SEBUAH RASA

13 1 0
                                    

"tatap matamu bagai busur panah, yang kau lepaskan kejantung hatiku..."

-dewa 19
.
.
.

Sudah seminggu sejak kejadian usil si bossy dan geng nya di koridor sekolah waktu itu.
Sejak itupun mereka tetap saja menggangguku. Aku membiarkannya saja, sepertinya aku mulai terbiasa. Hanya saja aku belum tau kenapa mereka hanya mengusiliku saja.

Seperti pagi ini, mereka masih terus menungguku seperti hari-hari lalu didepan kelas Mirna, dan akan kompak menggodaku saat aku lewat. Bahkan beberapa kali kulihat Chandra si cogan idolaku juga ikut ngumpul bareng ma si bossy dan geng nya. Terkadang kudapati dia ikut tersenyum melihat aku digodain, duh gak apa-apa deh aku digangguin hari-hari asal dia senyum terus, ikhlas aku mah, Haha.
***

Saat ini jam istirahat, tapi aku tak ke kantin. Aku sibuk menyalin tugas biologiku yang belum selesai. Bagus ada si Anty yang baik hati mau ngasih contekan, hehe.
Aku hanya gak mau berdiri di atas kursi seperti minggu lalu kalau sampe ketahuan gak ngumpulin tugas lagi kali ini. Malunya itu loh!

Aku menangkap suara langkah kaki yang cukup berisik seperti mendekat ke arahku.
"yuhhuuuu.... Dian maniiisss...."
"Abang Edwin dateng nih... "

Aku memejamkan mata geram, nah kan?, siapa lagi kalau bukan trio kupret dan bos mereka. Benar-benar seperti speaker berjalan.
Kulihat sekeliling, teman-temanku tersenyum geli menatap kearah ku.

"kalian ini berisik tau? Bisa gak sih jangan norak? Ck"
Aku melotot ke arah trio kupret tapi mereka malah saling tos dan tertawa. Seolah kekesalanku adalah kebahagiaan mereka.

"kenapa gak ke kantin?"
Tanpa aba-aba Edwin langsung duduk di bangku milik Ninis yang kosong karena empunya sedang ke kantin. Diikuti Dirga, Aji, dan Aiman yang duduk dibangku kosong lainnya didekatku.

"gak liat apa aku lagi nyalin tugas?"
Jawabku dingin sambil tetap fokus menulis.

"gak laper emang?"
Tanyanya lagi

"ya laper, tapi aku gak mau berdiri diatas kursi lagi gara-gara gak ngerjain tugas, tau aja bu Ida galak"

Tiba-tiba ia meletakkan plastik kresek diatas mejaku. Aku terdiam sejenak, lalu menoleh kearahnya, dengan alis terangkat pertanda bingung.

Seolah tau, dia menunjuk kresek tadi dengan dagu dan berkata,
"makan, Jangan jangan cuman diliatin."
Ia menjeda kalimatnya sejenak sebelum berucap lagi,
"cukup perasaan aku aja yang kamu anggurin, makanan dari aku jangan..."

"eeaaaaaaaaaa"

Trio kupret ini sepertinya emang tim hore-horenya Edwin. Ckck

"keren juga si bos, nyontek kata-kata dimana tuh?"
Dirga bertanya sambil menyikut Aiman yang duduk didekatnya.

Edwin hanya tertawa menanggapi.

Kutepuk jidat, tak habis pikir, mereka ini maunya apa sebenarnya.

Kuhembuskan nafas jengah.
Ku raih kresek hitam didepanku, kubuka, ternyata isinya susu kotak dan beberapa donat. Bersamaan dengan itu perutku berbunyi.
Aku menutup mata, Ish malunya.

"e'ehm!"
"yaudah, makasih"
Ucapku canggung.

"karena aku udah terima ini, kalian boleh keluar?, ganggu soalnya"

Edwin menatapku diam,
Lalu menggeleng pelan.

"heh? Apalagi?"
Tanyaku bingung

"aku masih ada perlu disini"

"perlu???"

Edwin mengangguk
"aku perlu tambahan tenaga"
Tiba-tiba nadanya berubah jadi sendu.

Oh My First Love... (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang