terjadi dengan adiknya ini, tapi jujur, dalam hatinya, ia merasa lega dan bersyukur. “Kakak pulang sebentar saja, nanti sore balik lagi ke rumah sakit,” kata Winwin yang mulai menjauh. Ia sedang menaruh beberapa bungkus belanjaan di atas meja.

“Eh, boleh aku ikut?” tanya Renjun penuh harap.

“Mau apa? Kakak takut kamu kenapa-kenapa lagi.”

“Tapi, Kak, buku gambar dan kawan-kawannya tertinggal di kamar pasiennya Kakak.”

Rupanya Renjun pintar mencari alasan.

“Kok baru bilang?” tanya Winwin penuh selidik.

“Hehe, baru ingat.”

Winwin mendengus. Bisa-bisanya Renjun bersikap sok imut di saat seperti ini. “Biar Kakak yang bawakan nanti.”

“Aaa… Kenapaaa???”

“Kakak tidak ingin kamu lancang masuk ke masa lalu pasien itu lagi. Bisa-bisa kamu terbaring di ranjang rumah sakit sebagai pasien,” omel Winwin yang ada benarnya. Sepenuhnya Winwin merasa bersalah melibatkan adik sepupunya dalam pekerjaannya. Jika diingat lagi, ini juga menyalahi aturan seorang dokter dalam menangani pasiennya.

Renjun berdiri, menghampiri kakaknya yang masih bergulat dengan barang belanjaannya di dapur. “Kak, lihat... Aku sudah sehat. Bahkan kemarin aku keluar dan bertemu temanku yang kukenal saat di kapal.”

Tangan Winwin berhenti. Matanya melirik Renjun bagai ujung pisau yang tajam. “Ya ampun... Kenapa kamu susah untuk diberitahu, Renjunnn?” keluh Winwin. Kepalanya berdenyut sekarang.

Renjun tidak peduli. “Ayolah, Kak, hanya mengambil barang-barangku saja kok.”

Winwin beranjak. Seluruh tubuhnya menghadap pada pemuda yang lebih muda. “Baik, sampai kamu ketahuan menggunakan kemampuanmu lagi akan kulaporkan pada ibumu!”

Renjun mengangguk, tetapi dalam hati dia memekik senang.

Pekerjaan Winwin sepertinya sedang sibuk-sibuknya. Sekarang saja kakak sepupunya sedang menggantikan salah satu dokter yang tidak bisa jaga malam. Alhasil, Winwin tidak bisa sepenuhnya mengawasi Renjun karena kewajibannya sebagai dokter lebih diprioritaskan. Ini kesempatan bagi Renjun yang punya kebebasan untuk masuk dan berada di kamar pasien yang berada di pojok lorong itu.

Renjun telah mendapatkan barang-barangnya kembali. Masih lengkap, hanya berpindah tempat. Mungkin karena dibersihkan atau sebagainya. Renjun tersenyum ketika melihat wajah damai pasien Kak Winwin. 

Antologi: Jaemin & RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang