"tak mengapa jika kau tak memilihku,
Setidaknya kau tau rasaku. Sebab akupun paham, cinta itu tak harus memiliki..."- dariku, yang gugur dalam cinta
.
.
.
"Dian..., antarkan kue ini kerumah bu RT yah"Ibuku menyerahkan nampan persegi berukuran agak besar yang penuh dengan kue.
"mereka pesan kue bu?"
"iya semalam. Katanya sore ini mau arisan keluarga"
"udah sana bawain cepet, dah jam 2 ini"Akupun mengangguk dan bersiap berangkat.
"hati-hati, kalau sampai jatuh nda usah pulang kamu..."
Teriak ibuku kemudian.Laahh begitu amat, ckck ibu apaan itu.
Jarak rumah bu RT berkisar 600 meter, lumayanlah.
Tak masalah bagiku, hanya saja siang ini lumayan terik. Tapi ya sudahlah.Ini hari minggu, hari pasar. Kendaraan yang melintas lumayan ramai saat hari pasar begini.
" piip... Piiiiiiiippp...."
Aku menyingkir, dan memilih berjalan dipinggir, disisi jalan yang tak beraspal.
"piip... Piiiiipp...!"
"Loh kenapa masih nglakson juga?
Kan aku dah minggir"
Gumanku bingung.Setengah penasaran aku berbalik dan astaga, hampir saja aku menjatuhkan nampan berisi kue bu RT karena terkejut.
Syukurnya itu tidak terjadi, kalau betul jatuh, alamat gak dibukain pintu beneran nanti.
Ck dan lihatlah pelaku yang hampir membuat aku dapat masalah, dia malah nyengir kuda tanpa dosa.
"manisku mau kemana?"
"eh bawa apaan itu"Aku memutar bola mata, jengah.
Ya, siapa lagi kalau bukan Edwin.
Heran, dia kenapa ada disekitaran sini?"kamu tuh ngagetin tau gak. Hampir jatuh nih kue pesanan orang!"
Semprotku tapi malah ditanggapi kekehan tak jelasnya."yaa maaf, hehe"
"pisss, damai"
Katanya dengan tangan menunjukkan angka dua."kamu darimana?"
Tanyaku"nggak dari mana-mana, emang sengaja lewat sini siapa tau ketemu kamu, eehh beneran ketemu"
"kita jodoh keknya...""iuhh... Malesin"
"dah sana, pulang..."
Usirku.
Gak enak juga ngobrol dipinggir jalan begini, nanti apa kata orang-orang."gak ah, aku masih mau ma kamu disini"
"ngomong-ngomong itu gak berat?"
Ia menunjuk nampan yang kubawa."yah lumayan, napa tanya-tanya? mau bawain emang?"
"mau kok, jangankan nampan gituan, bawa kamu kemanapun juga aku mau..."
Ia senyum sambil menarik turunkan alisnya."ck jangan gembel deh, gak mempan!"
"gombaaaalllll oeiii..."
TeriaknyaKami tertawa
"yaudah naik, aku anter, kasian manisku jalan kaki"
Ia nenepuk jok belakang motornya.Aku terdiam,
Kufikir-fikir dari pada jalan kaki siang bolong, gak apa kali yah ikut Edwin sekali-kali. Toh dekat iniAku mengangguk menyetujui.
"yess!! asiikk... Si manis mau aku boncengin "
Edwin tersenyum lebar,
Seolah habis menang porkas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh My First Love... (On Going)
Short StoryAwalnya aku tak mengenalnya, meski berada di sekolah yang sama sejak setahun lalu. Namun yang pasti, semenjak ia muncul dipintu kelasku hari itu, menatap kearah ku lalu tersenyum, setelahnya dan seterusnya aku merasakan hal yang berbeda. Hal yang m...