SI MANIS

2 1 0
                                    

"dari mata turun kehati, itulah yang kurasakan saat pertama melihatmu. Ku harap rasa ini bersambut"

-Edwin

.
.
.
EDWIN POV

"Assalamualaikum, perkenalkan saya Edwin Pradigta, murid pindahan"
Aku memperkenalkan diri didepan kelas.

Hari ini aku resmi jadi murid baru di sekolah baruku.
Orang tuaku mengirimku untuk tinggal bersama nenekku di desa ini. Syukurnya desa ini lumayan ramai meski berjarak 6 jam dari kota asalku.

"baik nak Edwin, silahkan duduk dipojok belakang, samping Aji"

Mataku menyusuri kelas mencari bangku yang dimaksud

"Aji?"

Seolah paham, Pak Musa, guru yang mengajar jam pertama ini langsung mengintruksi murid bernama Aji.

"86 pak!"
Seorang murid yang duduk disudut belakang kelas mengangkat telunjuk, akupun langsung berjalan menuju bangkuku.

"hei, aku Aji"

"Edwin"
Kami berkenalan, Lalu mulai mengikuti pelajaran dengan tenang.

"halo, aku Dirga, dan ini Aiman"
Dua orang cowok yang duduk dibelakangku memperkenalkan diri sesaat setelah pak Musa meninggalkan kelas.

Kami berjabat tangan lalu mulai mengobrol.
Bagusnya kami langsung akrab begitu saja.

"yaudah, kantin yok, sekalian kita liat-liat sekolah"
Ajak Dirga

Aku hanya mengangguk menyetujui lalu berjalan bersama Aji juga Aiman.

Saat sedang dikoridor kelas depan, kami berhenti sejenak, karena Dirga sedang ngobrol dengan seseorang, entah siapa.

Aku mengedarkan pandangan, memperhatikan keadaan sekitar sekolah baruku.
Lalu dari jarak dua meter didepanku aku melihat seseorang yang...

Sangat manis!

Ia tengah bersenda gurau dengan teman-temannya, entah membicarakan apa tapi dia terus saja tertawa dan itu sangat mengganggu.

Maksudku mengganggu hatiku, perasaanku.

Membuat detak jantungku tak beraturan.

Ah, kenapa aku?

Jatuh cintakah?

Aku merasa asing dengan perasaan ini, karena selama ini belum ada lawan jenis yang mampu membuatku berdebar...

"Dian...!"
"Yok ngantin"

Kulihat 3 orang perempuan dari arah belakangku berjalan menuju si gadis manis.

"mereka siapa?"
Aku bertanya tanpa melepas pandang dari si manis didepanku.

Dirga menoleh,

"ohh anak kelas situ tuh, 2.2"
Ucapnya

"kamu nanyain yang mana sih sebenarnya, disitu ada banyak orang"
Tanya Aji.

"itu yang rambutnya sebahu, yang lagi bareng teman-temannya, yang paling manis diantara mereka"

"what?! Manis???"
Aiman berkata setengah teriak yang mulutnya langsung dibekap Dirga.

Aku tertawa melihat Aiman kesulitan menyingkirkan tangan Dirga

"eh Dirga habis megang apaan dah, tangan bau banget!"
Umpat Aiman.

"sori, tadi habis garuk ketiak"
Ucap Dirga acuh

"dih! pantes asem! Sialan"

Omelan Aiman dibalas tawa Dirga dan Aji.

"si manis itu namanya Dian"
Ucap Aji.

"kenapa tanya-tanya? mau kenalan?"
Goda Dirga

Aku menggeleng,
"nanti aja..."
"dahlah, ke kantin yuk"

Kami pun berjalan mengikuti Dian si manis itu dan teman-temannya yang juga sedang menuju kantin.
***

Sejak aku melihat Dian untuk pertama kali, aku memutuskan untuk mendekatinya.

Dia jadi penyemangatku rajin ke sekolah.

Aku memasuki area sekolah dengan motor merah besarku.
Disini, kulihat belum banyak yang bawa kendaraan ke sekolah, mereka rata-rata masih naik angkutan umum dan bahkan berjalan kaki.

Tadinya aku marah kenapa harus dipindah kesini, sangat jauh dari kota tempat asalku.
Tapi baguslah, aku menemukan alasanku untuk tetap bisa bertahan disekolah baruku ini.

Dia, Dian.

Aku masih diparkiran saat tak sengaja kulihat dia melewatiku bersama teman-temannya.
Mereka yang kemarin ke kantin bersama.

Akupun berjalan mengikutinya, dan terus memperhatikannya.

"Mir, si Chandra ada gak ya hari ini?"

Kudengar Dian bertanya pada satu teman yang berjalan bersisian dengannya, mungkin itu Mirna

"baru juga nyampe sekolah, udah nanyain Chandra aja, isi kepalamu itu ih, itu ituuu aja"

"yaa gimana, aku butuh asupan cowok ganteng biar gak pusing pas pelajaran fisika nanti"

"Lagian yah Fisika itu astaga kenapa kebanyakan gaya sih? Mana setiap gaya ini itu harus dihitung, berasa kurang kerjaan banget"

Aku tersenyum mendengar perkataan Dian.

Tiba-tiba aku terfikir, Apa Chandra yang dia maksud itu, Chandra sepupu aku?

Tak lama Dian sudah masuk kelasnya, akupun berlalu ke kelasku.
***

"eh eh itu Dian bukan sih?"
Dirga menunjuk seseorang yang tengah berjalan di koridor dari arah kantin. Dia berjalan menunduk sambil memperbaiki dasinya.

"iya bener, udahlah sikat! Ajak kenalan..."
Aji menyikutku lalu tersenyum usil

Kurasa dia benar.
Kuberanikan diri berdiri di tengah-tengah koridor sekolah, memperhitungkan bahwa sebentar lagi ia pasti akan menabrakku.

Bug!

"aduh"
Dia mengadu, mengusap kepalanya yang terbentur tubuhku.

Dia mendongak, sejenak kami saling memperhatikan.
Tepatnya aku terpukau, jarak sedekat ini ternyata ia lebih manis.
Bohong kalau aku tak gugup.

Aku sedikit menggodanya dengan tidak mengizinkan ia lewat.

"kenalan dulu, baru boleh lewat"
Aku memberanikan diri berbicara

Ia terlihat kesal, tapi aku suka.
Menurutku dia semakin cantik jika kesal.
Astaga aku benar-benar telah jatuh cinta sepertinya.

"aku Dian"
Ucapnya mengulurkan tangan dan aku menerimanya dengan senang hati.

"sudah tau"
Aku merutuki bibirku yang berkhianat.
Aku keceplosan, mungkin efek salah tingkah.

Karena tak ingin salah tingkah lebih jauh, aku langsung berlalu diikuti teman-temanku yang sibuk menahan tawa.
***

Oh My First Love... (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang