Malaikat Keberuntungan

509 41 0
                                    

Twoshot - NCT Fanciftion

Genre: friendship

Sorry for typos and happy reading!

...

Malaikat Keberuntungan

Ini rancu.

Haechan menemukan seseorang duduk di pelataran rumah usangnya. Orang itu bertubuh mungil, pakaiannya berantakan, dan ini membuatnya curiga. Dengan berhati-hati, Haechan mendekatinya, menggoyangkan bahunya secara perlahan.

"Maaf, tapi kau menghalangi jalan", tegur Haechan pelan.

Orang itu bergeliat seperti baru bangun tidur. Kedua tangannya terentang ke atas dan ia menguap lebar. Sejenak ia mengusap matanya.

"Apakah rumah ini sudah dibuka?"

...

Seumur hidupnya, Haechan belum pernah melihat pemuda tersebut. Sekuat tenaga ia mengingatnya, tapi hasilnya nihil. Ketika ditanyai apa maksud tujuannya ada di rumah Haechan, pemuda itu hanya diam. Kemudian menjawab, "Aku jatuh dari langit."

Yang benar saja.

Semangkuk ramen tersaji di depan Renjun. Selama memasak tadi, Haechan sempat bertukar cakap dengannya sekaligus menanyakan namanya. Haechan bukan orang kaya, malah bisa dibilang ia orang kesusahan. Baik dari segi ekonomi dan perasaan.

"Dimakan karena aku sudah memasaknya. Jangan menyia-nyiakan makanan", kata Haechan yang berada di depan Renjun. Ia sedikit sebal dengan kehadiran Renjun karena stok mie instannya jadi cepat berkurang.

Renjun menatap bingung ke arah mangkuknya. "Bagaimana caranya?", tanyanya polos.

Haechan hampir tersedak saat Renjun bertanya seperti itu. Ia memandang Renjun aneh. "Pakai sumpitmu dan hap", jelasnya sambil memeragakan gerakan menyuap ke mulutnya.

Renjun mengangguk. Setelahnya ia langsung mempraktikkan apa yang dicontohkan Haechan. Sayangnya, percobaan pertama seringkali menemui kegagalan daripada kesuksesan. Sumpit Renjun lepas. Renjun berusaha menangkap sumpitnya, tapi malah menyenggol mangkuknya. Jadilah kedua benda itu jatuh hampir bersamaan. Jangan tanya bagaimana kesalnya Haechan melihatnya.

"Astaga.. kau ini bodoh atau bagaimana?", Haechan menahan amarahnya.

Ia menarik tangan Renjun. Menyuruhnya duduk di kursi yang lain, sedangkan dia membersihkan kekacauan yang dibuat oleh Renjun. Haechan terpaksa membagi ramennya dengan Renjun. Padahal ia sangat lapar.

"Pakai ini!", seru Haechan seraya menyodorkan sebuah garpu kepada Renjun. "Itu lebih mudah dari sumpit. Jika kau tidak bisa memakainya," Haechan menunduk dan menggelengkan kepalanya. "Kau keterlaluan"

Setidaknya Renjun lebih baik dalam penggunaan garpu. Tapi tetap saja, kuah ramen terciprat ke mana-mana. Renjun seperti anak kecil yang baru bisa belajar makan.

"Sepertinya kau butuh mandi", bilang Haechan. Ia baru saja mencuci peralatan makan dan sedang mengeringkan tangannya. "Akan kupinjami bajuku"

Sekali lagi, Renjun menatap bingung. "Apa itu mandi? Aku tidak tahu mandi"

Haechan melempar lap tangan ke sembarang arah. "Berhenti bersikap menggelikan seperti ini! Umurmu pasti tidak jauh dariku, jadi seharusnya kau bersikap lebih dewasa!", bentaknya.

Renjun mundur selangkah. Ia terlihat ketakutan pasca dibentak oleh Haechan. Reaksi tubuh dari Renjun membuat Haechan tersadar jika ia sudah bersikap terlalu kasar kepada orang lain. Haechan mengusap lengan atasnya.

Antologi: Jaemin & RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang