SAHABAT 1

3 2 1
                                    

"jika sahabat membuatmu terluka, ingatlah bahwa dia juga manusia biasa..."

-anonim
.
.
.
"... dalam hidup ini, adanya semua cerita indahku, saat-saat remaja yang terindah tak bisa terulang...."

Suara merdu milik Melly Goeslow yang jadi soundtrack salah satu film paling booming saat ini, jadi latar dance kami sore ini. Aku, Mirna, Ocha, dan Nur.

Ya, kami sedang meniru gerakan Dian Sastro seperti di film.
Bukan tanpa alasan, sebentar lagi ulang tahun sekolah, dan biasanya akan diadakan berbagai lomba untuk memeriahkan acara tersebut.
Dan seperti tahun lalu, kamipun akan ikut tahun ini.

Ah sungguh tak sabar.

"istirahat dulu yuk"
Mirna mengambil beberapa gelas kosong lalu mengisinya dengan air mineral dan membagikannya pada kami.

"eh tumben si Tita gak ada, biasanya kalo ada ginian dia paling semangat"
Tanya Ocha yang diangguki Nur.

Saat ini kami sedang dirumah Mirna.
Diantara kami bertempat, rumah Titalah yang terpisah. Rumahnya ada diseberang jalan.

Pertanyaan Ocha membuatku mengingat kembali beberapa hari terakhir Tita yang tiba-tiba berubah. Dia seperti sedang, marah.

Beberapa hari sebelumnya

Aku baru sampai di tempat menunggu angkot untuk berangkat ke sekolah hari ini. Ku dapati baru Tita yang ada disana.

Aku langsung saja mendekatinya.

"eh Tita, kita rencana mau ngedance lagi, kamu pilih lagu yah? Kan kamu paling update tuh lagu-lagu baru"
Kataku bersemangat,

Aku menoleh saat tak kudapati balasan ucapanku.

Kulihat Tita hanya diam, dia sedang membuka-buka buku cetak yang ia bawa. Tapi entah bagaimana aku merasa dia hanya pura-pura sibuk.

"Ta, Tita, kenapa sih? Diam-diam aja"
Tita malah  buang muka dan pindah menjauh.

Aku yang bingung, hanya membiarkannya saja. Mungkin dia lagi ada masalah dan tak mau diganggu.

"hei kalian berdua dah dari tadi?"
Tanya Mirna yang baru tiba, disusul Ocha dan Nur

"lumayan, kalian tumben telat keluar"

Aku kaget, itu barusan Tita menjawab Mirna, seolah biasa aja. Tapi kok tadi sama aku kesannya rada judes.

"nah itu angkotnya, siap-siap yuk"
Nur nenginterupsi lalu melambaikan tangan agar angkot berhenti didepan kami.

Akupun naik setelah teman-teman yang lain naik semua.

Tapi aneh, gak tau kenapa Tita yang tadinya udah naik dan duduk, tapi pas aku naik, dia malah turun. Aku jadi ngerasa dia gak mau kalo ada aku diangkot yang sama dengannya.

"loh Ta, kok turun, ayok.."
Panggil Mirna

"gak deh, kalian deluan aja, aku males naik angkot ini"
Jawaban Tita benar-benar membuat aku yakin ada yang tak beres.

"kok gitu? apa ada yang ketinggalan?"
Tanya Mirna tapi hanya dijawab gelengan Tita.

"jadi gimana? Jalan gak nih?"
Pak sopir menegur kami lewat spion.

Sejenak kami saling pandang, masih berharap Tita mau naik. Tapi dia masih kekeh tak mau ikut.

"yaudah pak, jalan aja"
Kataku.

Dan semenjak itu dia seolah menjauhiku, dia selalu berangkat sekolah lebih awal begitupun saat jam pulang. Kami tak pernah lagi terlihat bersama, tepatnya dia yang menjauh.

Mungkin aku harus membahas ini sekarang.

"kayaknya Tita ngambek deh... "

Sontak ucapanku menimbulkan berbagai reaksi dari teman-temanku yang lain.

"maksud???"
Mirna mendekat, seolah mendesak penjelasan.

"Yaa, aku gak tau tepatnya kenapa, tapi sepertinya dia ngambek"

Aku menghela nafas, merasa tak nyaman.

"perasaan kamu aja kali Yan"
"tadi di kantin dia sama kita baik-baik aja kok, malah riang banget tadi gara-gara ulangan bahasa inggrisnya dapat delapan"
Kata Ocha.

Aku memang tidak kekantin tadi pas disekolah, karena berkutat dengan tugas pelajaran Agama yang belum aku selesaikan.

"he'eh bener, tadi dia biasa aja tuh. Lagian ya, dia marah kenapa coba?"

Aku mengangkat bahu mendengar pertanyaan Nur. Itu yang masih coba aku cari tau.

"aku ngerasa dia ngambeknya ma aku... "
Jawabku lemah.

Mereka saling pandang.

"tapi aku serius, kalo aku ajak ngomong dia buang muka trus pergi"

"kalian inget gak hari itu dia nyampe gak jadi naik angkot tiba-tiba pas aku ikutan naik juga..."

Aku masih berusaha meyakinkan mereka.

"ingat-ingat deh, kali kamu ada salah apa gitu"
Lanjut Nur.

"gak tau, aku serius bingung loh..."
"sedih tau gak..."
Aku menunduk, sedih.

"hm, yaudah nanti aku tanyain deh"
Mirna menepuk bahuku, seolah tau aku tak nyaman dengan masalah ini.

Memang gak enak rasanya, apalagi aku merasa tak melakukan kesalahan apapun.

Jadi serba salah

Demi apapun didiamkan tiba-tiba itu rasanya gak nyaman.
Apalagi lagi sama orang yang sudah ada bersama kita sejak kecil.

***

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 28, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Oh My First Love... (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang